Hari ini 30 tahun yang lalu.
Seorang gadis kecil berkerudung putih, dari balik jendela kelas, mengamati seseorang diam-diam. Nampak anak laki-laki 10 tahun sedang bermain basket sendirian, di lapangan upacara yang digunakan untuk olah raga. Seperti kebiasaannya dalam aktivitas di jam istirahat, anak laki-laki itu mulutnya sibuk mengunyah permen karet kesukaan. Waktu menunjukan hampir pukul 4 sore.
Ada rasa berdesir di hati gadis kecil itu, seperti sapuan buliran pasir yang tak bisa ia terjemahkan, saat membayangkan bahwa saat ini adalah satu-satunya kesempatan dan dirinya harus berani. Berhari-hari ia menantikan hari ini. Perlahan gadis kecil itu berjalan ke luar kelas, menghampiri anak laki-laki yang sedang melempar-lempar bola basket ke ring, tetapi lebih sering tidak masuknya.
"Hai, selamat ulang tahun ya," tangan mungilnya memberikan kotak dengan bungkus kado.
Anak laki-laki itu menghentikan kegiatannya. Wajahnya merah padam karena panas matahari dan berkeringat.
"Apa ini?" tanyanya, sambil melap keringat di dahi dengan bagian bahu seragamnya. Kemudian ia mengulurkan tangan, menerima bungkusan tersebut.
"Buka saja nanti di rumah," jawab si gadis kecil.
Setelah diterima, gadis kecil itu lari kembali ke dalam kelas. Campur aduk perasaannya.
Butuh waktu 7 hari dia puasa, demi mengumpulkan uang sakunya. Suatu hal yang mustahil dilakukan, bahkan untuk kesenangannya sendiri. Demi satu tujuan; mengesankan pria kecil dari kelas sebelah yang disukainya. Sebungkus penuh permen chicklet.
Hari ini 30 tahun kemudian, tak pernah disangka-sangka, gadis kecil yang sudah tak lagi muda itu masih bisa mengingat jelas momen yang sudah lewat dari seperempat abad. Dan tetap tersimpan dalam ingatannya, hari ini adalah hari ulang tahunnya.
LIFE BEGIN AT FORTY? No, Yo're not 40. You're eighteen with 22 years experience!
HAPPY BIRTHDAY
Sebuah pesan singkat dikirimnya pukul 5 pagi. Dengan segenap rasa cintanya.
Cibubur, dan aku belum mengantuk. Berkhayal indah tentang mu sungguh membuat ku bahagia, Z
ridzki hari ini
Dari kegelisahan hati
Kamis, 19 Januari 2017
Rabu, 17 Februari 2016
LGBT
Issue LGBT masih kenceng ya? Di mana-mana dibahas. Sampai-sampai artikel
yang sudah saya baca dari media online pun di copy paste lagi panjang-panjang
di grup chatting.
LGBT atau GLBT
adalah akronim
dari "lesbian,
gay,
biseksual,
dan transgender".
Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa
"komunitas gay" karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok
yang telah disebutkan. (wikipedia)
Saya bisa dibilang tahu tentang
lesbian dan gay sejak saya sekolah dasar. Karena ada beberapa teman ibu saya
yang berorientasi demikian. Mereka dulu suka main ke rumah.
Banci, tahunya dari tukang ngamen yang bawa
gitar triplek di film komedi warkop DKI (diperankan oleh Didik Nini Thowok).
Sedang biseksual ngertinya setelah remaja. Itupun karena baca-baca. Kalau
transgender, saya tidak punya kenalan, dan yang saya tahu cuma Dorce saja yang
demikian.
Dari sekedar hanya tahu, pada akhirnya
saya pun bergaul dengan teman-teman LGBT sekitar 7 tahun belakangan ini.
Pergaulan saya hanya sampai pada kenal baik. Sesekali main ke rumah mereka.
Atau diundang nonton fashion show di sebuah club gay. Selanjutnya hubungan saya
lebih ke pertemanan di media sosial.
Satu hal yang membuat saya nyaman
kala berada dekat mereka, bawaan saya happy terus. Ngakak tidak ada habisnya.
Ada saja celoteh mereka yang bikin saya tertawa sampai kejet-kejet. Yang buat
saya bangga juga bisa kenal dengan mereka, sungguh teman-teman LGBT saya adalah
orang yang memiliki talenta. MC, Make Up artis, Designer, Aktris dan lain-lain.
Rata-rata sih mereka memang lebih ke dunia seni. Dan dari mereka jugalah saya
paham, ada LGBT memang pilihan hidup (takdir mereka, dan mereka konsekwen) ada
juga yang abal-abal.
Adalah Mizz Ajeng, sosok LGBT
berstatus shemale (baca: banci) yang
paling dekat dengan saya. Dari dia saya tahu, bahwa banci ngamen yang door to door itu, sesungguhnya bukan
banci. Tapi mereka laki-laki yang berperan sebagai banci; lucu-lucu aneh, biar dapet uang. Mizz Ajeng merasa, sosok banci abal-abal seperti mereka yang membuat
stigma banci itu serem, nakutin, dan mengerikan.
Tapi bener juga sih, sejak berteman dengan Mizz Ajeng, orang yang saya ajak berkenalan dengan Mizz Ajeng
berpendapat, pemikiran tentang banci sedikit berubah.
“iya ih, nggak seserem bayanganku tentang banci” begitu
komentarnya.
Ada omongan yang pernah saya
dengar, bahwa “walau mereka itu
berpenampilan banci, mereka sesungguhnya tetap laki-laki, jadi hati-hati kalau
kamu sebagai perempuan dekat-dekat mereka, laki-laki tetap laki-laki”
Tidak demikian dengan Mizz Ajeng.
Sampai saat ini, yang saya rasakan
terhadapnya ya Mizz Ajeng itu “perempuan”.
Dia sukanya sama laki-laki. Catat. Laki-laki. Banci sejati tidak suka
dengan gay. Banci itu merasa dirinya perempuan. Tapi “terjebak” dalam tubuh laki-laki. Mizz Ajeng
konsekwen loh, dari dia memproklamirkan dirinya sebagai banci, dia tidak pernah
lagi “berwujud” laki-laki. 24 jam hidupnya sebagai “perempuan”. Sholat, pakai
mukena. Pengajian, ya pakai hijab.
Mizz Ajeng juga berhati
“perempuan”, mana kala dia merasa sangat-sangat tersakiti dan kecewa, karena
kekasihnya (yang dia harapkan) seorang laki-laki, ternyata berakhir menjadi
banci juga. Saya ingat, 4 tahun lalu dia bermalam di rumah saya, cuma untuk curhat marah sambil
menangis sejadi-jadinya, sambil berkata : “Mom, aku ini BANCI bukan
LESBIAN”
Saya kenal Mizz Ajeng justru dari
mantan kekasihnya itu yang nota bene teman saya. Finally, justru hubungan saya
jauh lebih karib ke Mizz Ajeng.
Dari sosok Mizz Ajeng lah saya hapuskan
ungkapan “lelaki pengecut itu banci” atau “laki-laki lemah itu banci”. Karena Mizz Ajeng yang banci beneran bukan
sosok pengecut. Tidak ada hubungannya tuh antara laki-laki pengecut sama dengan
banci. Dan banci bukan orang yang lemah. Pejuangan mereka, terutama untuk
bertahan hidup, sungguh luar biasa.
Mizz Ajeng adalah salah satu
orang yang ada disamping saya saat saya terpuruk dalam duka. Saya ingat, lepas
10 hari sepeninggal suami, saya sambangi rumahnya. Berdiri bego begitu lama depan
pintunya yang tertutup. Saat itu masih pagi. Saat saya telepon, Mizz Ajeng
ternyata baru bangun tidur, dan berada di wilayah lain (jauh dari rumah) namun
berhasil 30 menit kemudian, dia sudah ada di samping saya, peluk saya dan kami menangis
bersama.
Saat itu merupakan fase saya berupaya
bangun membenahi hati dan pikiran saya. Fase masih terpuruk-puruknya. Saya mencoba mengalihkan dengan mengikuti team charity for cancer. 14 hari saya ditampung “di sarang” Mizz Ajeng. Dia terima saya dengan hati lapang dan tangan
terbuka. Bahkan hidup hari-hari saya pun ditanggungnya.
Ada satu moment yang tidak bisa
saya lupakan. Tengah malam, saat saya terlelap, dan tiba-tiba saya terbangun
kemudian menangis sejadinya, Mizz Ajeng yang sedang menjahit pesanan baju,
sontak lari memeluk saya dan membisikan kalimat-kalimat Allah. Dia tuntun saya
beristigfar. Lalu kami membaca Al Fatihah bersama, sambil ikut menangis.
Kemudian dia tetap disamping saya, sampai saya terlelap kembali.
Saya pernah nanya ke Mizz Ajeng, kalau dia mati, jasadnya mau sebagai apa? Dia bilang - hal ini juga disampaikan ke ibundanya - "Bu, kalo saya mati, saya udah nggak bisa apa-apa, terserah ibu nanti atau yang masih hidup mengkebumikan saya sebagai apa"
***
Saya tidak membenci LGBT. Juga tidak menistakan mereka. Buat yang sudah menganggap itu sebagai
takdirnya, adalah tanggung jawab hidup dunia akhirat mereka.
Bukan, bukan
karena kedekatan saya dengan cerita di atas. Buat saya, mereka sebagai pribadi,
punya hak juga untuk belajar di sekolah dan perguruan tinggi, bekerja di
kantoran, belanja di pasar, atau mendapat pengobatan. Saya tidak mau nge-judge buat pilihan mereka.
Namun begitu, bukan berarti saya
menjadi bagian dari mereka. Karena takdir saya tidaklah serupa. Kami saat ini
sama-sama berjalan, tapi dengan tujuan yang berbeda.
Sudah aturannya, pasangan mur adalah baut, kutub positif & kutub negatif, lubang kunci dan anak kunci. Bagi yang merasa kodratnya, bersyukurlah. Jaga diri. Tak perlu menghakimi tentang dosa orang lain. Tak usah berkomentar salah dan benar. Menjalani hidup merupakan sebuah pilihan. Tapi saat lahir, kita tak bisa berkehendak.
Tulisan ini murni opini pribadi.
Tidak untuk mengcounter permasalahan di luar sana, dan tidak pula mencari pembenaran atau pembelaan. Jika memang ada
yang tidak sependapat, bukan masalah kok buat saya. Ini
dibuat karena kegelisahan hati saya. Bukan untuk ajang saling mencela.
Cheers
Cibubur, Februari 2016
Kalau kuota cukup, buka ini > https://www.youtube.com/watch?v=TwS318co3ic
Selasa, 02 Februari 2016
Poligami
Telah diketahui betapa banyaknya orang yang tidak menyetujui adanya
poligami, terutama dari pihak kaum saya. Karena kaum wanita mempunya rasa
ghiroh (cemburu) apabila suaminya mencintai wanita lain. Kemudian wanita akan
menganggapnya sebagai penghinaan bagi kaum wanita dan perampasan terhadap hak –
hak mereka.
Apabila seorang suami ingin melakukan poligami namun istri pertamanya
menolak untuk dimadu, maka itu adalah hak kaum wanita untuk menolaknya. Namun
tidak dibenarkan bagi wanita untuk mengingkari hukum Allah SWT yang membolehkan suami berpoligami. Setiap
muslim harus taat pada semua hukum Allah SWT, agar tercapainya iman yang
sempurna dan benar dihadapan Allah SWT.
Cerita mengenai poligami semakin seru diperbincangkan, karena salah
seorang teman saya menjalaninya. Dari sekedar cerita yang disampaikan oleh
pihak kedua, maka akhirnya saya berkesempatan langsung bertanya dengan yang
bersangkutan. Berhubung ini adalah pembicaraan yang santai tapi serius, maka
pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkanpun bersifat becanda. Namun dibalik
itu, banyak makna yang tersurat serius dari jawaban-jawban teman saya.
Berikut petikan wawancara terbuka saya (karena saya wawancaranya di
grup Whats App) dengan teman saya (saya copy paste sesuai dengan cara dia
mengetik)
(R): Bagaimana anda menjaga stamina?
(D) : Saya selalu berolah raga Bu reporter
(R): 2 hari tidur hanya 4 jam, tapi anda tetap stabil. Apa ada ramuan
kusus?
(D) : Menjaga makanan n menjaga pikiran
(R): bagaimana menjaga harmonisasi suara 1 suara 2 agar tetap enak di
dengar?
(D) : Bu, kita hrus selalu bisa memainkan tempo. syaratnya NS4
(R): oh, memainkan tempo dengan
tepat. luar biasa. apa itu NS4?
(D) : Niat, Serius, Sabar, Sayang, Setia.. Memainkan tempo artinya
harus ada ngalah sm istri, tp gak boleh kalah. Rajin2 kasih pengertian. Sabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar.
Krn wanita tercipta dari tulang rusuk. Tulang rusuk itu bengkok. Kalo
dipaksakan diluruskan dg emosi, Patah. Mesti pelan2. N
sabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar
(R): ada yang menjadi pertanyaan sedikit menggelitik di benak saya.
apakah anda pernah bertrio dalam satu panggung?
(D) : Threesome Haram
(R): bagaimana solusi anda, jika masing2 vokalis mengalami gangguan
tenggorokan, sedangkan anda sudah waktunya manggung?
(D) : Jwabannya, sabaaaaaaaaaaaaaaaaaar. "Banyak jalan menuju
Roma"
(R): apakah anda pernah berfikir untuk menyerah dan membubarkan grup
vokal anda? kenapa?
(D) : Gak pernah. Bon Jovi : it's my life
(R): suara vokalisnya, yang mana yang paling anda suka?
(D) : Rahasia hati, hanya milik saya n allah
(R): Baik, lebih enak mana, punya grup vocal atau solois?
(D) : Solois
Sebelum wawancara ini saya sudahi, teman saya memberikan sedikit –
kalo saya bilang sih rangkuman pembicaraan yang dipenuhi canda tawa – akan tanya
jawab di atas. Bahwa pada intinya dia tidak tersinggung atau marah, bila ada
yang membahas permasalahan ini yang bersifat candaan maupun serius, karena pada
dasarnya dia mau berbagi wawasan tentang poligami. tidak ada niatan mendoktrin atau
menyombongkan bahkan mempermalukan wanita, karena teman saya ini adalah Penentang orang bicara : Lebih baik beli sate
kambing, daripada piara kambing".
Baginya wanita itu adalah makhluk yg mulia, bukan sekedar pelampiasan
hawa nafsu belaka. Karena di indonesia, orang-orang yang poligami, masih
dianggap tabu bahkan haram dan tak jarang jadi bahan gosip miring, dia meminta
untuk kita bersama-sama berkaca diri, karena dalam rumah tangga yangg normal
pun (hanya 1 isteri) , kita juga punya masalah.
Rabu, 20 Agustus 2014
Metamorfosa
Kesedihan bukanlah suatu
proses yang rasional dan
logis, karena perasaan-perasaan yang ada saat itu tidak pernah konstan.
# Soon We’ll be Found by SIA – Now Playing
“kita tak
akan pernah siap menghadapi sebuah kesedihan.” (kutipan)
Kamu mungkin bisa sebagai orang yang berani, orang
yang ceria, orang yang intelek, bahkan orang yang religious. namun reaksi
kesedihan tidak ada hubungannya dengan semua itu
Tiap-tiap yang bernyawa
pasti akan merasakan mati (QS. 3 : 185)
Sepanjang hidup, kesedihan datang dan bisa diatasi,
dari mulai diputusin pacar, dikhianati sahabat, hilang uang puluhan juta, di
PHK. Namun kesedihan yang paling mendalam adalah saat orang yang dicintai
meninggalkan mu untuk selama-lamanya. Apa yang kamu akan alami, jika ini
menimpa mu?
Terkejut dan penolakan
Mungkin lebih tepatnya adalah shock. Terguncang.
Sangat. Saat dokter memegang pundak mu dan berkata “ibu, maafkan kami, bapak
sudah tidak ada” persis disebelah jasad almarhum di ruang ICU
Tiba-tiba mulai ujung jari tangan, menjalar ke kepala
dan bagian tubuh mu yang lain, merasakan
kebas, kesemutan. Dingin menggigil. Pikiran kosong. Jantung berdetak kencang. Tenggorokan
tak dapat menelan ludah, seperti tercekik, dan dalam pikiran kamu Cuma satu “ini tidak mungkin, dokter sedang bercanda”
Setelah itu perut mu teramat mulas. mulas seperti saat
menanti detik-detik melahirkan. Sepersekian detik dari mulas, kamu muntah.
Tidak ada air mata yang jatuh. kamu masih tidak percaya.
Dari sisa sedikit kewarasan pikiran mu, kamu gunakan
untuk mengabari keluarga, kerabat dan handai taulan. Setelah itu kamu lupa,
lupa harus apa dan bagaimana. kamu hanya bisa duduk diam, saat satu persatu
teman-teman mendatangi rumah sakit sambil menangis memeluk mu, kamu masih tidak
bisa mengeluarkan air mata. “Tidak, ini
hanya mimpi yang teramat buruk”, pikir mu.
Di iringi sirine ambulance, kamu duduk di depan,
membawa jasad yang tercinta tertutup kain kafan dalam keranda. Itu adalah jalur
Perjalanan dalam kota selama tahunan dari rumah mu menuju rumah orang tua mu,
namun pada hari itu, kamu beberapa kali nyasar. kamu tidak dapat menunjukan
jalan. Itu adalah kepulangan mu terakhir kali dengan orang yang kamu cintai.
saat melewati jalan tersebut, pecahlah tangis mu. dengung suara ambulance
menenggelamkan suara kepiluan tangis mu
Melihat begitu banyak yang datang, tangis mu akan
meledak lagi, terutama saat bertemu dengan orang-orang yang sehari-harinya
begitu dekat dengan orang yang kamu cintai, mereka Sahabat-sahabatnya.
Keluarkan tangis mu. Jangan ditahan. Duka itu milik
mu. Lepaskan.
Biarkan air mata mu terus mengalir, saat kau berdoa
disamping jasadnya, menciumnya terakhir kali, dan menaburkan bunga cinta diatas
pusaranya. Karena hanya air mata yang saat itu kamu butuhkan.
Marah
Hal yang selanjutnya kamu rasakan adalah marah. Marah
pada keadaan, marah pada diri sendiri. Marah pada TUHAN. Kenapa dokter tidak
tolong dia? Kenapa kamu tidak ada disampingnya? Mengapa dia tidak memberikan
pertanda? Mengapa dia tinggalin kamu? Kenapa harus dia? Kenapa Tuhan ambil dia?
Setelah semua tak kamu temukan jawabannya, kamu masih tetap marah. Tapi kamu
tidak tahu, kepada siapa kamu lampiaskan amarah mu.
Menangislah. Jangan kamu tahan. Teriaklah, jika
memungkinkan. Pergi sedikit menjauh dari keramaian, lampiaskan emosi dan tangis
mu, untuk sejenak. Ambil waktu mu. Biarkan dirimu sendiri. Itu sedikit membuat
mu lega. Setelah itu, menangislah sepuasnya, mengadu pada ALLAH mu
Takut
Setelah semua kerabat pamit pulang, kamu akan sendiri.
Inilah kesendirian mu untuk pertama kali tanpa orang yang kamu cintai. Tubuh mu
kembali menggigil. Dirimu akan merasa sangat sunyi. Lebih sunyi dari sebuah
taman pemakaman. Ini kali pertama kamu tidur tanpa dia di sisi mu.
Kamu takut menghadapi malam. Kamu berharap semenit ke
depan matahari akan terbit. Malam itu, waktu seperti merambat. Sangat lama.
Kamu takut untuk terpejam. Karena semua detik per detik rangkaian kejadian hari
itu begitu nyata di pelupuk mata mu. Kamu akan kembali menangis. Sedih, marah,
dan takut jadi satu.
Kemudian kamu lelah. Teramat sangat lelah. Kamu pun
tertidur. Terasa begitu nyenyak dan sangat lamaaa. Sepantasnya kamu sudah
mengalami tidur berhari-hari.
Tiba-tiba kamu terbangun, dan jam di dinding
menunjukan kamu baru tidur selama 1 jam. Dan kamu terjaga sampai fajar
menjelang. Ini terjadi berulang pada malam-malam berikutnya. Sleep anea, menjadi teman baru mu.
Di siang hari kamu takut ke luar kamar. Karena setiap
jengkal yang kamu tapaki, sarat kenangan tentang dia. Teras, dapur, kamar
mandi, ruang tv, dia dulu duduk di situ. Dia dulu makan di kursi itu, dia dulu
tidur di situ.
Hari hari berikutnya kamu akan takut ke luar rumah,
karena, setiap tempat yang kamu lewati mengingatkan mu tentang dia yang kamu
cintai. Dia yang tak mungkin kamu temui kembali. Selamanya.
Jalan itu, masjid itu, mall itu, alfa mart itu, pasar
itu, angkot itu, bioskop itu Kamu tidak ingin dunia melihat mu. Kamu tidak
ingin matahari menatap mu.
Kamu takut makan, karena yang kamu makan adalah
makanan favorite kalian. Sayur lodeh kesukaannya. Rawon kegemarannya. Setiap
suap yang melewati kerongkongan mu, air mata adalah bayarannya. Duka mu teramat
mendalam.
Kamu takut melihat semua benda pribadinya. Pakaian,
alat mandi, parfum, kendaraan, tas, ID card. Terasa menyayat dan mencabik
perasaan mu. Kamu akan mulai “menyingkirkan” semua itu. Termasuk foto-foto
kalian. Kamu enggan membuka jejaring social, karena di sana “masih ada dia”.
Kamu enggan menyentuh handphone mu. Karena di situ ratusan foto selfie kalian.
Dalam tangis mu, kamu pun berfikir, kenapa bukan aku
yang pergi? Kamu ingin selalu berlari dan mengadu di pusaranya.
Kesedihan itu bersifat pribadi.
Seperti para pekerja di sebuah pertambangan, yang
tengah mengayak pasir untuk mendapatkan serpihan emas, kamu mulai bisa melihat
siapa sejatinya mereka yang peduli dan sayang dengan mu.
Sepenggal pesan menanyakan kondisi mu, mereka yang mau
menghabiskan waktu dengan mu setiap menjelang petang dengan secangkir teh,
seseorang yang menawarkan kebutuhan mu atau sebuah telepon yang menawarkan
pekerjaan, menjadi sedikit udara segar di tengah sesak yang kamu hirup.
Saat itu, kamu memasuki fase tawar-menawar
Kamu tahu, hidup masih berlanjut. Kamu tahu, ada
keluarga yang juga terpukul dengan kehilangan mu. Kamu sadar bahwa kamu tidak
sendiri. Yang mencintai orang yang kamu cintai itu banyak. Kamu tergerak untuk
beranjak perlahan, walau jiwa mu masih berdarah-darah
Kamu teringat akan teman-teman lama mu, yang bernasib
serupa dengan mu. Kamu mulai menghubungi mereka, dan mulai bertanya “apa yang harus aku lakukan?” – tidak
akan ada orang yang memahami kesedihan orang lain, meskipun mereka mengalami
peristiwa sama. Itulah hakiki dari kesedihan bersifat pribadi. Kamu sendiri
yang pada akhirnya harus mengatasi, dengan waktu yang tak bisa ditentukan
Kamu akan menemui orang-orang baik dan peduli di
sekeliling mu. Yang mau meminjamkan bahunya untuk tangisan mu. Yang menyediakan
rumahnya untuk mu bermalam, yang mengajak mu kembali bersenang-senang. Yang membantu
keuangan mu, Yang melintasi pulau dan terbang untuk memeluk mu. Yang memberikan
kejutan melewati hari istimewa mu. Mereka itu semua dikirim Tuhan kepada mu.
Pahamilah, mereka bersimpati pada mu.
Namun kamu akan pula mendapati mereka yang tiba-tiba
hilang. Tak berkabar. Tak pernah lagi datang. Pahamilah, mereka mungkin kasihan
pada mu.
Kamu mulai menyibukan diri mu. Mulai beranjak dari
sudut ruang tempat mu menyendiri. Tunggulah, akan berita tak terduga, yang
merubah jalan hidup mu. Semua itu adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang kamu ajukan pada Allah.
Namun kamu tidak akan pernah lupa akan duka itu. Akan
ada saat, ditengah kesibukan mu, kamu tetap berderai air mata. Akan ada kembali
perasaan terjatuh, sama seperti hari itu. Dan itu berlangsung di suatu minggu, selama
berbulan-bulan, bahkan (mungkin) bertahun-tahun. Kamu tidak akan menemukan diri
mu kembali sama seperti dulu. Kamu jauh lebih sensitive.
Teruslah mengadu pada Tuhan mu.
Yang pertama
Kamu akan terus melalui hal pertama kali tanpa dirinya
sejak hari itu. pertama melewati ulang tahun pernikah tanpanya, pertama
melewati ulang tahun mu tanpanya, Pertama melewati puasa tanpanya, pertama
melewati hari raya tanpanya, pertama mengambil rapot sekolah buah hati
tanpanya.
Ini juga yang pertama kali kamu harus ke mana-mana
sendiri, pertama belanja bulanan tanpanya, pertama pergi sampai larut malam
tanpa dikhawatirkan dirinya. Dan kamu sadar, kamu sangat merindukan itu semua.
Kamu kembali menangis. Kamu merasa teramat sangat merindukannya.
Kesedihan mu memerlukan waktu, kesedihan tidak
dapat dipaksakan untuk cepat berakhir.
Trauma
Entah mengapa, sejak hari itu, setiap hari, kamu pasti
akan mendengar sirine ambulance. Itu akan membuat hati mu tersayat kembali.
Pada awalnya perasaan terguncang itu timbul lagi. Namun lama-lama kamu akan
terbiasa.
Kamu akan menangis, saat menginjakkan kaki di rumah
sakit untuk menjenguk teman mu. Kamu akan pilu , saat melihat selang infus menusuk
di lengan teman mu.
Penerimaan
Kamu akan bermimpi bertemu dengannya. Percayalah, itu
memang dia. Di mimpi mu kamu tahu, dia sudah pergi selamanya, dan di mimpi mu
kamu yakin ini adalah kehidupan keduanya. Itu artinya kamu sudah mulai bisa
menerima bahwa dia sudah benar-benar kembali ke Tuhannya.
Ini bukan ikhlas. Ilmu itu masih terlalu tinggi untuk
mu. Ini sebuah fase, di mana kamu mulai berdamai dengan keadaan. Kamu mulai
bisa berdamai dengan duka mu. Kamu sudah berdamai dengan amarah mu. Teruskan,
mintalah kekuatan pada Allah, terus curahkan hati mu pada NYA
Kamu mulai bisa membuka diri. Mulai mampu mengatasi
duka dengan kesibukan. Masa sulit perlahan mulai beranjak membaik.
***
Lalu, apa yang harus kamu lakukan, jika kondisi
tersebut menimpa pada orang yang kamu sayangi?
jangan mengucapkan kata-kata yang tidak penting,
seperti “sabar ya” . dekapan mu jauh lebih berharga. Dan hindari menanyakan
“bagaimana perasaan mu?” – atau kata-kata “aku tidak tahu gimana kalo ini
terjadi dengan ku” – karena kelak kita semua pasti akan mengalaminya kan?
Menagislah bersamanya. Jangan pernah cegah dia
menangis. menyuruh dia berhenti menangis saat suasana duka, malah akan membuat
batinnya tertekan. Berikan dia waktu untuk tenggelam sejenak dalam sedihnya. Karena
duka yang tertunda jauh lebih bahaya dari duka yang terlampiaskan.
Tidak menangis saat ditinggal orang yang dicintai,
menggambarkan orang yang teramat hancur. Secara psikologi, dikemudian hari dia
akan mengalami depresi. Kalau dia menangis, sesungguhnya dia sedang mencoba
untuk tabah.
Berikan pelukan tererat mu. Temani dia. Genggam
tangannya. Usap-usap punggungnya. Jangan biarkan dia sendiri. Temui dia
sesering mungkin. Biarkan dia bercerita tentang dukanya. Dengarkan kisahnya.
Walau mungkin dia akan mengulang-ngulang cerita itu
Tawarkan bantuan apa yang dia butuhkan. Kirimi dia
pesan teks. Telponlah jika tidak sempat datang. Ceritakan tentang kondisi di
luar. Pahami dukanya. Dia akan menjadi orang yang lebih sensitive. Tahan ego mu
sedikit. Yakinlah, kamu adalah orang yang sangat dia butuhkan.
Ajak dia melalui jalan yang dihindarinya. Paksa.
Biarkan dia menangis. Yakinkan dia, bahwa dia harus mampu melewati semua jalan
dan tempat kenangan. Sampai dia terbiasa.
Berikan kejutan kecil. Berikan dia kesibukan. Tunjukan
kamu perhatian dan peduli padanya. Biarkan dia curhat di ruang karaoke. temani
bersenang-senang.
dengarkan dia lagu-lagu terbaru, yang belum sempat ada
kenangannya dengan orang yang dicintainya. Berikan kepercayaan dan keyakinan
padanya, semangat, bahwa dia bisa melewati, dan berdamai dengan keadaan
dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan; “Inna lillahi wa inna ilaihi
roji’un”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS
Al-Baqarah : 155-157)
Cibubur, Agustus 2014
Dedicated for all my beloved
friend. Saya sayang kalian.
Langganan:
Postingan (Atom)