CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Jumat, 13 Juli 2012

MY IDOL


Belakangan saya suka iseng nanya sama teman,
“lo punya artis favorite? Siapa?"
ada yang langsung  sebut nama,  Ada yang bilang “nggak ada tuh”, bahkan ada juga yang akhirnya nyebut nama, after saya paksa secara halus 
“ah, masa sih nggak ada 1 pun? nggak mungkiin”. 

Hal ini terjadi gara-gara di kantor baru saya, ada yang amat-amat sangat mengidolakan artis sinetron yang season nya panjang banget itu loh, Shireen Sungkar & Pacarnya. Aselik! Lo Tanya appa aja soal sepasang orang itu, temen saya ini haafal di luar kepala. Dari kebiasaan & makanan Favorite sampe Apa label rekamannya, lagu-lagu nya, dsb dst. Semmua social media nya pun di Follow. 

Ada yang salah? Nggak … apa ada dari tadi saya menyinggung tentang salah & benar mengenai orang yang dia  idolakan? Justru tulisan ini masih belum selesai. Saya Cuma takjub aja, ternyata beneran loh ada orang yang segitu ngefans nya sama public figure, karena menurut saya, mereka kan sama aja bukan sama kita? Bedanya Cuma dia sering nongol di TV, kita sebagai penontonnya? Kalo ngga ada kita yang nonton, mereka juga ngga akan jadi idola 

Atau mungkin karena dunia saya begitu “dekat” dan para bintang-bintang itu ya, dan selalu ter mindset  di benak saya “mereka itu derajatnya sama dengan kita” . Lalu saya mikir lagi, hei ..., ini bukan soal derajat atau Siapa mereka & siapa kita, ini soal kekaguman, soal perasaan simpatik terhadap orang lain, dan nggak harus mereka public figure loh .

“dulu waktu gue kecil, duuuh gue ngefaaansss banget sama Rhoma Irama, sampe-sampe lagu nya itu 24 jam gue puterr, mau lagi tidur, mandi, boker. Kok ada yaa lagu sebagusss ini? Dan puncaknya, Om gue  banting kaset Rhoma Irama gue, karena dia keganggu tidur siangnya. Hahahaha “
 – Cerita sahabat saya, yang sekarang malah megang ratusan penyanyi Top di sebuah label rekaman terkenal, dan tentunya sudah biasa-biasa aja sekarang kalo liat Bang Haji manggung 

Tolong saya mbak, saya pengeeen banget ketemu sama artis B, saya datang dari kampong mbak, saya pengen ketemu
– ujar seorang ABG cewek yang datang ke (bekas) kantor saya, dan mengaku kabur dari rumahnya, (lupa dimana), hanya karena ingin ketemu sosok idola nya. Kisah ini terjadi sekitar tahun 2004, waktu saya masih aktif di lapangan 

Saya kemudian bertanya sama diri sendiri, apa iya saya ngga punya idola? Karena kalo di Tanya sekarang, Ya memang nggak ada, semua biasa aja. Tapi kalo di Tanya dulu lagi kecil, iya pernah. Peristiwanya nyaris sama, dengan kisah sahabat saya diatas. Parahnya dulu saya ampe nangis-nangis tiap denger lagu nya. Dan Baru kesampean ketemu,  sekitar 8 tahun lalu, Hahaha. Dan Yaolo, dia masih ganteng ciiin, kayak waktu kecilnya . 

Iyaa deh, nama nya Julius Sitanggang, Puas? Hahaha .

Dulu, saya juga sempat “tergila-gila” dengan sosok Rico Tampaty, gara-gara Film nya dengan Ida Iasha di “Seputih Kasih Semerah Luka”  - tahun 1988 . (Ayo, tebak berapa berarti umur saya?) , Gara-gara perannya, saya jadi penyuka “Bad Boy” –ahahahaha.  
 tapi Yaaaa, jadi biasa aja sejak punya kesempatan bertemu & wawancara dia. Masih cakep sih, tapi ya gituu deeeh 

Dan ternyata, mengidolakan, atau kekaguman itu tidak harus terhadap orang terkenal loh, karena banyak kok yang meng idolakan Bapak / Ibu nya sendiri, Guru nya (ehm!) atau bahkan ngefans sama temen sendiri, yang nota bene, temen ini bukan ratu atau pangeran sejagat

Kalo ngefans sama temen sendiri, biasanya karena orang tersebut lucu, di mana ada dia selalu aja rame orang ngumpul, atau orang ini pengetahuannya luas, diajak ngomong remeh temeh sampe berat tetep masuk, atau karena bahasanya yang ceplas ceplos . Nah, kalo di Tanya apakah saya ngefans sama temen sendiri, dan kenapa? Jawabannya “IYa -   karena saya seneng dengerin dia nge dongeng”

Entah gimana, kalo temen saya satu ini lagi cerita, bisa-bisanya saya ngerasa berada di tempat kejadian . aselik! Makanya ngga heran, banyak yang pengen deket sama dia. Selain itu dia orang nya tulus, walau raut muka nya kayak Tai (eh, ini dia yang bilang sendiri loh ya, hahaha, saya Cuma mengutip!) – Pokoknya saya terang-terangan ngefans deh sama dia! Hahaha

Kadang mengidolakan teman sendiri terjadi karena , mungkin – dirumah – atau di lingkungan terdekat – tidak ada panutan . Contohnya saja anak saya, Darrel. Eyang nya kerap menceritakan, kalo Darrel selalu pengen punya apa yang temannya punya. Misalnya ; tempat minum, jajanan, bahkan Fotonya ilang dari tas seragam pun, Darrel ikut ngelepas foto nya dari tas seragam dia! 
Biar sama kayak Rafli” 
– alasannya waktu saya Tanya kenapa Fotonya ngga ada di tas. Maklumlah, Darrel anak semata wayang, dan dia ngga bisa nyontoh siapa-siapa yang dunia nya dekat dengan dia. 

Jadi sebenernya, biarkan saja kali ya mereka ngefans ke siapa, dia mengidolakan siapa, itu mengagumi siapa, karena akan ada masa nya kok. Soal berapa lama, ya masing-masing orang berbeda tentunya. Begitu juga kalo missal anak ke 2 mu, selalu pengen samaan baju nya dengan kakak nya, sedang kakak nya marah-marah karena di ikutin adiknya, biarin aja dulu deh. Nanti juga akan tiba masa nya si adik berkata , “karakter saya & kakak beda, saya ngga mau lagi pake yang kakak pake juga”

Eniwei, ada yang ngefans sama saya ? 

*ngumpetin kepala di pasir*

Selasa, 03 Juli 2012

Matematika


Piala Eropa sudah berlalu. Pesta bola dari benua teromantis di dunia ,  menyisakan berjuta rasa. Kalah & menang, pertandingan tersebut tetap bisa di ukur.  Bisa di duga. Sang maestro hipnotispun tak mau kalah, ikutan menebak skor terakhir dua tim juara tersebut. Begitu kongkrit. Tidak seperti Hati, saat kamu menebak perasaannya

Rasa ketertarikan yang pelan-pelan terpupuk di hatimu, menjadi suatu tanda Tanya besar, “apakah dia juga merasakan apa yang aku rasa?” . Perasaan yang mulai menarik-narik sudut hati mu, rasa yang merebut perhatian dan konsentrasi. 

“apakah disana dia merindukan aku?” – kerap datang Tanya mu, ketika ada satu jeda waktu kamu tak berbicara dengan nya. Rasa gatal ingin menyapa , tetapi sesuatu membuat mu menahannya , “gimana kalo dia nggak rindu aku?”

Berharap dia muncul di social media, sebagai kode bahwa dia “masih ada” dan juga memperhatikan mu, walau di hati berkecamuk “hei, jangan-jangan  itu kode bukan buat ku”

Angka-angka di kertas begitu menyebalkan, suara teman bertanya tak terdengar, entah boss bicara apa saat pertemuan, yang kau tunggu Cuma satu ; sapa dari nya

Ah, mengapa begitu sulit menebak isi hatinya kepada mu, mengapa begitu rumit mengetahui dalam nya rasa di dirinya terhadap mu, sungguh ini rumusan terberat dalam segala bidang ilmu

Kamu mengetahui  berapa ribu kaki tinggi nya pesawat saat kamu meninggalkan Jakarta menuju Papua, kamu tahu berapa jam jarak tempuh kereta eksekutif Jakarta-Jogja, kamu juga bisa hitung lama nya perjalanan dari rumah ke kantor di pagi hari , bahkan saat hujan semalaman turun . Tapi kamu tak akan pernah bisa tau , isi hati nya kepada mu – sampai kapan pun , sama seperti hal nya – sampai kapan hati mu tak bisa melupakan dia. Karena Rasa bukan Matematika




*Untuk mu yang nama nya menyerupai nama ku – tulisan ini aku dedikasikan buat KITA  

MY INVISIBLE LOVER

I die everyday just to live for you 
but my strength is invisible 

I pray for you all the time 
but my wish is invisible 

I am the one crying to see your pain 
but my tears are invisible 

I give you all my support 
but my hands are invisible 

I get happy to see your smile 
but my pleasure is invisible 

I do care for your life 
but my concern is invisible 

I think I am your love
but my soulmate is invisible 

Maybe you won’t see me any day, my dear 
but who cares, my love for you is invisible











-Hardiansyah K-