CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Rabu, 23 Januari 2013

Selingkuh itu (semestinya) Indah


Ada yang bilang selingkuh itu indah. Karena tidak ada selingkuh yang terjadi karena kebetulan, mendadak, tak terduga apalagi tiba-tiba. Selingkuh itu perbuatan yang memiliki niat, terencana juga sadar.

Kemudian ada yang beragumen bilang, “Gue kan tidak minta untuk jatuh cinta sama dia, ini terjadi begitu saja”. Ow ow ow, perlu digarisbawahi. Jatuh cinta itu berbeda loooh dengan selingkuh. Jatuh cinta merupakan naluri rasa , sedangkan selingkuh adalah naluri raga, alias nafsu.

Karena sifatnya yang niat dan terencana, maka sudah seyogianya, hubungan suatu perselingkuhan bahagia, penuh bunga-bunga dan kupu-kupu.  Ada rindu yang menggebu di dalamnya. Ada hasrat yang menggelora.

Lalu mengapa hari ini wajah mu yang seharusnya unyu menjadi abu-abu?

“Dia nggak ada kabar”

“Sialan, dia ternyata jalan dengan yang lain”.

“Kalau aku yang butuh dia selalu ada alasan, coba kalau dia yang butuh?”.  

“Gue kangen dia, tapi dia biasa-biasa saja”  

“Gue ribut sama dia, gila cemburuan banget. Perkara sepele padahal”. 

Dan sebagainya.

Oh lala, my dear

Kenapa selingkuh itu malah bikin rumit ya? Rumit sama perasaan. Rumit dengan pikiran. Padahal sebelum terjadi perselingkuhan, semua baik-baik saja. Tidak pernah bad mood dengan alasan tidak jelas. Tidak ada emosi karena perkara kabar seseorang. Tidak pernah bikin status aneh-aneh di media social. Tidak membatasi kawan berinteraksi. Tidak pernah pasang display BBm warna gelap.

Lantas, dimana letak tagline Selingkuh itu Indah? Kemana itu bunga dan kupu-kupunya? Yang lucunya lagi, komunikasi mu dengan teman atau kerabat lain jadi terbatas, karena kamu menon-aktifkan layanan internet di smartphone, dengan alasan supaya tidak ada gangguan dari selingkuhan.

Waduuuh, kenapa jadinya makin ruwet sih? Masa membunuh nyamuk seekor, pakai fogging? Kan cukup ditepak. Pak!

Belum lagi di rumah, yang tadinya dengan pasangan baik-baik saja – jadi suka marah-marah tidak ada juntrungan, tidak berselera buat berhubungan intim, jadi bengong dan serba salah, nangis diam-diam. Aiiih ….

Saya jadi teringat, dulu saya pernah membuat tulisan SELINGKUH ITU NALURI, gara-gara seorang teman bertanya dan minta diajarin cara berselingkuh. Beberapa waktu lalu, di komentar facebook, teman lain malah minta diberi resep cara selingkuh yang baik dan benar.  Lucu-lucu yah mereka?

Sangat disadari, selingkuh itu memang membawa masalah. Sejatinya, nikmatilah masalah seperti halnya menikmati perselingkuhan itu sendiri. Jangan menjadi beban diri, apalagi membebankan orang-orang di sekeliling mu. 


Masih mau diterusin selingkuhnya?




Meruya, Januari 2013

Senin, 14 Januari 2013

Pada Suatu Pagi


Selamat pagi kamu yang bangun jam 5 pagi dan tidur lagi, smartphone yang menyala di pukul 7 dan kamu bangun kembali jam 7.30 – mandi , kemudian berangkat kerja. Ya, kamu. Apa kabar mu hari ini? 

Mengingat sekelumit kebiasaan mu adalah hal yang menyenangkan disaat aku jenuh menghitung waktu. Aku masih ingat itu, karena pada jam kamu berangkat – waktu itu – adalah jam disaat aku tiba di kantor. 

Di mulai dengan naik satu angkutan kota, menuju sebuah terminal bayangan, kemudian melanjutkan dengan bis kota mengarah ke timur Jakarta. 

Hai kamu disana yang berkacamata, masih menghisap 234 kah? Aku juga masih ingat kesukaan makanan mu. “Apa saja, asal nasinya hangat”. Dan warung nasi favorit mu, yang ada dekat kantor, “Karena di sana nasinya selalu hangat” – itu alasan mu dulu. 

Kopi tubruk hitam kapal api yang diseduh dengan air mendidih, bukan dengan air panas dispenser apalagi kopi instant, juga merupakan kegemaran mu yang masih melekat. 

Aku juga masih terbayang pertama kali aku mengenal mu. Dari tulisan-tulisan mu yang bikin tersentak, dengan keliaran imajinasi seolah berontak. Terperangah dengan isi blog mu, yang mengingatkan aku akan sosok seorang Abdulah Harahap. 

Sayang, blog mu hampir setahun berhenti”, Kata ku hari itu. “Dapatkah kamu membuat cerita tentang dendam?” Dan beberapa hari kemudian, kamu pun memenuhinya. Setidaknya, itu yang ku rasakan, biarlah kalau ternyata itu hanya kegeeran ku semata.

Kamu yang suka memakai topi dan bertas selempang kanvas, sebenarnya tidak terlalu banyak yang aku ingat tentang mu. Bahkan aku tidak pernah ingat hal buruk mengenai mu. Mungkin itu cara mu, agar aku selalu mengenang mu pada hal-hal yang indah. 

Disini aku lebih suka mengenang mu, bukan kenangan tentang kita, biarlah itu ku kemas dan dibingkai dengan cara berbeda.




Tanah Abang, Januari 2013

Senin, 07 Januari 2013

Suami Orang


Berawal dari saling sharing, curhat dan kemudian timbul perasaan nyaman, cerita ini kemudian dimulai. Terkadang wanita terjebak dalam cinta segitiga, meski menjadi pihak ketiga dalam hubungan asmara orang lain pasti bukan yang diharapkan . Yang menjadi polemik adalah saat wanita tidak dapat melepaskan diri dari situasi tersebut.  Dengan tulisan ini, saya berharap kaum saya dapat memikirkan ulang, apakah hubungan dengan suami orang ini pantas dilanjutkan? 

Meski si dia mengungkapkan alasan bahwa dia tidak merasa nyaman dengan istrinya atau bahkan sudah tidak mencintai pasangannya lagi, percayalah itu bohong. Kalu dia memang sudah tidak ada rasa, tidak nyaman, tidak cinta – dia pasti sudah menyelesaikan sejak lama, baru membuat hubungan baru. Dari sini sudah terlihat, kalau dia hanya lips service, supaya apa? Supaya disini bertahan, disana tidak hilang. 

Mungkin si dia sering mengatakan akan meninggalkan istrinya, asal tahu saja, itu SEPIK belaka. Karena pada akhirnya, dia tetap akan pulang dan tidur dengan istrinya. 
Karena apa? 

Pernahkah berfikir, dia “bisa seperti ini” karena andil istrinya? Bisa ganteng, mapan, nyaman. Bisa jadi tanpa istrinya, penghasilan dia tidak bisa menopang kehidupan keluarga, tanpa istrinya dia tidak bisa mondar-mandir bermobil. Bisa juga, dia banyak berhutang jasa dengan keluarga istrinya. Dan masih banyak alasan lain yang tidak mungkin dia “mampu” menceraikan istrinya. 

Tidak ada wanita yang mau menjadi option terakhir, namun jika posisi wanita selingkuhan tentu akan akan menjadi pilihan terakhirnya. Prioritas si dia pasti adalah istri dan anak-anaknya. Misalnya, si dia akan menghubungi ketika sendiri dan ada waktu luang. Sementara disini uring-uringan harus menahan seluruh perasaan rindu. Dengan aturan-aturan “jangan hubungin saya di weekend dan pas di rumah” atau balasan pesan yang berbunyi “jangan sekarang, situasi tidak aman”. Yakin, ini yang diinginkan dalam sebuah hubungan?

Jika memang dia berani meninggalkan istrinya untuk wanita lain, yakinkah bahwa dia tidak mengulangi hal yang sama? Dan menuntutnya agar setia? Jangan menuntut kesetiaan padanya, sedangkan dia membangun hubungan diatas ketidaksetiaan.

Jika si dia memiliki anak, kehadiran wanita kedua ikut andil dalam menghancurkan perasaan mereka. Dengan catatan; kalau si anak tahu (paham). Mungkin masih bisa “bersaing” dengan istrinya, dan katakanlah “menang”. Tapi belum tentu dengan anak. Si dia tidak akan pernah mau mengalah jika urusannya adalah anak. Itu harga mati.

Saat berkumpul dengan teman-teman, dan mereka membawa pasangan masing-masing, tentu mereka dengan leluasa bisa mengenalkan kesana-kemari. Bisakah wanita kedua melakukannya? Bisa, kenapa tidak? Tapi tidak sama dong perasaannya seperti mereka. Jujur?

Dari sekian pengalaman teman, dan pengamatan saya, hubungan seperti ini, tidak ada yang berakhir bahagia seperti cerita-cerita dalam novel roman picisan. Kalaupun ujungnya berhasil menjadi sebuah pernikahan, tidak akan bahagia lahir bathin. Diantaranya, akan selalu muncul perasaan tidak aman (insecure) dan ketakutan si dia akan kembali pada (mantan) istrinya. "Cintanya" pada wanita kedua itu tidak sejati, semata-mata karena adanya kepentingan.  SEX.

Jangan pernah merasa, “jika bukan dia siapa lagi yang mau sama saya?” . Harga kita  jauh lebih mulia kok dari yang kita fikirkan. Tidak akan ada bahagia dengan mengorbankan kebahagiaan.





Tanah Abang, 7 Januari 2013


Di kutip sebagian dari rangkuman All Women Stalk.