CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Rabu, 20 Agustus 2014

Metamorfosa



Kesedihan bukanlah suatu proses yang rasional dan logis, karena perasaan-perasaan yang ada saat itu tidak pernah konstan.

# Soon We’ll be Found by SIA – Now Playing 

“kita tak akan pernah siap menghadapi sebuah kesedihan.” (kutipan)

Kamu mungkin bisa sebagai orang yang berani, orang yang ceria, orang yang intelek, bahkan orang yang religious. namun reaksi kesedihan tidak ada hubungannya dengan semua itu

Tiap-tiap yang bernyawa
pasti akan merasakan mati (QS. 3 : 185)

Sepanjang hidup, kesedihan datang dan bisa diatasi, dari mulai diputusin pacar, dikhianati sahabat, hilang uang puluhan juta, di PHK. Namun kesedihan yang paling mendalam adalah saat orang yang dicintai meninggalkan mu untuk selama-lamanya. Apa yang kamu akan alami, jika ini menimpa mu?

Terkejut dan penolakan

Mungkin lebih tepatnya adalah shock. Terguncang. Sangat. Saat dokter memegang pundak mu dan berkata “ibu, maafkan kami, bapak sudah tidak ada” persis disebelah jasad almarhum di ruang ICU

Tiba-tiba mulai ujung jari tangan, menjalar ke kepala dan bagian tubuh mu  yang lain, merasakan kebas, kesemutan. Dingin menggigil. Pikiran kosong. Jantung berdetak kencang. Tenggorokan tak dapat menelan ludah, seperti tercekik, dan dalam pikiran kamu Cuma satu “ini tidak mungkin, dokter sedang bercanda”

Setelah itu perut mu teramat mulas. mulas seperti saat menanti detik-detik melahirkan. Sepersekian detik dari mulas, kamu muntah. Tidak ada air mata yang jatuh. kamu masih tidak percaya. 

Dari sisa sedikit kewarasan pikiran mu, kamu gunakan untuk mengabari keluarga, kerabat dan handai taulan. Setelah itu kamu lupa, lupa harus apa dan bagaimana. kamu hanya bisa duduk diam, saat satu persatu teman-teman mendatangi rumah sakit sambil menangis memeluk mu, kamu masih tidak bisa mengeluarkan air mata. “Tidak, ini hanya mimpi yang teramat buruk”, pikir mu.

Di iringi sirine ambulance, kamu duduk di depan, membawa jasad yang tercinta tertutup kain kafan dalam keranda. Itu adalah jalur Perjalanan dalam kota selama tahunan dari rumah mu menuju rumah orang tua mu, namun pada hari itu, kamu beberapa kali nyasar. kamu tidak dapat menunjukan jalan. Itu adalah kepulangan mu terakhir kali dengan orang yang kamu cintai. saat melewati jalan tersebut, pecahlah tangis mu. dengung suara ambulance menenggelamkan suara kepiluan tangis mu

Melihat begitu banyak yang datang, tangis mu akan meledak lagi, terutama saat bertemu dengan orang-orang yang sehari-harinya begitu dekat dengan orang yang kamu cintai, mereka Sahabat-sahabatnya. 

Keluarkan tangis mu. Jangan ditahan. Duka itu milik mu. Lepaskan. 

Biarkan air mata mu terus mengalir, saat kau berdoa disamping jasadnya, menciumnya terakhir kali, dan menaburkan bunga cinta diatas pusaranya. Karena hanya air mata yang saat itu kamu butuhkan.

Marah

Hal yang selanjutnya kamu rasakan adalah marah. Marah pada keadaan, marah pada diri sendiri. Marah pada TUHAN. Kenapa dokter tidak tolong dia? Kenapa kamu tidak ada disampingnya? Mengapa dia tidak memberikan pertanda? Mengapa dia tinggalin kamu? Kenapa harus dia? Kenapa Tuhan ambil dia? Setelah semua tak kamu temukan jawabannya, kamu masih tetap marah. Tapi kamu tidak tahu, kepada siapa kamu lampiaskan amarah mu. 

Menangislah. Jangan kamu tahan. Teriaklah, jika memungkinkan. Pergi sedikit menjauh dari keramaian, lampiaskan emosi dan tangis mu, untuk sejenak. Ambil waktu mu. Biarkan dirimu sendiri. Itu sedikit membuat mu lega. Setelah itu, menangislah sepuasnya, mengadu pada ALLAH mu

Takut

Setelah semua kerabat pamit pulang, kamu akan sendiri. Inilah kesendirian mu untuk pertama kali tanpa orang yang kamu cintai. Tubuh mu kembali menggigil. Dirimu akan merasa sangat sunyi. Lebih sunyi dari sebuah taman pemakaman. Ini kali pertama kamu tidur tanpa dia di sisi mu. 

Kamu takut menghadapi malam. Kamu berharap semenit ke depan matahari akan terbit. Malam itu, waktu seperti merambat. Sangat lama. Kamu takut untuk terpejam. Karena semua detik per detik rangkaian kejadian hari itu begitu nyata di pelupuk mata mu. Kamu akan kembali menangis. Sedih, marah, dan takut jadi satu. 

Kemudian kamu lelah. Teramat sangat lelah. Kamu pun tertidur. Terasa begitu nyenyak dan sangat lamaaa. Sepantasnya kamu sudah mengalami tidur berhari-hari. 

Tiba-tiba kamu terbangun, dan jam di dinding menunjukan kamu baru tidur selama 1 jam. Dan kamu terjaga sampai fajar menjelang. Ini terjadi berulang pada malam-malam berikutnya. Sleep anea, menjadi teman baru mu. 

Di siang hari kamu takut ke luar kamar. Karena setiap jengkal yang kamu tapaki, sarat kenangan tentang dia. Teras, dapur, kamar mandi, ruang tv, dia dulu duduk di situ. Dia dulu makan di kursi itu, dia dulu tidur di situ. 

Hari hari berikutnya kamu akan takut ke luar rumah, karena, setiap tempat yang kamu lewati mengingatkan mu tentang dia yang kamu cintai. Dia yang tak mungkin kamu temui kembali. Selamanya. 

Jalan itu, masjid itu, mall itu, alfa mart itu, pasar itu, angkot itu, bioskop itu Kamu tidak ingin dunia melihat mu. Kamu tidak ingin matahari menatap mu.

Kamu takut makan, karena yang kamu makan adalah makanan favorite kalian. Sayur lodeh kesukaannya. Rawon kegemarannya. Setiap suap yang melewati kerongkongan mu, air mata adalah bayarannya. Duka mu teramat mendalam. 

Kamu takut melihat semua benda pribadinya. Pakaian, alat mandi, parfum, kendaraan, tas, ID card. Terasa menyayat dan mencabik perasaan mu. Kamu akan mulai “menyingkirkan” semua itu. Termasuk foto-foto kalian. Kamu enggan membuka jejaring social, karena di sana “masih ada dia”. Kamu enggan menyentuh handphone mu. Karena di situ ratusan foto selfie kalian. 

Dalam tangis mu, kamu pun berfikir, kenapa bukan aku yang pergi? Kamu ingin selalu berlari dan mengadu di pusaranya. 

Kesedihan itu bersifat pribadi. 

Seperti para pekerja di sebuah pertambangan, yang tengah mengayak pasir untuk mendapatkan serpihan emas, kamu mulai bisa melihat siapa sejatinya mereka yang peduli dan sayang dengan mu. 

Sepenggal pesan menanyakan kondisi mu, mereka yang mau menghabiskan waktu dengan mu setiap menjelang petang dengan secangkir teh, seseorang yang menawarkan kebutuhan mu atau sebuah telepon yang menawarkan pekerjaan, menjadi sedikit udara segar di tengah sesak yang kamu hirup.

Saat itu, kamu memasuki fase tawar-menawar

Kamu tahu, hidup masih berlanjut. Kamu tahu, ada keluarga yang juga terpukul dengan kehilangan mu. Kamu sadar bahwa kamu tidak sendiri. Yang mencintai orang yang kamu cintai itu banyak. Kamu tergerak untuk beranjak perlahan, walau jiwa mu masih berdarah-darah

Kamu teringat akan teman-teman lama mu, yang bernasib serupa dengan mu. Kamu mulai menghubungi mereka, dan mulai bertanya “apa yang harus aku lakukan?” – tidak akan ada orang yang memahami kesedihan orang lain, meskipun mereka mengalami peristiwa sama. Itulah hakiki dari kesedihan bersifat pribadi. Kamu sendiri yang pada akhirnya harus mengatasi, dengan waktu yang tak bisa ditentukan

Kamu akan menemui orang-orang baik dan peduli di sekeliling mu. Yang mau meminjamkan bahunya untuk tangisan mu. Yang menyediakan rumahnya untuk mu bermalam, yang mengajak mu kembali bersenang-senang. Yang membantu keuangan mu, Yang melintasi pulau dan terbang untuk memeluk mu. Yang memberikan kejutan melewati hari istimewa mu. Mereka itu semua dikirim Tuhan kepada mu. Pahamilah, mereka bersimpati pada mu. 

Namun kamu akan pula mendapati mereka yang tiba-tiba hilang. Tak berkabar. Tak pernah lagi datang. Pahamilah, mereka mungkin kasihan pada mu.

Kamu mulai menyibukan diri mu. Mulai beranjak dari sudut ruang tempat mu menyendiri. Tunggulah, akan berita tak terduga, yang merubah jalan hidup mu. Semua itu adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang kamu ajukan pada Allah.

Namun kamu tidak akan pernah lupa akan duka itu. Akan ada saat, ditengah kesibukan mu, kamu tetap berderai air mata. Akan ada kembali perasaan terjatuh, sama seperti hari itu. Dan itu berlangsung di suatu minggu, selama berbulan-bulan, bahkan (mungkin) bertahun-tahun. Kamu tidak akan menemukan diri mu kembali sama seperti dulu. Kamu jauh lebih sensitive. 

Teruslah mengadu pada Tuhan mu.

Yang pertama

Kamu akan terus melalui hal pertama kali tanpa dirinya sejak hari itu. pertama melewati ulang tahun pernikah tanpanya, pertama melewati ulang tahun mu tanpanya, Pertama melewati puasa tanpanya, pertama melewati hari raya tanpanya, pertama mengambil rapot sekolah buah hati tanpanya. 

Ini juga yang pertama kali kamu harus ke mana-mana sendiri, pertama belanja bulanan tanpanya, pertama pergi sampai larut malam tanpa dikhawatirkan dirinya. Dan kamu sadar, kamu sangat merindukan itu semua. Kamu kembali menangis. Kamu merasa teramat sangat merindukannya. 

Kesedihan mu memerlukan waktu, kesedihan tidak dapat dipaksakan untuk cepat berakhir.

Trauma

Entah mengapa, sejak hari itu, setiap hari, kamu pasti akan mendengar sirine ambulance. Itu akan membuat hati mu tersayat kembali. Pada awalnya perasaan terguncang itu timbul lagi. Namun lama-lama kamu akan terbiasa.

Kamu akan menangis, saat menginjakkan kaki di rumah sakit untuk menjenguk teman mu. Kamu akan pilu , saat melihat selang infus menusuk di lengan teman mu. 

Penerimaan

Kamu akan bermimpi bertemu dengannya. Percayalah, itu memang dia. Di mimpi mu kamu tahu, dia sudah pergi selamanya, dan di mimpi mu kamu yakin ini adalah kehidupan keduanya. Itu artinya kamu sudah mulai bisa menerima bahwa dia sudah benar-benar kembali ke Tuhannya. 

Ini bukan ikhlas. Ilmu itu masih terlalu tinggi untuk mu. Ini sebuah fase, di mana kamu mulai berdamai dengan keadaan. Kamu mulai bisa berdamai dengan duka mu. Kamu sudah berdamai dengan amarah mu. Teruskan, mintalah kekuatan pada Allah, terus curahkan hati mu pada NYA

Kamu mulai bisa membuka diri. Mulai mampu mengatasi duka dengan kesibukan. Masa sulit perlahan mulai beranjak membaik. 

***
 
Lalu, apa yang harus kamu lakukan, jika kondisi tersebut menimpa pada orang yang kamu sayangi?

jangan mengucapkan kata-kata yang tidak penting, seperti “sabar ya” . dekapan mu jauh lebih berharga. Dan hindari menanyakan “bagaimana perasaan mu?” – atau kata-kata “aku tidak tahu gimana kalo ini terjadi dengan ku” – karena kelak kita semua pasti akan mengalaminya kan?

Menagislah bersamanya. Jangan pernah cegah dia menangis. menyuruh dia berhenti menangis saat suasana duka, malah akan membuat batinnya tertekan. Berikan dia waktu untuk tenggelam sejenak dalam sedihnya. Karena duka yang tertunda jauh lebih bahaya dari duka yang terlampiaskan. 

Tidak menangis saat ditinggal orang yang dicintai, menggambarkan orang yang teramat hancur. Secara psikologi, dikemudian hari dia akan mengalami depresi. Kalau dia menangis, sesungguhnya dia sedang mencoba untuk tabah.

Berikan pelukan tererat mu. Temani dia. Genggam tangannya. Usap-usap punggungnya. Jangan biarkan dia sendiri. Temui dia sesering mungkin. Biarkan dia bercerita tentang dukanya. Dengarkan kisahnya. Walau mungkin dia akan mengulang-ngulang cerita itu

Tawarkan bantuan apa yang dia butuhkan. Kirimi dia pesan teks. Telponlah jika tidak sempat datang. Ceritakan tentang kondisi di luar. Pahami dukanya. Dia akan menjadi orang yang lebih sensitive. Tahan ego mu sedikit. Yakinlah, kamu adalah orang yang sangat dia butuhkan.

Ajak dia melalui jalan yang dihindarinya. Paksa. Biarkan dia menangis. Yakinkan dia, bahwa dia harus mampu melewati semua jalan dan tempat kenangan. Sampai dia terbiasa.

Berikan kejutan kecil. Berikan dia kesibukan. Tunjukan kamu perhatian dan peduli padanya. Biarkan dia curhat di ruang karaoke. temani bersenang-senang. 

dengarkan dia lagu-lagu terbaru, yang belum sempat ada kenangannya dengan orang yang dicintainya. Berikan kepercayaan dan keyakinan padanya, semangat, bahwa dia bisa melewati, dan berdamai dengan keadaan

dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan; “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Al-Baqarah : 155-157)

Cibubur, Agustus 2014


Dedicated for all my beloved friend. Saya sayang kalian.

Selasa, 11 Februari 2014

LETTER ON DAY 40

Momi …

Hari ini tepat 40 hari Popi kembali pada sang Pencipta, tepat 40 hari Popi meninggalkan dunia dan orang-orang yang Popi cintai. Tepat 40 hari Popi meniggalkan Momi dan Dae. Meninggalkan Mama, Bapak, Ita dan Ani. Semoga Momi dan Dae sudah mulai bisa menyesuaikan ketidakhadiran Popi dalam hidup kalian lagi.

Ya Allah, tabahkan hati hamba


Momi,

Maafkan Popi tidak meninggalkan tanda atau pesan apapun, karena Popipun sesungguhnya masih ingin terus bersama kalian, Momi paling tahu apa rencana-rencana hidup ku, rencana masa depan yang lebih baik dan layak untuk kita jalani, tapi saat sang Khalik berkehendak lain, Popi dan siapapun tidak pernah akan bisa menolaknya, dan Popi harus pulang di mana nanti setiap yang hidup pasti akan pulang, kepada Allah SWT.

Popi tahu, betapa selama satu tahun terakhir sejak Popi di rawat, hati mu kerap gelisah dan khawatir akan keadaan ku. Bagaimana Momi menjaga tidur ku, dan memastikan bahwa Popi akan kembali terbangun. Terima kasih Momi tetap menjaga sumpah pernikahan kita, tetap saling menerima, saat Popi senang maupun susah, saat sehat ataupun Popi sakit.

Aku tidak ingin mengeluh tentang kondisi ku karena Popi tidak ingin menambah rasa resah mu. Maaf kalau kepergian ku akhirnya menyisakan tangis. Sungguh Popi tidak pernah berniat seperti ini. Kalau saja aku boleh memilih. Tapi Momi harus yakin, bahwa keputusan Allah jauh lebih baik dari putusan manusia pilihan sekalipun. 

Iya, Pop …


Mom,

Singkirkan semua pertanyaan-pertanyaan yang tak mungkin terjawab. Jangan lagi momi berandai-andai, jangan pula momi menyalahkan diri atau keadaan. Yakinlah Allah Maha Baik, karenanya Popi juga meyakini, bahwa ini sudah menjadi yang terbaik untuk semua.

Momi si muka bulat,

Udah dong, Momi jangan nangis terus. Momi kan tahu Popi nggak tahan lihat Momi nangis, karena sekarang Popi nggak tahu harus berbuat apa. Popi nggak bisa lagi peluk Momi. GaK mungkin lagi usap-usap punggung Momi. Popi tahu Momi itu kuat dan tabah. Karena Popi sudah membuktikan sendiri, bagaimana saat Popi jatuh dulu, Momilah sebagai pegangann. Momi yang tetap mampu berdiri untuk Popi bertahan. Momi yang tetap merengkuh agar Popi tetap bisa kuat.

Momi pasti pernah dengar, tiap kali manusia diberikan cobaan, artinya dia akan di naikan kelasnya, ditinggikan derajatnya. Artinya Momi dapat Kepercayaan dari Allah. Contohnya gini deh, ada seorang karyawati yang tiba-tiba di pindahin ke suatu posisi kerjaan yang dia sama sekali nggak tahu dan tidak ada yang ngajarin pula. Kemudian dia mengeluh, “Kenapa gue sih?” –

Dibalik itu semua, atasannya sesungguhnya sedang menaruh kepercayaan pada si karyawati, karena di mata si atasan, karyawati ini yang paling mampu diantara teman-temannya yang Cuma bisa ha-ha-hi-hi. Di samping itu, si atasan tengah menyiapkan promosi jabatan (tentu dengan kenaikan gaji) untuk diri si karyawati.

Sekarang kamu bisa bayangin, itu baru kelas kantor kecil. Ini Allah Subhanahu Wata’ala, pemilik langit dan bumi, tata surya beserta planet-planetnya, yang sedang menguji Momi, karena Allah Maha Tahu, bahwa umatnya yang bernama ridzki utami, itu mampu dan pantas di naikan derajatnya.

Amin ya Allah amiiiin ….


Kalau Momi selalu cerita bahwa Momi sangat membutuhkan Popi, tahu nggak sih, bahwa sesungguhnya Popilah selama ini yang sangat membutuhkan Momi? Popi yang selalu bergantung sama Momi. Popi yang memerlukan Momi. Momi tahu kan seperti apa Popi cintanya sama Momi?

Aku rindu kamu, Pop … Kita saling membutuhkan, kita saling mengisi ….


Kalau Momi rindu Popi, peluklah buah cinta kita, karena di sana aku tinggalkan darah ku bersamanya. Tolong jaga titipan Allah yang ini ya. Anak kita, Darrel. Popi yakin Momi bisa menjaga, membimbing, mengajarkan Dae hal-hal yang belum sempat Popi lakukan.

Satu lagi, Popi juga titip keluarga. Tolong gantikan Popi untuk berkirim kabar kepada mereka. Sesekali telponlah. Kalau ada rezeki, bawalah Dae ke sana. Momi tidak perlu khawatir, karena Momi tetap anak Mama dan Bapak, tetap Kakak bagi Ani dan adik bagi Ita. Tetap keluarga dari saudara-saudara di kalimantan.

Iya Pop, Insha Allah. Ini amanat terbesar mu.


Momi ndut,

Popi paham betapa sakit dan sedihnya sebuah kehilangan, tapi Momi harus belajar untuk ikhlas. Iya sih, untuk ikhlas itu memang tidak mudah. Butuh proses yang panjang. Tapi coba lakukan apa yang selama hidup Popi lakukan untuk menuju suatu keikhlasan. Husnulzon. Selalu berfikiran postif, Positif dan positif. Berprasangka baik. Itu saja dulu, jika buat Momi ikhlas itu terlalu sulit. Insha Allah, suatu hari nanti Momi akan ketemu jalannya untuk ikhlas kalau titipan Allah ini pergi dari dunia untuk selamanya.

(nangis)


Momi Tayank,

Momi harus bersyukur, banyak orang-orang baik yang benar-benar baik ada di samping Momi. Pun orang yang dulunya Momi abaikan, dia tidak melupakan Momi kan? Popi percaya, banyak yang sayang dan peduli ke Momi dan Dae. Momi nggak perlu khawatir. Ya?

Di mana dan kemana kita melangkah, sudah jadi rahasia umum kalau Teman mu adalah teman ku, dan teman ku teman mu juga. Percaya deh, mereka akan bantu menjaga Momi.

Iya Pop, mereka baik banget sama kami Pop.


Momi entut ayam …

Maaf Popi nggak bisa cerita bagaimana kondisi ku di sana, Popi berada di mana, dan lain sebagainya. Ini Rahasia Allah, kita tidak bisa mendapat celah walau selubang kulit ari-pun. Tapi percayalah, setiap Doa yang Momi panjatkan, Allah pasti mendengar.

Ngomong-ngomong soal berdoa, Popi minta, Momi jangan pas lagi kena musibah aja baru berdoa ya? Momi aja sebel kan, sama orang yang datang ke Momi pas susahnya doang? Lagi seneng ngilang deh. Walau Allah Maha Pemaaf bagi hambanya yang bertaubat, tapi ngga begitu juga kan, Sholat kalau lagi ada butuhnya aja.

Iya, Pop … (makin nangis)


Momi montok,

Rambut mu sudah mulai kembali keriting ya? Popi lebih suka melihatnya, karena pas dengan bentuk wajah Momi. Walau seumur kita hidup bersama, bentuk rambut mu yang keriting nggak bertahan lama, tapi Popi tetep cinta kok.

Aku masih boleh di smoothing kan Pop?


Momina,

Ini sebenrnya bukan tulisan ku. Bukan juga kata-kata yang keluar dari mulut ku. Momi kan tahu, kalau Popi nggak pandai bicara. Cuma bisa senyum-senyum. Tapi Popi percayakan Momi untuk mendeskripsikan pikiran ku, karena di 15 tahun sisa hidup ku, Momilah orang terdekat ku dan yang paling tahu isi kepala ku. Teruslah menulis Mom.

Mom,

Terima kasih atas segala yang sudah Momi beri. Tawa dan tangis. Canda juga cela. Sop kesukaan ku, teh manis anget kegemaran ku, pelukan dan ciuman mu, kacang kulit dua kelinci yang kita makan bersama saat nonton TV. Ya, Popi juga akan merindukan itu semua. Jaga diri baik-baik, supaya Momi bisa jaga Darrel lebih baik. Sampaikan Peluk dan Cium Popi buat Dae.

Popi Sayang Momi dan Dae Selalu.

Momi sayang dan cinta Popi. Selalu Pop. Selamanya . I Love You Popi. We Love You.