CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Rabu, 17 Februari 2016

LGBT



Issue LGBT masih kenceng ya? Di mana-mana dibahas. Sampai-sampai artikel yang sudah saya baca dari media online pun di copy paste lagi panjang-panjang di grup chatting.



LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. (wikipedia)
Saya bisa dibilang tahu tentang lesbian dan gay sejak saya sekolah dasar. Karena ada beberapa teman ibu saya yang berorientasi demikian. Mereka dulu suka main ke rumah. 


Banci, tahunya dari tukang ngamen yang bawa gitar triplek di film komedi warkop DKI (diperankan oleh Didik Nini Thowok). Sedang biseksual ngertinya setelah remaja. Itupun karena baca-baca. Kalau transgender, saya tidak punya kenalan, dan yang saya tahu cuma Dorce saja yang demikian. 



Dari sekedar hanya tahu, pada akhirnya saya pun bergaul dengan teman-teman LGBT sekitar 7 tahun belakangan ini. Pergaulan saya hanya sampai pada kenal baik. Sesekali main ke rumah mereka. Atau diundang nonton fashion show di sebuah club gay. Selanjutnya hubungan saya lebih ke pertemanan di media sosial. 



Satu hal yang membuat saya nyaman kala berada dekat mereka, bawaan saya happy terus. Ngakak tidak ada habisnya. Ada saja celoteh mereka yang bikin saya tertawa sampai kejet-kejet. Yang buat saya bangga juga bisa kenal dengan mereka, sungguh teman-teman LGBT saya adalah orang yang memiliki talenta. MC, Make Up artis, Designer, Aktris dan lain-lain. Rata-rata sih mereka memang lebih ke dunia seni. Dan dari mereka jugalah saya paham, ada LGBT memang pilihan hidup (takdir mereka, dan mereka konsekwen) ada juga yang abal-abal.



Adalah Mizz Ajeng, sosok LGBT berstatus shemale (baca: banci) yang paling dekat dengan saya. Dari dia saya tahu, bahwa banci ngamen yang door to door itu, sesungguhnya bukan banci. Tapi mereka laki-laki yang berperan sebagai banci; lucu-lucu aneh, biar dapet uang. Mizz Ajeng merasa, sosok banci abal-abal seperti mereka yang membuat stigma banci itu serem, nakutin, dan mengerikan. 



Tapi bener juga sih, sejak berteman dengan Mizz Ajeng, orang yang saya ajak berkenalan dengan Mizz Ajeng berpendapat, pemikiran tentang banci sedikit berubah. 



“iya ih, nggak seserem bayanganku tentang banci” begitu komentarnya.



Ada omongan yang pernah saya dengar, bahwa “walau mereka itu berpenampilan banci, mereka sesungguhnya tetap laki-laki, jadi hati-hati kalau kamu sebagai perempuan dekat-dekat mereka, laki-laki tetap laki-laki”



Tidak demikian dengan Mizz Ajeng.  Sampai saat ini, yang saya rasakan terhadapnya ya Mizz Ajeng itu “perempuan”.  Dia sukanya sama laki-laki. Catat. Laki-laki. Banci sejati tidak suka dengan gay. Banci itu merasa dirinya perempuan. Tapi  “terjebak” dalam tubuh laki-laki. Mizz Ajeng konsekwen loh, dari dia memproklamirkan dirinya sebagai banci, dia tidak pernah lagi “berwujud” laki-laki. 24 jam hidupnya sebagai “perempuan”. Sholat, pakai mukena. Pengajian, ya pakai hijab. 



Mizz Ajeng juga berhati “perempuan”, mana kala dia merasa sangat-sangat tersakiti dan kecewa, karena kekasihnya (yang dia harapkan) seorang laki-laki, ternyata berakhir menjadi banci juga. Saya ingat, 4 tahun lalu dia bermalam di rumah saya, cuma untuk curhat marah sambil menangis sejadi-jadinya, sambil berkata : “Mom, aku ini BANCI bukan LESBIAN”



Saya kenal Mizz Ajeng justru dari mantan kekasihnya itu yang nota bene teman saya. Finally, justru hubungan saya jauh lebih karib ke Mizz Ajeng. 
Dari sosok Mizz Ajeng lah saya hapuskan ungkapan “lelaki pengecut itu banci” atau “laki-laki lemah itu banci”.  Karena Mizz Ajeng yang banci beneran bukan sosok pengecut. Tidak ada hubungannya tuh antara laki-laki pengecut sama dengan banci. Dan banci bukan orang yang lemah. Pejuangan mereka, terutama untuk bertahan hidup, sungguh luar biasa.



Mizz Ajeng adalah salah satu orang yang ada disamping saya saat saya terpuruk dalam duka. Saya ingat, lepas 10 hari sepeninggal suami, saya sambangi rumahnya. Berdiri bego begitu lama depan pintunya yang tertutup. Saat itu masih pagi. Saat saya telepon, Mizz Ajeng ternyata baru bangun tidur, dan berada di wilayah lain (jauh dari rumah) namun berhasil 30 menit kemudian, dia sudah ada di samping saya, peluk saya dan kami menangis bersama. 



Saat itu merupakan fase saya berupaya bangun membenahi hati dan pikiran saya. Fase masih terpuruk-puruknya. Saya  mencoba mengalihkan dengan mengikuti  team charity for cancer.  14 hari saya ditampung “di sarang” Mizz Ajeng.  Dia terima saya dengan hati lapang dan tangan terbuka. Bahkan hidup hari-hari saya pun ditanggungnya. 



Ada satu moment yang tidak bisa saya lupakan. Tengah malam, saat saya terlelap, dan tiba-tiba saya terbangun kemudian menangis sejadinya, Mizz Ajeng yang sedang menjahit pesanan baju, sontak lari memeluk saya dan membisikan kalimat-kalimat Allah. Dia tuntun saya beristigfar. Lalu kami membaca Al Fatihah bersama, sambil ikut menangis. Kemudian dia tetap disamping saya, sampai saya terlelap kembali.
Saya pernah nanya ke Mizz Ajeng, kalau dia mati, jasadnya mau sebagai apa? Dia bilang - hal ini juga disampaikan ke ibundanya - "Bu, kalo saya mati, saya udah nggak bisa apa-apa, terserah ibu nanti atau yang masih hidup mengkebumikan saya sebagai apa"







***




Saya tidak membenci LGBT.  Juga tidak menistakan mereka.  Buat yang sudah menganggap itu sebagai takdirnya, adalah tanggung jawab hidup dunia akhirat mereka. 
Bukan, bukan karena kedekatan saya dengan cerita di atas. Buat saya, mereka sebagai pribadi, punya hak juga untuk belajar di sekolah dan perguruan tinggi, bekerja di kantoran, belanja di pasar, atau mendapat pengobatan. Saya tidak mau nge-judge buat pilihan mereka. 



Namun begitu, bukan berarti saya menjadi bagian dari mereka. Karena takdir saya tidaklah serupa. Kami saat ini sama-sama berjalan, tapi dengan tujuan yang berbeda.
Sudah aturannya, pasangan mur adalah baut, kutub positif & kutub negatif,  lubang kunci dan anak kunci. Bagi yang merasa kodratnya, bersyukurlah. Jaga diri. Tak perlu menghakimi tentang dosa orang lain. Tak usah berkomentar salah dan benar. Menjalani hidup merupakan sebuah pilihan. Tapi saat lahir, kita tak bisa berkehendak.


Tulisan ini murni opini pribadi. Tidak untuk mengcounter permasalahan di luar sana, dan tidak pula mencari  pembenaran atau pembelaan. Jika memang ada yang tidak sependapat, bukan masalah kok buat saya. Ini dibuat karena kegelisahan hati saya. Bukan untuk ajang saling mencela.





Cheers

Cibubur, Februari 2016 



Kalau kuota cukup, buka ini >  https://www.youtube.com/watch?v=TwS318co3ic 

Selasa, 02 Februari 2016

Poligami



Telah diketahui betapa banyaknya orang yang tidak menyetujui adanya poligami, terutama dari pihak kaum saya. Karena kaum wanita mempunya rasa ghiroh (cemburu) apabila suaminya mencintai wanita lain. Kemudian wanita akan menganggapnya sebagai penghinaan bagi kaum wanita dan perampasan terhadap hak – hak mereka.

Apabila seorang suami ingin melakukan poligami namun istri pertamanya menolak untuk dimadu, maka itu adalah hak kaum wanita untuk menolaknya. Namun tidak dibenarkan bagi wanita untuk mengingkari hukum Allah SWT  yang membolehkan suami berpoligami. Setiap muslim harus taat pada semua hukum Allah SWT, agar tercapainya iman yang sempurna dan benar dihadapan Allah SWT.

Cerita mengenai poligami semakin seru diperbincangkan, karena salah seorang teman saya menjalaninya. Dari sekedar cerita yang disampaikan oleh pihak kedua, maka akhirnya saya berkesempatan langsung bertanya dengan yang bersangkutan. Berhubung ini adalah pembicaraan yang santai tapi serius, maka pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkanpun bersifat becanda. Namun dibalik itu, banyak makna yang tersurat serius dari jawaban-jawban teman saya.

Berikut petikan wawancara terbuka saya (karena saya wawancaranya di grup Whats App) dengan teman saya (saya copy paste sesuai dengan cara dia mengetik)

(R): Bagaimana anda menjaga stamina?
(D) : Saya selalu berolah raga Bu reporter

(R): 2 hari tidur hanya 4 jam, tapi anda tetap stabil. Apa ada ramuan kusus?
(D) : Menjaga makanan n menjaga pikiran

(R): bagaimana menjaga harmonisasi suara 1 suara 2 agar tetap enak di dengar?
(D) : Bu, kita hrus selalu bisa memainkan tempo. syaratnya NS4

(R):  oh, memainkan tempo dengan tepat. luar biasa. apa itu NS4?
(D) : Niat, Serius, Sabar, Sayang, Setia.. Memainkan tempo artinya harus ada ngalah sm istri, tp gak boleh kalah. Rajin2 kasih pengertian. Sabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar. Krn wanita tercipta dari tulang rusuk. Tulang rusuk itu bengkok. Kalo dipaksakan diluruskan dg emosi, Patah. Mesti pelan2. N sabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar

(R): ada yang menjadi pertanyaan sedikit menggelitik di benak saya. apakah anda pernah bertrio dalam satu panggung?
(D) : Threesome Haram

(R): bagaimana solusi anda, jika masing2 vokalis mengalami gangguan tenggorokan, sedangkan anda sudah waktunya manggung?
(D) : Jwabannya, sabaaaaaaaaaaaaaaaaaar. "Banyak jalan menuju Roma"

(R): apakah anda pernah berfikir untuk menyerah dan membubarkan grup vokal anda? kenapa?
(D) : Gak pernah. Bon Jovi : it's my life

(R): suara vokalisnya, yang mana yang paling anda suka?
(D) : Rahasia hati, hanya milik saya n allah

(R): Baik, lebih enak mana, punya grup vocal atau solois?
(D) : Solois

Sebelum wawancara ini saya sudahi, teman saya memberikan sedikit – kalo saya bilang sih rangkuman pembicaraan yang dipenuhi canda tawa – akan tanya jawab di atas. Bahwa pada intinya dia tidak tersinggung atau marah, bila ada yang membahas permasalahan ini yang bersifat candaan maupun serius, karena pada dasarnya dia mau berbagi wawasan tentang poligami. tidak ada niatan mendoktrin atau menyombongkan bahkan mempermalukan wanita, karena teman saya ini adalah  Penentang orang bicara : Lebih baik beli sate kambing, daripada piara kambing".

Baginya wanita itu adalah makhluk yg mulia, bukan sekedar pelampiasan hawa nafsu belaka. Karena di indonesia, orang-orang yang poligami, masih dianggap tabu bahkan haram dan tak jarang jadi bahan gosip miring, dia meminta untuk kita bersama-sama berkaca diri, karena dalam rumah tangga yangg normal pun (hanya 1 isteri) , kita juga punya masalah.