Selamat pagi kamu yang bangun jam
5 pagi dan tidur lagi, smartphone yang menyala di pukul 7 dan kamu bangun
kembali jam 7.30 – mandi , kemudian berangkat kerja. Ya, kamu. Apa kabar mu
hari ini?
Mengingat sekelumit kebiasaan mu
adalah hal yang menyenangkan disaat aku jenuh menghitung waktu. Aku masih ingat
itu, karena pada jam kamu berangkat – waktu itu – adalah jam disaat aku tiba di
kantor.
Di mulai dengan naik satu
angkutan kota, menuju sebuah terminal bayangan, kemudian melanjutkan dengan bis
kota mengarah ke timur Jakarta.
Hai kamu disana yang berkacamata,
masih menghisap 234 kah? Aku juga masih ingat kesukaan makanan mu. “Apa saja, asal nasinya hangat”. Dan
warung nasi favorit mu, yang ada dekat kantor, “Karena di sana nasinya selalu hangat” – itu alasan mu dulu.
Kopi tubruk hitam kapal api yang
diseduh dengan air mendidih, bukan dengan air panas dispenser apalagi kopi instant, juga merupakan kegemaran mu yang
masih melekat.
Aku juga masih terbayang pertama
kali aku mengenal mu. Dari tulisan-tulisan mu yang bikin tersentak, dengan
keliaran imajinasi seolah berontak. Terperangah dengan isi blog mu, yang
mengingatkan aku akan sosok seorang Abdulah Harahap.
“Sayang, blog mu hampir setahun berhenti”, Kata ku hari itu. “Dapatkah kamu membuat cerita tentang dendam?”
Dan beberapa hari kemudian, kamu pun memenuhinya. Setidaknya, itu yang ku
rasakan, biarlah kalau ternyata itu hanya kegeeran ku semata.
Kamu yang suka memakai topi dan
bertas selempang kanvas, sebenarnya tidak terlalu banyak yang aku ingat tentang
mu. Bahkan aku tidak pernah ingat hal buruk mengenai mu. Mungkin itu cara mu,
agar aku selalu mengenang mu pada hal-hal yang indah.
Disini aku lebih suka mengenang
mu, bukan kenangan tentang kita, biarlah itu ku kemas dan dibingkai dengan cara
berbeda.
cerita ini... mengingatkan ku sama sahabat lelaki ku, pacar ku lalu menjadi mantan ku dan kembali menjadi sahabat ku yg menghilang ;o(
BalasHapusmenyenangkan bukan, mengenang dia? :)
BalasHapus