Saat manusia di muka bumi ini “bermonolog” dengan sang
Khalik, saya menyebutnya itu sebagai Doa. isinya - biasanya - Permintaan hal-hal yang baik,
menyenangkan, yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan para hambanya
Kalimat “Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang
kita ingin kan” – Itu benar adanya. Karena Dia Maha mengetahui apa yang tidak
di ketahui dari sedikit ilmu manusia. Tapi pernahkan kita menyadari, kalo DIA – pun sebenernya sering mengabulkan apa yang
kita ingin kan? Namun ternyata kita
tidak sanggup menajalani keinginan sendiri yang telah di kabulkan oleh Nya?
Waktu kuliah dulu, saya pernah Monolog sama Tuhan, kurang
lebih gini
“Tuhan, di Jogja banyak
Bule tuh, mau dong salah 1 nya jadi
temen saya, biar saya pinter & lancar bahasa Inggris nya”
Keinginan saya di kabulkan. Salah 1 (mantan) teman cowok
saya, punya pacar Bule Australi. Karena kami tinggal di rumah yang sama,
otomatis itu bule nya serumah juga dong sama saya. Tapi ternyata, Bule nya bule Kuper. Saking Kupernya, boro-boro ya dia ngajarin saya ngoceh bahasa Inggris, keluar kamar aja
jaraaaaang, intinya nggak mau sosialisasi. Di tambah, ternyata (mantan) temen
cowok saya – yang nota bene pacarnya – posesive banget, saya ngga pernah berusaha “di
dekatkan” sama itu Bule . Hih!
Andai ada Dialog antara saya dengan Tuhan, mungkin sepereti
ini isinya :
Saya: “Tuhan, terima
kasih udah kabulin keinginan saya punya kenalan orang bule. Serumah malah. Tapi
kok kayak gitu? Sombong, di kamar mulu, pacar nya ngga ngizinin saya temenan”
Tuhan : “Dulu Doa kamu
apa?”
Saya : “Pengen Punya
temen bule”
Tuhan : “Aku sudah kabulkan kan? Apakah kamu pernah meminta
secara detil keinginan mu?”
Saya : “Tidak, Tuhan”
Tuhan : “Lain kali,
jika kamu memohon pada Ku, pastikan kamu SIAP, saat Aku mengabulkannya”
Ada lagi kisah keinginan saya, yang oleh Nya di
Kabulkan. Dengan isi doa kira-kira seperti
ini
“Saya kuliah jurusan
komunikasi karena saya Ingin jadi Reporter, Kabulkan doa ku Tuhan”
Lulus kuliah setahun, saya bener loooh jadi Reporter. Tapi
reporter Gosip. Alias Infotainment. Awal-awal sih happy, doa terkabul. 3 Bulan kemudian
mulai berasa deh, ganjalan di hati, saat melawan nurani ketika harus membongkar
aib orang dan menyebarkan nya ke publik, seperti itulah penilaian saya. Saya mempertanyakan kembali pada Tuhan. Jika ada dialog nya, mungkin seperti ini ;
Saya : “Tuhan, terima
kasih keinginan saya jadi Reporter di kabulkan. Tapi kenapa begini ya? Siang
malam nungguin rumah orang, Cuma supaya tau kebenaran & aib mereka? Belom harus berantem sama cameramen, supir songong,
juga sama korlip nya L “
Tuhan : “Dulu kamu
memohon apa pada Ku?”
Saya : “Jadi Reporter”
Tuhan : “Sudah Aku
penuhi. Apa Pernah kamu minta pada Ku, reporter yang seperti apa?”
Saya : “Tidak, Tuhan”
Tuhan : “Lain kali,
jika kamu memohon pada Ku, pastikan kamu SIAP, saat Aku mengabulkannya”
Kisah lain saya, mengenai Keinginan saya yang di Kabulkan
Oleh Nya , di dahului dengan do’a kira-kira seperti ini
“ Tuhan, saya ingin
punya suami yang dari luar pulau Jawa. Biar nanti kalo pulang kampung nya nggak
di Jawa lagi, jawa lagi”
Dan Tuhan mengabulkan keinginan saya. Saya di beri jodoh,
Lelaki tampan asli Kalimantan Timur, dari suku Dayak. Tapi apa yang terjadi?
Ternyata kami jarang sekali bisa berjumpa dengan keluarga dari sana. Karena Tiket peswat Mahal banget. Dan sungguh
sedih rasanya, bertahun-tahun tidak bisa pulang.
Jika ada dialog nya, mungkin seperti ini ;
Saya : “Tuhan, terima
kasih keinginan saya berjodohkan orang dari luar pulau jawa di kabulkan, tapi ternyata
tinggal beda pulau malah bikin susah ketemu keluarga“
Tuhan : “Dulu kamu
minta nya Apa?”
Saya : “Punya suami
bukan orang dari pulau Jawa”
Tuhan : “Sudah Aku
penuhi. Apa kamu pernah minta Pada ku, bagaimana menjalani kehidupan yang
saling berjauhan dengan keluarga?”
Saya : “Tidak, Tuhan”
Tuhan : “Lain kali,
jika kamu memohon pada Ku, pastikan kamu SIAP, saat Aku mengabulkannya”
Salah seorang sahabat saya juga pernah mengutarakan
keinginan dirinya, yang ia pintakan kepada Tuhan.
“Keinginan gue
sederhana, gue pengen jadi ibu rumah tangga yang melayani suami. Suami nya yang
kerja jam kantoran. Berangkat jam 8 pagi,
pulang jam 4 sore.”
Kesederhanaan keinginannya itu di kabulkan Tuhan, dia
mendapatkan persis seperti doa nya. Dan …
“Suami gue hidup dalam
dunia kerja nya, pun ketika sudah di rumah. Sementara dia tidur depan TV, gue
di kamar. Dia emang kerja berangkat pagi
pulang sore, tapi kami hampir ngga pernah bicara satu sama lain. Bertahun-tahun kami seperti ini. Gue kesepian”
Andai ada dialog antara sahabat saya dengan Tuhan, dapatkah kita membayangkan seperti apa kan isi pembicaraannya?
GOD IS GREAT , GOD IS GOOD