CURCOL

Curcol (20) Fiksi (9) Opini (19) fenomena (20)
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Februari 2016

Poligami



Telah diketahui betapa banyaknya orang yang tidak menyetujui adanya poligami, terutama dari pihak kaum saya. Karena kaum wanita mempunya rasa ghiroh (cemburu) apabila suaminya mencintai wanita lain. Kemudian wanita akan menganggapnya sebagai penghinaan bagi kaum wanita dan perampasan terhadap hak – hak mereka.

Apabila seorang suami ingin melakukan poligami namun istri pertamanya menolak untuk dimadu, maka itu adalah hak kaum wanita untuk menolaknya. Namun tidak dibenarkan bagi wanita untuk mengingkari hukum Allah SWT  yang membolehkan suami berpoligami. Setiap muslim harus taat pada semua hukum Allah SWT, agar tercapainya iman yang sempurna dan benar dihadapan Allah SWT.

Cerita mengenai poligami semakin seru diperbincangkan, karena salah seorang teman saya menjalaninya. Dari sekedar cerita yang disampaikan oleh pihak kedua, maka akhirnya saya berkesempatan langsung bertanya dengan yang bersangkutan. Berhubung ini adalah pembicaraan yang santai tapi serius, maka pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkanpun bersifat becanda. Namun dibalik itu, banyak makna yang tersurat serius dari jawaban-jawban teman saya.

Berikut petikan wawancara terbuka saya (karena saya wawancaranya di grup Whats App) dengan teman saya (saya copy paste sesuai dengan cara dia mengetik)

(R): Bagaimana anda menjaga stamina?
(D) : Saya selalu berolah raga Bu reporter

(R): 2 hari tidur hanya 4 jam, tapi anda tetap stabil. Apa ada ramuan kusus?
(D) : Menjaga makanan n menjaga pikiran

(R): bagaimana menjaga harmonisasi suara 1 suara 2 agar tetap enak di dengar?
(D) : Bu, kita hrus selalu bisa memainkan tempo. syaratnya NS4

(R):  oh, memainkan tempo dengan tepat. luar biasa. apa itu NS4?
(D) : Niat, Serius, Sabar, Sayang, Setia.. Memainkan tempo artinya harus ada ngalah sm istri, tp gak boleh kalah. Rajin2 kasih pengertian. Sabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar. Krn wanita tercipta dari tulang rusuk. Tulang rusuk itu bengkok. Kalo dipaksakan diluruskan dg emosi, Patah. Mesti pelan2. N sabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar

(R): ada yang menjadi pertanyaan sedikit menggelitik di benak saya. apakah anda pernah bertrio dalam satu panggung?
(D) : Threesome Haram

(R): bagaimana solusi anda, jika masing2 vokalis mengalami gangguan tenggorokan, sedangkan anda sudah waktunya manggung?
(D) : Jwabannya, sabaaaaaaaaaaaaaaaaaar. "Banyak jalan menuju Roma"

(R): apakah anda pernah berfikir untuk menyerah dan membubarkan grup vokal anda? kenapa?
(D) : Gak pernah. Bon Jovi : it's my life

(R): suara vokalisnya, yang mana yang paling anda suka?
(D) : Rahasia hati, hanya milik saya n allah

(R): Baik, lebih enak mana, punya grup vocal atau solois?
(D) : Solois

Sebelum wawancara ini saya sudahi, teman saya memberikan sedikit – kalo saya bilang sih rangkuman pembicaraan yang dipenuhi canda tawa – akan tanya jawab di atas. Bahwa pada intinya dia tidak tersinggung atau marah, bila ada yang membahas permasalahan ini yang bersifat candaan maupun serius, karena pada dasarnya dia mau berbagi wawasan tentang poligami. tidak ada niatan mendoktrin atau menyombongkan bahkan mempermalukan wanita, karena teman saya ini adalah  Penentang orang bicara : Lebih baik beli sate kambing, daripada piara kambing".

Baginya wanita itu adalah makhluk yg mulia, bukan sekedar pelampiasan hawa nafsu belaka. Karena di indonesia, orang-orang yang poligami, masih dianggap tabu bahkan haram dan tak jarang jadi bahan gosip miring, dia meminta untuk kita bersama-sama berkaca diri, karena dalam rumah tangga yangg normal pun (hanya 1 isteri) , kita juga punya masalah.

Senin, 24 Desember 2012

Kisah Natal


Sedari saya kecil, saya sudah tahu kalau Santa Klaus itu nggak ada. Karena ini Indonesia. Santa Klaus kan kendaraannya kereta salju. Lah, mana mungkin lewat & mampir di Indonesia? Apalagi di Jakarta. Tapi ada satu hal yang saya sangat percaya, bahwa tiap Natal ada tradisi tukeran kado. Keyakinan saya makin bertambah, kalau Natal itu adalah waktunya mendapat hadiah dan memberikan hadiah pada orang-orang yang kita sayangi (di luar hari ulang tahun), karena lihat Film-film di TV dan dari buku-buku cerita seperti Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, atau Trio Detektif yang saya baca.

Saya juga senang membayangkan menghias pohon natal, menaruh ornamen dan lampu-lampu kecil serta kapas-kapas di kaki pohon, yang menggambarkan bahwa itu salju. Lalu kado-kado tersebut bertumpuk di kaki pohon cemara hias. Namun khayalan saya suka terganggu dengan berjuta tanya, kenpa harus ada kapas yang menggambarkan seolah itu salju? Kenapa pohon cemara, bukan pohon yang lain? Nabi Isa A.S di lahirkan di Yerussalam, yang merupakan tanah arab, dan di sana tidak ada salju dan tidak ada pohon cemara. Berarti yang d hias mungkin harusnya pohon kurma? Dan di kaki pohon kurma harusnya di taburkan serutan kayu, seolah itu pasir. Bukankah tanah arab berupa padang pasir?

Saya juga suka berkhayal, bahwa Natal itu waktunya berkumpul seluruh keluarga, berdo'a bersama di tengah malam, dan berangkat ke Gereja bersama-sama pula, lalu besok paginya adalah waktu nya buka kado bersama, melihat hadiah apa yang kita dapat dari keluarga daaaan makan-makan tentu ^^,

Empat Tahun lalu, semuanya terwujud dan sekaligus merasakan bahwa apa yang saya bayangkan ternyataaaa , pada kenyataannya, -apalah namanya - TIDAK SEPERTI ITU. Tahun 2006, tepat di usia pertama anak saya, kami sekeluarga terbang ke Balikpapan, untuk merayakan Natal. Saya sudah membayangkan akan sibuk membungkus kado, doa , ke gereja, buka kado, dan makan bersama.

Tapi ...

Mama & Bapak mertua saya, ternyata beda agama. Mama Protestan, Bapak Katolik. Jadi saat Misa, Gereja mereka terpisah, meskipun di jam yang sama. Mereka memilih sore. Tapi kenapa kakak Ipar ku santai-santai aja?
"Besok pagi saja, yang jam 9, repot bawa anak kecil" jawab Kakak ipar saat saya  bertanya.
Dan adik ipar saya, sore itu tidak nampak di rumah. "oh, Dia nanti yang jam 12 malam, bareng muda mudi yang lain" jelas kakak ipar lagi. Sayamemandangi suami. Dia cuma senyam senyum. "Ya emang gitu" jawab Suami, seolah tahu apa yang saya fikirkan. Dan, tidak ada hadiah, tidak ada kado-kado ....

Sambil duduk, memandangi cemara Plastik yang usianya mungkin sudah 6 tahunan, aku seolah me REWIND semua bayangan tentang NATAL. 

Santa Klaus, Salju ... itu terjadi selama ber abad-abad karena budaya Eropa, secara perkembangan agama Nasrani pesat di Eropa. Tuker Kado . Yaaaa, itu memang mungkin terjadi, tapi di Film & di Novel anak-anak. Mungkin ada keluarga yang punya tradisi itu, saya tidak tahu, tapi yang pasti tidak di keluarga kami. Ke gereja bersama ... kalo saja waktu itu Mama sudah masuk Katholik, akan satu gereja dengan Bapak, dan Adik ipar pastinya memilih waktu ke Gereja yang jemaat nya seumuran (males kali yeee, bareng sama oma-oma dan opa-opa), sedangkan kakak ipar memilih waktu ke Gereja yang di sesuaikan dengan waktu semangatnya anaknya, yakni pagi.

Waktu saya kecil, jangankan bertandang saat Natal, mengucapkan Selamat Natal pun dilarang. Bersekolah di tempat yang gurunya sangat menafikan agama lain, terutama nasrani, membuat saya buta tentang semua nya, dan saya anggap tabu untuk bertanya. 

Tapi kini, bagi saya Natal sama saja dengan Idul Fitri . Sebuah hari yang suci bagi yang meyakininya, hari pengampunan bagi penganut nya, hari kembali Fitrah bagi umatnya dan hari saling memberi dan menerima Maaf di kudusnya Natal. Bukan soal Kado, bukan perkara Santa Klaus, bukan tentang salju.


SELAMAT HARI NATAL 



Meruya Utara, 2010

Jumat, 09 November 2012

BEBAS: Adakah?

Apakah benar-benar ada yang namanya bebas? Ketika hidup ada tujuan dan memiliki aturan, masih bolehkah disebut bebas? Menjadi diri sendiri akankah disebut bebas, sementara ada banyak orang disekitar yang tidak mungkin diabaikan? Seperti  Anak, suami, orang tua dan sahabat.

Benarkah terbang seperti burung bisa dibilang bebas? Sementara sayapnya pun tetap punya rasa lelah, dan akhirnya ia akan kembali ke sarang.

“Bebas itu menjalani hidup secara sekuler,  tidak mencampur adukan aturan agama dengan aturan kehidupan.Tetapi ada satu hal yang mengikat yaitu budaya. Jadi bebas itu artinya boleh bukan bisa.” Itu komentar follower saya

Saat pintu kehidupan lain kelak kita lewati, ternyata tetap ada pertanggungjawaban yang tidak mungkin dibebaskan oleh NYA. Perbuatan kita.

Selasa, 07 Agustus 2012

DOA YANG DI KABULKAN


Saat manusia di muka bumi ini “bermonolog” dengan sang Khalik, saya menyebutnya itu sebagai Doa. isinya - biasanya - Permintaan hal-hal yang baik, menyenangkan, yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan para hambanya

Kalimat “Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita ingin kan” – Itu benar adanya. Karena Dia Maha mengetahui apa yang tidak di ketahui dari sedikit ilmu manusia. Tapi pernahkan kita menyadari, kalo DIA  – pun sebenernya sering mengabulkan apa yang kita ingin kan?  Namun ternyata kita tidak sanggup menajalani keinginan sendiri yang telah di kabulkan oleh Nya?

Waktu kuliah dulu, saya pernah Monolog sama Tuhan, kurang lebih gini

“Tuhan, di Jogja banyak Bule tuh, mau dong  salah 1 nya jadi temen saya, biar saya pinter & lancar bahasa Inggris nya” 

Keinginan saya di kabulkan. Salah 1 (mantan) teman cowok saya, punya pacar Bule Australi. Karena kami tinggal di rumah yang sama, otomatis itu bule nya serumah juga dong sama saya.  Tapi ternyata, Bule nya bule Kuper.  Saking Kupernya, boro-boro ya dia ngajarin  saya ngoceh bahasa Inggris, keluar kamar aja jaraaaaang, intinya nggak mau sosialisasi. Di tambah, ternyata (mantan) temen cowok saya – yang nota bene pacarnya –  posesive banget, saya ngga pernah berusaha “di dekatkan” sama itu Bule  . Hih!

Andai ada Dialog antara saya dengan Tuhan, mungkin sepereti ini isinya :

Saya: “Tuhan, terima kasih udah kabulin keinginan saya punya kenalan orang bule. Serumah malah. Tapi kok kayak gitu? Sombong, di kamar mulu, pacar nya ngga ngizinin saya temenan”
Tuhan : “Dulu Doa kamu apa?”
Saya : “Pengen Punya temen bule”
Tuhan : “Aku  sudah kabulkan kan? Apakah kamu pernah meminta secara detil keinginan mu?”
Saya : “Tidak, Tuhan”
Tuhan : “Lain kali, jika kamu memohon pada Ku, pastikan kamu SIAP, saat Aku mengabulkannya”

Ada lagi kisah keinginan saya, yang oleh Nya di Kabulkan.  Dengan isi doa kira-kira seperti ini

“Saya kuliah jurusan komunikasi karena saya Ingin jadi Reporter, Kabulkan doa ku Tuhan”

Lulus kuliah setahun, saya bener loooh jadi Reporter. Tapi reporter Gosip. Alias Infotainment. Awal-awal  sih happy, doa terkabul. 3 Bulan kemudian mulai berasa deh, ganjalan di hati, saat melawan nurani ketika harus membongkar  aib orang dan menyebarkan nya ke publik, seperti itulah penilaian saya.  Saya mempertanyakan kembali pada Tuhan. Jika ada dialog nya, mungkin seperti ini ;

Saya : “Tuhan, terima kasih keinginan saya jadi Reporter di kabulkan. Tapi kenapa begini ya? Siang malam nungguin rumah orang, Cuma supaya tau kebenaran & aib mereka?   Belom harus berantem sama cameramen, supir songong, juga sama korlip nya L
Tuhan : “Dulu kamu memohon apa pada Ku?”
Saya : “Jadi Reporter”
Tuhan : “Sudah Aku penuhi. Apa Pernah kamu minta pada Ku, reporter yang seperti apa?”
Saya : “Tidak, Tuhan”
Tuhan : “Lain kali, jika kamu memohon pada Ku, pastikan kamu SIAP, saat Aku mengabulkannya”

Kisah lain saya, mengenai Keinginan saya yang di Kabulkan Oleh Nya , di dahului dengan do’a kira-kira seperti ini

“ Tuhan, saya ingin punya suami yang dari luar pulau Jawa. Biar nanti kalo pulang kampung nya nggak di Jawa lagi, jawa lagi”

Dan Tuhan mengabulkan keinginan saya. Saya di beri jodoh, Lelaki tampan asli Kalimantan Timur, dari suku Dayak. Tapi apa yang terjadi? Ternyata kami jarang sekali bisa berjumpa dengan keluarga dari sana.  Karena Tiket peswat Mahal banget. Dan sungguh sedih rasanya, bertahun-tahun tidak bisa pulang.
Jika ada dialog nya, mungkin seperti ini ;

Saya : “Tuhan, terima kasih keinginan saya berjodohkan orang dari luar pulau jawa di kabulkan, tapi ternyata tinggal beda pulau malah bikin susah ketemu keluarga
Tuhan : “Dulu kamu minta nya Apa?”
Saya : “Punya suami bukan orang dari pulau Jawa”
Tuhan : “Sudah Aku penuhi. Apa kamu pernah minta Pada ku, bagaimana menjalani kehidupan yang saling berjauhan dengan keluarga?”
Saya : “Tidak, Tuhan”
Tuhan : “Lain kali, jika kamu memohon pada Ku, pastikan kamu SIAP, saat Aku mengabulkannya”

Salah seorang sahabat saya juga pernah mengutarakan keinginan dirinya, yang ia pintakan kepada Tuhan. 

“Keinginan gue sederhana, gue pengen jadi ibu rumah tangga yang melayani suami. Suami nya yang kerja jam kantoran. Berangkat jam 8  pagi, pulang jam 4 sore.”

Kesederhanaan keinginannya itu di kabulkan Tuhan, dia mendapatkan persis seperti doa nya.  Dan …

“Suami gue hidup dalam dunia kerja nya, pun ketika sudah di rumah. Sementara dia tidur depan TV, gue di kamar. Dia emang  kerja berangkat pagi pulang sore, tapi kami hampir ngga pernah bicara satu sama lain. Bertahun-tahun kami seperti ini. Gue kesepian” 

Andai ada dialog antara sahabat saya dengan Tuhan, dapatkah  kita membayangkan seperti apa kan isi pembicaraannya?

GOD IS GREAT , GOD IS GOOD

Jumat, 13 Juli 2012

MY IDOL


Belakangan saya suka iseng nanya sama teman,
“lo punya artis favorite? Siapa?"
ada yang langsung  sebut nama,  Ada yang bilang “nggak ada tuh”, bahkan ada juga yang akhirnya nyebut nama, after saya paksa secara halus 
“ah, masa sih nggak ada 1 pun? nggak mungkiin”. 

Hal ini terjadi gara-gara di kantor baru saya, ada yang amat-amat sangat mengidolakan artis sinetron yang season nya panjang banget itu loh, Shireen Sungkar & Pacarnya. Aselik! Lo Tanya appa aja soal sepasang orang itu, temen saya ini haafal di luar kepala. Dari kebiasaan & makanan Favorite sampe Apa label rekamannya, lagu-lagu nya, dsb dst. Semmua social media nya pun di Follow. 

Ada yang salah? Nggak … apa ada dari tadi saya menyinggung tentang salah & benar mengenai orang yang dia  idolakan? Justru tulisan ini masih belum selesai. Saya Cuma takjub aja, ternyata beneran loh ada orang yang segitu ngefans nya sama public figure, karena menurut saya, mereka kan sama aja bukan sama kita? Bedanya Cuma dia sering nongol di TV, kita sebagai penontonnya? Kalo ngga ada kita yang nonton, mereka juga ngga akan jadi idola 

Atau mungkin karena dunia saya begitu “dekat” dan para bintang-bintang itu ya, dan selalu ter mindset  di benak saya “mereka itu derajatnya sama dengan kita” . Lalu saya mikir lagi, hei ..., ini bukan soal derajat atau Siapa mereka & siapa kita, ini soal kekaguman, soal perasaan simpatik terhadap orang lain, dan nggak harus mereka public figure loh .

“dulu waktu gue kecil, duuuh gue ngefaaansss banget sama Rhoma Irama, sampe-sampe lagu nya itu 24 jam gue puterr, mau lagi tidur, mandi, boker. Kok ada yaa lagu sebagusss ini? Dan puncaknya, Om gue  banting kaset Rhoma Irama gue, karena dia keganggu tidur siangnya. Hahahaha “
 – Cerita sahabat saya, yang sekarang malah megang ratusan penyanyi Top di sebuah label rekaman terkenal, dan tentunya sudah biasa-biasa aja sekarang kalo liat Bang Haji manggung 

Tolong saya mbak, saya pengeeen banget ketemu sama artis B, saya datang dari kampong mbak, saya pengen ketemu
– ujar seorang ABG cewek yang datang ke (bekas) kantor saya, dan mengaku kabur dari rumahnya, (lupa dimana), hanya karena ingin ketemu sosok idola nya. Kisah ini terjadi sekitar tahun 2004, waktu saya masih aktif di lapangan 

Saya kemudian bertanya sama diri sendiri, apa iya saya ngga punya idola? Karena kalo di Tanya sekarang, Ya memang nggak ada, semua biasa aja. Tapi kalo di Tanya dulu lagi kecil, iya pernah. Peristiwanya nyaris sama, dengan kisah sahabat saya diatas. Parahnya dulu saya ampe nangis-nangis tiap denger lagu nya. Dan Baru kesampean ketemu,  sekitar 8 tahun lalu, Hahaha. Dan Yaolo, dia masih ganteng ciiin, kayak waktu kecilnya . 

Iyaa deh, nama nya Julius Sitanggang, Puas? Hahaha .

Dulu, saya juga sempat “tergila-gila” dengan sosok Rico Tampaty, gara-gara Film nya dengan Ida Iasha di “Seputih Kasih Semerah Luka”  - tahun 1988 . (Ayo, tebak berapa berarti umur saya?) , Gara-gara perannya, saya jadi penyuka “Bad Boy” –ahahahaha.  
 tapi Yaaaa, jadi biasa aja sejak punya kesempatan bertemu & wawancara dia. Masih cakep sih, tapi ya gituu deeeh 

Dan ternyata, mengidolakan, atau kekaguman itu tidak harus terhadap orang terkenal loh, karena banyak kok yang meng idolakan Bapak / Ibu nya sendiri, Guru nya (ehm!) atau bahkan ngefans sama temen sendiri, yang nota bene, temen ini bukan ratu atau pangeran sejagat

Kalo ngefans sama temen sendiri, biasanya karena orang tersebut lucu, di mana ada dia selalu aja rame orang ngumpul, atau orang ini pengetahuannya luas, diajak ngomong remeh temeh sampe berat tetep masuk, atau karena bahasanya yang ceplas ceplos . Nah, kalo di Tanya apakah saya ngefans sama temen sendiri, dan kenapa? Jawabannya “IYa -   karena saya seneng dengerin dia nge dongeng”

Entah gimana, kalo temen saya satu ini lagi cerita, bisa-bisanya saya ngerasa berada di tempat kejadian . aselik! Makanya ngga heran, banyak yang pengen deket sama dia. Selain itu dia orang nya tulus, walau raut muka nya kayak Tai (eh, ini dia yang bilang sendiri loh ya, hahaha, saya Cuma mengutip!) – Pokoknya saya terang-terangan ngefans deh sama dia! Hahaha

Kadang mengidolakan teman sendiri terjadi karena , mungkin – dirumah – atau di lingkungan terdekat – tidak ada panutan . Contohnya saja anak saya, Darrel. Eyang nya kerap menceritakan, kalo Darrel selalu pengen punya apa yang temannya punya. Misalnya ; tempat minum, jajanan, bahkan Fotonya ilang dari tas seragam pun, Darrel ikut ngelepas foto nya dari tas seragam dia! 
Biar sama kayak Rafli” 
– alasannya waktu saya Tanya kenapa Fotonya ngga ada di tas. Maklumlah, Darrel anak semata wayang, dan dia ngga bisa nyontoh siapa-siapa yang dunia nya dekat dengan dia. 

Jadi sebenernya, biarkan saja kali ya mereka ngefans ke siapa, dia mengidolakan siapa, itu mengagumi siapa, karena akan ada masa nya kok. Soal berapa lama, ya masing-masing orang berbeda tentunya. Begitu juga kalo missal anak ke 2 mu, selalu pengen samaan baju nya dengan kakak nya, sedang kakak nya marah-marah karena di ikutin adiknya, biarin aja dulu deh. Nanti juga akan tiba masa nya si adik berkata , “karakter saya & kakak beda, saya ngga mau lagi pake yang kakak pake juga”

Eniwei, ada yang ngefans sama saya ? 

*ngumpetin kepala di pasir*

Jumat, 22 Juni 2012

BAHAGIA

Suatu hari saya baca status teman di Facebook yang isinya kurang lebih

"Tidak bolehkah aku mendapatkan kebahagian?"
lain waktu yang intinya sama, dari kawan yang lain, kurang lebih

 "aku ingin merasakan arti kebahagiaan"

dan teman saya yang lainnya lagi, dalam tangisnya yang baru saja usai (kedengeran dari parau suaranya, walau saya hanya mendengarkan di ujung telepon) berkata;

 "Gue ngga pernah merasakan kebahagiaan"

Seingat saya, saya komentar dan menjawab yang isinya balik lagi bertanya, "EMANGNYA APA SIH DEFINISI KEBAHAGIAAN BUAT ELO?" . Oke, yang 2 orang pasang status di FB ngga jawab, tapi teman saya yang nelpon menjelaskan

"Jangan berantem mulu sih, gue pengen di sayang, di cintai, di manja" (sama pasangannya)

Kalo di lihat dari status-status sebelom nya, 2 teman Facebook saya sepertinya juga menjurus maksud BAHAGIA nya itu , ya terhadap pasangan . whatever, sementara itu kesimpulan saya pribadi

Dalam tulisan saya kali ini, saya tidak bermaksud menggurui apalagi sampai menghakimi, Cuma gelisah aja sama pertanyaan soal kebahagiaan. Memangnya kebahagian itu datangnya DARI ORANG LAIN ya? Kalo iya kebahagiaan itu datang  dari orang lain, EMANG ELO HIDUP DI MUKA BUMI INI SAMA DIA DOANG?

Kebahagiaan itu sejatinya datang bukan dari siapa-siapa, tapi DARI DIRI KITA SENDIRI. Kita lah yang menciptakan kebahagian, kitalah yang memberikan kebahagian, dan kitalah yang harusnya merasakan kebahagiaan

"aku tidak bahagia tanpa dirinya"

"Kenapa sih kau selalu menyakitiku? Mengapa kau tidak pernah membahagiakan ku?"

Hei Ladies, bangun ! Buka mata kalian
(sori, rasanya hampir ngga pernah catatan saya menunjuk hidung orang, tapi untuk yang satu ini terpaksa saya lakukan, karena saya disini sebagai pengamat bukan pelaku)

Lihat anak-anak mu? Umur berapa sekarang? Tidak bahagiakah kamu liat wajah ceria mereka? Tidak bahagiakah kamu  melihat kelulusan sekolah mereka? Tidak bahagiakan kamu melihat nilai-nilai rapot mereka?

Coba mampir ke rumah Ibu mu, tidak bahagiakah kamu melihat Ibu yang sehat & Nampak sedang lahap makan? Lihat bapak mu sedang nonton TV dan mengajak mu diskusi tentang acaranya.

Tidak bahagiakah kamu masih bisa ketemu sahabat lama, tertawa-tawa, bahas hal-hal remeh yang lucu, sambil sesekali icip-icip masakannya, atau bahkan ngumpet-ngumpet bakar rokok bersama?

Cobalah BERSYUKUR dan berbahagia atas apa yang BANYAK SUDAH KITA DAPAT dan JANGAN MENGELUH TIDAK BAHAGIA HANYA KARENA 1 YANG BELUM DI DAPAT - "MASALAH ASMARA"

Kalo memang dengan bersama tidak bisa bahagia, kenapa di paksakan? Kalo toh berpisah bukan jalan keluarnya, berarti Cara berfikir mu lah jalan keluarnya

Ubah cara berfikir mu. Bikin pikiran mu bahagia, maka hati mu akan bahagia. Bikin hati mu bahagia, maka pikiran mu akan bahagia. Lakukanlah hal-hal yang MEMBUAT DIRI MU BAHAGIA

Kemarin jujur saya sedih saat anak saya tidak lulus waktu test di MIN (Madrasah Ibtidiyah Negri). Tapi apa kemudian saya jadi tidak bahagia? Nggak lah. Saya sadar diri kok, akan kemampuan anak saya. Emang rezeki nya mungkin nggak disitu, dan saya Bahagia akhirnya anak saya di terima di SDN dan masuk pagi pula, walau jarak tempuhnya jauh dari rumah Ibu saya, tapi yang penting anak saya Happy karena dengan begitu dia bisa diantar jemput pake motor (nggak jalan/ngangkot lagi). Lihat anak saya Happy, saya bahagia banget !

BANYAK CARA MENDAPATKAN BAHAGIA , bukan?

"Ah, elu enak Mom ngemeng begini, suami lo orang nya asik, cuek, santai, pengertian, cakeep pula - maka nya lo happy-happy aja"
(oke yang "cakep" - gue sendiri yang nambahin :P )

Ladies,

Mungkin di mata mu, saya terlihat banyak "enak" nya , maka nya bisa bahagia. Jangan salah, saya bisa mendapatkan kebahagiaan tidak karena saya memiliki apa yang kamu fikirkan. Pasangan saya juga banyak kekurangannya, tapi saya tetap bahagia - dengan cara saya

Jangan liat saya, atau orang lain - tolak ukur bahagia kita nggak sama

*cipok*

Jumat, 08 Juni 2012

Apalah arti jabatan?


Siapa bilang jabatan berpengaruh terhadap gaji? Ya, di banyak kondisi emang begitu. Tapi ternyata nggak selamanya lho. 

Tadi waktu menuju tempat kerja, seperti biasa diantar oleh ojeg langganan saya. - Baru langganan sebulan terakhir ini lah. Trayek anter Terminal Blok M – Brawijaya Raya. – si Om ojeg (saya manggilnya begitu) bilang kalo pendapatan dia sebulan mencapai 3 juta rupiah. WOW
 “sama lah kayak gaji pegawai. Itu kalo rajin. Kalo sakit, ya istirahat. Sabtu Minggu tetep ngojeg”

Saya manggut-manggut mendengarkan sambil duduk di boncengan. Manggut-manggut nya bukan tanda mengerti, tapi manggut-manggut ngebatin 
“ooo, dia pikir gaji pegawai itu tiga juta. Hehehe, dia belom tauuuu …”

Saya juga pernah iseng – mencoba – mengkalkulasikan pendapatan tukang parkir. Perhatikan saja, seiring suburnya pertumbuhan mini market plus tempat kongkow yang bak jamur di musim hujan (duh analogi kalimat nya pasaran amat yak? Biarin deh) seperti Circle K, 7eleven, alfa midi, Lawson dan mini market waralaba lainnya.

Misalkan saja, dalam 1 jam ada 5 kendaraan yang parkir, satu kendaraannya di mintai tarif tidak resmi (memang tidak resmi, wong sebenernya mini market itu memberlakukan free parking, kok) sebesar Rp 1000,- . Jadi sejam nya 5 ribu perak. Waktu Operasional mini market katakanlah sedikitnya 12 jam, dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam. Berarti dalam sehari pendapatan tukang parkir itu SEDIKITNYA 12 x Rp 5.000,- = Rp 60.000,- (apa iya, dalam sejam Cuma 5 kendaraan yang parkir?)

Rp 60.000,- di kalikan 30 hari = Rp 1.800.000,- . Kalo kita tambahkan, misalkan dalam satu jam yang parkir rata-rata 7-10 kendaraan, coba saja di kalikan 2 lagi , berarti dalam sebulan kurang lebih 3 – 3,5 juta laaah

Jabatan boleh tukan ojeg, profesi boleh tukang parkir, tapi pendapatan amat jauuh melampaui pendapatan yang di hasilkan pegawai macam saya , yang nota bene : saya sarjana loooh! – Yang sudah pasti dari pekerjaan mereka itu adalah, nggak ketemu sama muka-muka munafik & penjilat sekaligus tidak bekerja di bawah tekanan

Apalah artinya sebuah jabatan? 

Seorang teman dekat saya yang berencana akan pulang ke kampungnya untuk (mencoba) mengais rezeki di sana, kurang lebih bilang gini,
“nggak akan pernah cukup selama kita bekerja untuk orang lain, kebutuhan hidup, anak sekolah dan lain-lain, mending balik aja ke Papua”

Teman saya yang lainnya lagi, yang memang bekerja di Kalimantan juga pernah berkata;
“Jakarta itu bukan untuk mencari uang, tapi untuk buang uang, cari uang itu disini”

Jadi mikir dobel deh sekarang, alih profesi aja, apa yaaa ….

Rabu, 30 Mei 2012

PRIA BERBINTANG TAURUS


Waktu saya masih duduk di sekolah dasar, it was about 25 tahunan yang lalu, di mana saya sudah mengenal lawan jenis, biasanya saya akan mencari tahu, tanggal lahir cowok yang saya taksir. Kalo sudah tahu kapan ulang tahunnya, saya akan mencari tahu apa nih zodiacnya? cocok nggak ya sama zodiac saya, Gemini?

huhehehe

Konon, karakter seseorang secara umum dapat di lihat dari rasi bintangnya, meskipun kita belum mengenal orang tersebut secara pribadi. Untuk melengkapi pengetahuan saya tentang karakter orang berdasarkan bintangnya, teman-teman terdekat dan keluarga saya pun saya jadikan obyek – mengetahui sifat dan karakternya melalui zodiac.

Seingat saya, ada beberapa rasi bintang yang tidak familiar dalam kehidupan saya.  Pertama, karena ngga ada keluraga dan teman dekat saya berbintang tersebut. Kedua, belom pernah pacaran dengan cowok – yang zodiacnya itu.
Scorpio, Capricorn, Leo, Libra, Cancer, Aries, adalah rasi-rasi bintang yang sangat akrab dalam kehidupan saya, sampai kemudian saya berjumpa dengan pria berasi bintang Taurus.

Heh? Taurus? Bintang apa itu? Lambangnya gimana? Ah, bintang yang aneh namanya.

Dan mulailah hari-hari saya dilalui bersama Pria Taurus.

Sifat Pria Taurus sederhana, dan cenderung pendiam. Kalaupun ada Pria Taurus yang cerewet dan banyak cerita – mungkin karena biar bagaimanapun, tiap manusia punya sifat yang berbeda. Mungkin maksud pendiam disini adalah, Pria Taurus cenderung Tenang, Calm, Cool. Dalam ketenangannya biasanya Pria Taurus tengah mengamati & menganalisa lawan bicara atau sekitarnya.

Pria Taurus orang yang tulus, bahkan pada orang yang sebenernya tidak disukainya. Banyak kenal dengan orang, tapi memiliki sedikit teman. Ia mencari teman secara kualitas, bukan kuantitas. Pria Taurus kadang suka terlihat “sendiri” di tengah keramaian. Pria Taurus bukan tipikal yang peduli akan omongan orang yang memberi penilaian tentang dirinya.

Pria Taurus tidak mudah memahami sesuatu, tapi secara bertahap akan mempelajarinya dan akhirnya bisa menemukan sendiri jawabannya. Pria Taurus bekerja dengan OTAK, bukan dengan OTOT. Itulah mengapa ia akan membiarkan orang lain bersaing, tanpa harus terlibat di dalam persaingan tersebut. Ia seorang yang pemikir dan agak mendetail. Pria Taurus memikirkan hal 10 langkah di depan, ketika yang lainnya baru memikirkan 5 langkah ke depan.

Pria Taurus tidak mudah percaya orang, kadang kita menilainya dia seperti apriori. Tapi dia akan memberikan kepercayaan penuh, pada saat ia sudah mengenal sepenuhnya orang tersebut. 

Pria Taurus tidak suka berbohong. Tepatnya, tidak bisa berbohong. Jika dia merasa – butuh berbohong – ia akan berusaha mengatakannya dengan cara lain atau memilih untuk tidak mengatakan apapun. Jadi, jika di suatu kesempatan dia ternyata berbohong – agak sulit untuk mengetahuinya. Maka dari itu, Pria Taurus terkenal pandai menyimpan rahasia – alias nggak embeeeer.

Jika harus memilih, Pria Taurus akan memilih wanita cerdas. Dia membutuhkan lawan bicara yang “sepadan” untuk bertukar fikiran. Ia sangat romantis, tapi bukan pengumbar rayuan. Ia menyukai wanita apa adanya.  Pria Taurus tipikal berfikir dulu sebelum bertindak.

Pria Taurus orang yang ulet bekerja dan konsisten, serta bertanggung jawab dalam hidupnya. Ia memilih diam untuk mengalah daripada membuang energi untuk berdebat pepesan kosong. Tapi kalo sudah marah, iiiii …. Atuuuut !

Tapi sayang, Pria Taurus bukan pengambil keputusan yang “baik” – cenderung menyerahkan keputusan pada orang terdekat nya, bahkan untuk dirinya sekalipun 

Ah, engkau Pria Taurus … betapa saya sangat mengagumi mu. Kenapa nggak dari dulu ya, punya temen Taurus? 

Jodoh Taurus : Scorpio, Cancer, Libra, Virgo, Capricorn

LAH, KOK NGGAK ADA GEMINI ?!!!

Jumat, 10 Februari 2012

Untuk apa Gue Menulis?

Ngga tau sejak kapan gue suka nulis. Seinget gue sih sejak SD. Nulis-nulis di BUKU DIARY yang gambarnya Miki Mos gitu. Biasanya yang gue tulis soal perasaan-perasaan gue terhadap lawan jenis. Hahaha. Gue dah Jatuh cinta dari TK. Berani nembak cowok waktu SD. Tapi Baru punya pacar pas SMP. Hahaha.

Gue nulis-nulis itu konsepnya buat diri sendiri. Maksudnya biar beberapa tahun kedepan, gue baca lagi dan gue bisa ketawa-ketawa gituu deeh. Dan energi menulis gue keluar, biasanya saat hati gue sedang Lara ... dari bahasa jawa Loro, yang artinya sakiiiiitttt ... (suit-suiiit)

Gak pernah ada kepikir hasil tulisan gue itu di publikasikan, apalagi di baca temen. Tengsin lah, secara itu kan perasaan pribadi gue, aib gue, masa di umbar-umbar? Dan ... kebiasaan gue menulis terhenti, sejak gue punya banyak SAHABAT, yang bisa di CURHAT in sekaligus kasih masukan & saran-saran. Dan kok Ya, lebih enak CURHAT dari NULIS ? Yaaa ... , ada semacam ... KALO CURAHAT NGGA ADA BUKTI DAN BISA DI SANGKAL, tapi kalo nulis ... BUKTINYA OTENTIK bangeet.

Waktu terus berlalu ... bertahun-tahun gue ngga pernah lagi NULIS, meskipun SAHABAT-SAHABAT gue yang tadi gue bilang dah pada ber mental an. Sampai one day, gue punya kenalan, yang jadi temen tapi punya sifat ngga asik banget. Saking gue ngga bisa menyampaikannya lagi dalam KATA-KATA, maka gue MENULIS lagi, yang kali ini medianya lebih OKE. BLOG di Friendster. Energi amarah gue, gue tuangakan dalam TULISAN di BLOG-BLOG yang Tema nya lebih banyak soal kemarahan gue kepada dia.

Kali ini gue lebih terbuka. Dan memang di maksudkan supaya dia juga baca. Namun tanpa gue sadari, orang lain juga merhatiin. Dan berbagai komen masuk mengenai tulisan gue. Alhamdulillah, semuanya punya penilaian positif soal "karya-karya" yang buka apa-apa menurut gue.
Dan gue pun mulai kerajingan MENULIS lagi, setelah bertahun-tahun ngga bikin DIARY. Hahahaha ...

Waktu gue hijrah ke Fesbuk, tema tulisan gue ngga lagi soal dia. jadi Banyak Hal. isinya lebih sering Apa yang gue liat, gue rasakan, dan sebuah fenomena . Apapun tulisan itu, ternyata gue punya penggemar. Hahaha. Sumpah gue tersanjung banget. Kenapa gue bilang "penggemar", karena tiap kali ngga ada catatan yang gue buat, pasti di tanyain "Mom, mana tulisan lo?" dan tanpa sungkan-sungkan, dia mengakui kalo dia adalah penggemar catatan-catatan kecil gue. Ah, bahagianya ada orang yang memberi arti untuk apa yang gue kerjakan tanpa maksud.

"Gue yakin suatu hari lo akan jadi penulis hebat" kata nya suatu hari
" Kenapa lo ngga jadi penulis aja sih Mom?" tanya nya di lain waktu ..

Gue sadar betul, gue ini hobby nulis. Bukan sesuatu yang gue seriusin, dan juga seperti mengutip kata-kata teman gue, GUE BUKAN PENULIS. So, gue nulis bener-bener tergantung suasana hati. Ngga bisa Profesioal. Dan belom bisa gue pertanggung jawabkan. Dan gue bukan siapa-siapa.

Sampai suatu hari kesempatan besar pun datang. Fanny Rahmasari, seorang Presenter ternama di kantor gue, seorang penulis kreatif yang ngga di ragukan, diam-diam ikut bagian dalam mengamati tulisan-tulisan kecil gue di sini. "Kenapa ngga lo aja coba jadi tim kreatifnya Reality Show? Gue yakin elo bisa, gue dah baca catatan2 lo di FB, dan gue anggap lo bisa nulis." tulisnya dalam sebuah isi chattingan kami, kira-kira dua minggu lalu.

Bo! Idung Gue mekar doong, kaki gue ngga napak, dan sumpah! Gue GR beraaat! Hahaha ... Unbelievable, Fanny Rahmasari? Gokil ... ini beneran kah? Tapi ... gue tetep lah gue. Masih ngga pede apa yang barusan gue baca. Dan gue merasa, hobby gue belom bisa di bebankan dalam sebuah tanggung jawab. But dengan pasti, Fanny mendorong gue untuk menguji kemampuan gue, dan dengan yakin, dia menganggap gue BISA.

Gue coba apa yang Fanny Rahmasari yakini, dengan pertimbangan, ADA KESEMPATAN dan DI BERI KESEMPATAN. Kemudian gue mengirim 5 naskah dalam waktu dua hari. Gue bukan penulis naskah. Belum pernah nulis naskah. Dan tidak ada latar belakang menulis naskah. Tapi 3 dari lima naskah gue itu diterima (tentu dengan revisi) dan di produksi! Is iT true, gue bisa nulis?
Dan mulailah gue menulis untuk membantu tim reality , sesuai permintaan Fanny Rahmasari.

Kendala baru gue hadapi. Tulisan yang gue kerjakan bukan lagi soal hobby. Tapi sudah menjadi profesional, dimana segala yang berbau profesional, ada NILAI nya. Hal disini lah yang tiap hari di pertanyakan dalam hati ... ADAKAH NILAI UNTUK TULISAN GUE DI REALITY SHOW?

Di satu sisi gue senang bisa di beri kepercayaan dan kesempatan menulis dalam tim kreatif untuk membantu Program Reality Show, bahkan ada rasa ngga tega untuk menolak saat mba Rini order naskah sesuai tema, karena memang banyak hal juga yang Mbak Rini harus kerjakan ... Tapi ... gue juga masih di ombang-ambing dalam sebuah kenyataan apa yang gue kerjakan itu harus ada nilainya (baca : GUE BUTUH UANG)

Saat ini, energi gue sedang meletup-letup, yang gue harus lepaskan untuk menulis. Gue akan tulis apa yang gue ingin tulis. Diterima atau tidak, gue tetep harus buang energi gue dalam tulisan. Tapi kali ini, untuk apa gue menulis? HOBBY atau PROFESI?


Maret 2009

Kamis, 09 Februari 2012

Arti sebuah NAMA

Beberapa hari lalu, adik gue dikaruniai seorang putra dari rahim istrinya tercinta. Mungkin saking buru-burunya, waktu nelpon, gue lupa nanyain nama itu baby siapa. Trus, gue tanya nyokap, jawab nyokap belum ada. Kok belum? Pikir gue. Jd inget, dulu gue pas bulan ke 7 udah sibuk beli buku nama2 anak plus browsing2.

Besok nya, gue telpon adik ipar gue, ngucapin selamat dan gak lupa gue tanya nama ponakan gue tsb. "udah ada mbak, namanya Axcell Marayana Adam. Gabungan barat dan sasekerta." katanya ipar gue. Gue diem. Mikir. Nama yg di mulai dr huruf A, dan artinya ...

Gue gak komentar apapun tentang nama itu. Itu sudah menjadi hak dan keputusan mereka sebagai orang tuanya. Dan pasti mereka juga sudah punya pertimbangan sendiri arti nama buat anak mereka. Dan pastinya arti nama adalah Do'a orang tua buat anak nya.

Jadi keinget berburu nama waktu gue hamil Dae dulu. Udah repot dr jauh2 bulan, karena memang banyak pertimbangan2 yg harus kami ambil, demi psikologis banyak pihak. Diantaranya :

1. Tidak diawali dari huruf A atau Z (huruf awal2 atau akhir2), dgn pertimbangan kasian kalo ulangan, dia pasti duduk sesuai absen. Kalo gak ditaro depan, pasti belakang banget. "Nanti ga bisa nyontek"

2. Tidak terlalu berbau Islami, ataupun Nasrani. Netral aja. Maklum, eyang & akung nya Haji, Nenek & Kakeknya Katholik. Kami gak mau orang tua kami jadi merasa gimanaa, gitu. Lg pula, nanti anak gue dipersulit kalo mau ke Amerika. Hahaha.

3. Jangan maksain, dan kedengerannya jadi aneh. Lalu di olok2 teman2 nya. Kasian kan? Tapi juga jangan Pasaran. Hahaha. Jadi inget jaman SD gue, 20 tahun lalu. Sekelas aja, bisa ada 5 nama ADI (Sori niy buat yg punya nama Adi). Qeqeqe

4. Punya arti yang bagus. Karena tadi, arti nama adalah doa dan pengharapan orang tua thdp anaknya. Maksud hati terdengar ke arab-arab an, krn ada kata2 tsb dalam Al Qur'an, maka di kasihlah nama MINAR , tp ga taunya Artinya "Dari Api Neraka". Kan ga lucu?

Dari pertimbangan2 tersebut, maka jadilah sebuah nama untuk anak kami. Darrel Firky Deharsya, yang artinya Belahan hati Firman & Ridzki yang lahir di Bulan Desember hari Syabtu. Hahaha.

Ternyata bikin nama buat anak emang Susah2 gampang (buat yg blum ngerasain, nanti paham deh maksud gue). Dan gue masih suka kesel sama orang yang Nyepelein Namanya, trus bilang "APALAH ARTI SEBUAH NAMA".

Belum tau sih, betapa kesel nya, ketika spelling nama lu SALAH KETIK saat lu bikin KTP, SIM, STNK, Kartu Kredit, Akte, Asuransi dsb. 


Maret 2009

Rabu, 08 Februari 2012

Kerajaan AKINDO

AKADEMI KOMUNIKASI INDONESIA, adalah Akademi swasta pertama, yang spesifk membuat jurusan dalam dunia Komunikasi, yang berdiri tahun 1994 di kota Yogyakarta. Gue sendiri adalah angkatan kedua di kampus tersebut, yang pada waktu itu, 95% mahasiswanya, merupakan mahasiswa"kecelakaan" akibat tidak lulus D III Komunikasi UGM maupun ISI. Hmmm, seinget gue, gak ada yang bilang emang niat kuliah di AKINDO, pasti gara-gara ngga keterima di UGM. Sedih Ya?

Jangan Sedih! Saat gue ngejalanin hari-hari gue di kampus yang letaknya di pinggiran Selatan Yogyakarta, gue bahagia banget! Karena bayangan gue akan "tertibnya" dunia perkuliahan, sama sekali ngga gue temukan. Jujur, gue ngerasa AKINDO lebih ke "anak nongkrong Yogyakarta" ketimbang sebuah Kampus. Diapit 2 buah kampus Keuangan dan Sekolah Tinggi Ekonomi, secara kasat Mata, orang pasti Tau, ini adalah mahasiswa AKINDO atau Bukan.

Baju lusuh, celana jeans robek, sandal jepit, rambut agak gimbal, adalah trade mark gue sebagai mahasiswi Broadcast. Kalo anak Public Relation, sedikit lebih beradab. Dan anak Advertising, ngga ada mati nye!! Gue inget, saat gue rapi-rapi (rapi menurut gue lo yee) mau berangkat, temen kost gue dari kampus sebelah pasti nanya "Kuliah apa Ki ?" (maksudnya ada mata kuliah apa), dan jawaban gue selalu "Gue mau ke kampus, bukan mau kuliah".

Hal lain yang menyenangkan dari Akindo adalah, kekerabatan dan kedekatan terhadap satu almamater, sangat kuat. Gue ngga terlalu inget adik-adik kelas gue, setelah memasuki tahun 1998. Paling 1-2, sisanya beneran ngga tau, bukan ngga inget. Lebih ke bawah, lebih ngga tau lagi. Tapi kalo kami bertemu, di mana gitu, entah kenapa, angkatan ngga jadi penghalang, bahkan justru malah akrab. Terutama buat angkatan yang udah jauh banget di bawah gue, merupakan kehormatan dan kebanggaan tersendiri bisa mengenal dan kenal dengan "angkatan tua Akindo". Ciee ... jadi GR dah!

Keakraban ini rupanya punya nilai historis sendiri buat para Almamaternya, terutama di dunia pekerjaan, khususnya di bidang pertelevisian. Ngga usah gue sebut nama, ada satu buah statiun TV swasta, yang isinya di dominasi oleh anak-anak AKINDO. Bayangin aja, 70% karyawannya dari AKINDO, dan semuanya pada posisi yang "Berpengaruh". 3 dari 4 Section Head, adalah alumnus AKINDO. Grafis, angkatn '95. Daerah angkatan '95. Kameramen angkatan '97. Dan anak buah mereka adalah alumni AKINDO juga. Menurut informasi yang berkembang, Section Head Editor hampir di jabat sama temen gue juga, tapi di batalkan, karena dia juga dari AKINDO. Bisa di bayangkan? AKINDO membangun sebuah Kerajaan di sana.

Gue ngga pernah menyesal dulu ngga lulus di D III UGM (hehehe, tu D III sekarang malah dah MUSNAH), dan gue bangga menjadi bagian yang dianggap sebagai "Mahasiswa Pendiri"

Menurut gue, ngga ada yang salah dengan situasi ini. Karena hubungan erat sesama almamaterlah, yang membuat AKINDO begitu terkenal di Yogyakarta. Kalaupun setiap ada perekrutran pegawai, melihat history nya lagi-lagi lulusan AKINDO, ini bukan KKN, tapi memang mereka punya POTENSI dan BERKUALITAS di bindangnya masing-masing. Inget, para Section Head itu lah jaminannya. Dan gue yakin banget, mereka bukan PEMBELI KUCING DALAM KARUNG

Gambaran ini tentu ngga terjadi di Statiun TV itu saja, gue rasa di tempat lain juga ada. Dan buat gue, itu ngga ada masalah. Mungkin layaknya di kator gue sendiri. Sudahkah bisa di bilang Kerajaan IISIP? Hehehe .... *Peace*


MARET 2009