Piala Eropa sudah berlalu. Pesta bola dari benua teromantis
di dunia , menyisakan berjuta rasa.
Kalah & menang, pertandingan tersebut tetap bisa di ukur. Bisa di duga. Sang maestro hipnotispun tak
mau kalah, ikutan menebak skor terakhir dua tim juara tersebut. Begitu
kongkrit. Tidak seperti Hati, saat kamu menebak perasaannya
Rasa ketertarikan yang pelan-pelan terpupuk di hatimu,
menjadi suatu tanda Tanya besar, “apakah dia juga merasakan apa yang aku rasa?”
. Perasaan yang mulai menarik-narik sudut hati mu, rasa yang merebut perhatian
dan konsentrasi.
“apakah disana dia merindukan aku?” – kerap datang Tanya mu,
ketika ada satu jeda waktu kamu tak berbicara dengan nya. Rasa gatal ingin
menyapa , tetapi sesuatu membuat mu menahannya , “gimana kalo dia nggak rindu
aku?”
Berharap dia muncul di social media, sebagai kode bahwa dia “masih
ada” dan juga memperhatikan mu, walau di hati berkecamuk “hei, jangan-jangan itu kode bukan buat ku”
Angka-angka di kertas begitu menyebalkan, suara teman
bertanya tak terdengar, entah boss bicara apa saat pertemuan, yang kau tunggu Cuma
satu ; sapa dari nya
Ah, mengapa begitu sulit menebak isi hatinya kepada mu,
mengapa begitu rumit mengetahui dalam nya rasa di dirinya terhadap mu, sungguh
ini rumusan terberat dalam segala bidang ilmu
Kamu mengetahui berapa ribu kaki tinggi nya pesawat saat kamu
meninggalkan Jakarta menuju Papua, kamu tahu berapa jam jarak tempuh kereta
eksekutif Jakarta-Jogja, kamu juga bisa hitung lama nya perjalanan dari rumah
ke kantor di pagi hari , bahkan saat hujan semalaman turun . Tapi kamu tak akan
pernah bisa tau , isi hati nya kepada mu – sampai kapan pun , sama seperti hal
nya – sampai kapan hati mu tak bisa melupakan dia. Karena Rasa bukan Matematika
*Untuk mu yang nama nya menyerupai nama ku – tulisan ini
aku dedikasikan buat KITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar