CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Selasa, 03 Juli 2012

Matematika


Piala Eropa sudah berlalu. Pesta bola dari benua teromantis di dunia ,  menyisakan berjuta rasa. Kalah & menang, pertandingan tersebut tetap bisa di ukur.  Bisa di duga. Sang maestro hipnotispun tak mau kalah, ikutan menebak skor terakhir dua tim juara tersebut. Begitu kongkrit. Tidak seperti Hati, saat kamu menebak perasaannya

Rasa ketertarikan yang pelan-pelan terpupuk di hatimu, menjadi suatu tanda Tanya besar, “apakah dia juga merasakan apa yang aku rasa?” . Perasaan yang mulai menarik-narik sudut hati mu, rasa yang merebut perhatian dan konsentrasi. 

“apakah disana dia merindukan aku?” – kerap datang Tanya mu, ketika ada satu jeda waktu kamu tak berbicara dengan nya. Rasa gatal ingin menyapa , tetapi sesuatu membuat mu menahannya , “gimana kalo dia nggak rindu aku?”

Berharap dia muncul di social media, sebagai kode bahwa dia “masih ada” dan juga memperhatikan mu, walau di hati berkecamuk “hei, jangan-jangan  itu kode bukan buat ku”

Angka-angka di kertas begitu menyebalkan, suara teman bertanya tak terdengar, entah boss bicara apa saat pertemuan, yang kau tunggu Cuma satu ; sapa dari nya

Ah, mengapa begitu sulit menebak isi hatinya kepada mu, mengapa begitu rumit mengetahui dalam nya rasa di dirinya terhadap mu, sungguh ini rumusan terberat dalam segala bidang ilmu

Kamu mengetahui  berapa ribu kaki tinggi nya pesawat saat kamu meninggalkan Jakarta menuju Papua, kamu tahu berapa jam jarak tempuh kereta eksekutif Jakarta-Jogja, kamu juga bisa hitung lama nya perjalanan dari rumah ke kantor di pagi hari , bahkan saat hujan semalaman turun . Tapi kamu tak akan pernah bisa tau , isi hati nya kepada mu – sampai kapan pun , sama seperti hal nya – sampai kapan hati mu tak bisa melupakan dia. Karena Rasa bukan Matematika




*Untuk mu yang nama nya menyerupai nama ku – tulisan ini aku dedikasikan buat KITA  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar