Hari ke 5 di sini
Lain ladang lain belalang, lain lubuk
lain ikannya. Pepatah kuno ini sampai kapan pun ngga akan pernah usang.
Karena memang benar apa adanya. Bahwa saya berada di tempat baru
sebagai tamu, haruslah bisa menyesuaikan dengan istilah dan kebiasaan
setempat, bukannya memaksakan mereka mengerti & memahami polah saya
yang saya bawa dari kota metropolis.
Disini, perempuan
merokok bukan hal aneh, tapi ngga lazim aja. Maksudnya, dari dulu saya
termasuk yang cuek kalo mau kelepas kelupus di mana aja, asalkan smoking
area. Termasuk di teras rumah. Hal ini saya lakukan juga disini, duduk
asik dengan rokok nyempil di tangan, sambil cengar cengir mainan BB.
Ngga lama, saya lihat sahabat saya cekikikan, karena merasa aneh, saya
tanya kenapa dia cekikikan? baru kemudian dia bilang, barusan ada
tetangga lewat yg ngeliat saya, dengan pandangan melongo terus geleng2
kepala tanda heran dan sahabat saya cuma bisa ketawa karena paham apa yg
ada di kepala sang tetangga. Ups! Saya lupa, meskipun sahabat saya
& suaminya rock and roll dengan saya, mereka juga pendatang. Sahabat
saya aseli cuek & ngga menegur saya, karena dia ngerti banget, cuma
finally, saya yang harus tau diri.
Orang-orang
setempat juga termasuk yang sangat percaya dangan hal-hal berbau klenik.
Alkisah, sahabat saya habis masak sayur bersantan karena besok adalah
hari raya, supaya tidak basi, katanya ngga cukup hanya di angetin malam
nya sebelom tidur, tapi mesti di tambah cabe & bawang bulet, dengan
alasan "supaya ngga di colek setan". (hahahaha) Berhubung sahabat saya
gak percaya sama hal begituan, dia pun mengabaikan "petuah" tersebut.
Sahabat saya hanya ngangetin tanPa cabe dan bawang bulet. Hasilnya? BASI
BENERAN ! Yang lainnya, di larang membeli garam dan/atau membawa pisang
di malam hari. Jadi kalo malem-malem beli garem, ngga bakalan orang
warungnya ngasih. Pernah sih di tanya apa alasannya, jawabannya yang gak
jelas gitu "ngga usah di tanya, ikutin aja" (Nah luh?). Terus, kalo
bawa pisang malem-malem, katanya di ikutin setan. Hmmm. Nahan ketawa
sih, tapi, sekali lagi , ini kepercayaan mereka, saya lebih menghormati
saja. (Jadi mikir, kalo bawa-bawa ubas malem-malem, sapa yg ngikutin?
huahahaha). Maka dari itu, tidak lah heran, "orang pintar" di sini
banyak sekali. Sebanyak mini market indomart di Jakarta. Tiap 100 meter
ada !!
Beberapa istilah disini, yang bikin saya
cekikikan adalah nama tempat. Kalo di Jakarta di sebut kios/warung
disini bilangnya TOKO (meskipun keciiiiil tempatnya, kayak kios rokok di
prapatan). Lalu kalo bilang Warung, disini artinya warung makan atau
warung kopi. Kalo di sini, penjaga toko nya perempuan, kita ngga bilang
"mbak beli rokok". Tapi "Cewek! Beli rokok" dan itu bukan menggoda loh,
emang asli manggilnya "Cewek !" . Masyarakat disini sangaaaaat ramah.
Saking ramahnya, dalam jarak 50 meter pun, kalo kenal , mereka akan
TERIAK menyapa. Aseli. Misalkan niiih, kita melihat ada sesuatu yang
aneh, lalu maksud hati bertanya-tanya sendiri (ke temen yang sama ngga
taunya) dan ada orang ngga kita kenal mendengar, maka dia akan dengan
senang hati menjelaskan, tanpa di minta. Ramah Ya? (Buntutnya ga minta
no HP pula! hihihi)
Disini ngga ada angkot.
Transportasi hanya bus kecil (se metro mini) itupun untuk jarak lumayan,
Pangkal Pinang - Toboali. Kalo untuk jarak sedang atau dekat, pokok nya
buat muter-muter, mereka pake motor. Tapi rata-rata punya motor sih,
kalopun ngga punya, ya minjem! Mereka baik-baik kok. Pasti di pinjemin.
Nah, ngemeng-ngemeng soal motor, kebiasaan mengherankan disini adalah,
TIDAK PERNAH MENCABUT KUNCI MOTOR KALA DI PARKIR. Misal mau nongkrong di
warung kopi, atau main kerumah teman (bertamu) atau kemana saja lah,
kunci motor di biarkan menggantung. Ngga takut ilang? Hehehe, disini tuh
ngga ada PENADAH nya. Makanya, yang mau nyuri pun MALAS. Emang Jakarta?
udah di rantai pun, masih nekad mau gotong!!
Orang
Toboali jarang masak sayuran, makanya mereka jarang makan sayur. Karena
disini harga sayuran mentah ampun-ampun mahalnya. Kalo di Jakarta beli
seperangkat sayur asem bisa hanya dengan tiga ribu perak, disini? 13
ribu rupiah! Se iket kangkung itu di hargai seribu lima ratus, belum
yang lainnya. Harga sayuran mentah sama dengan harga setengah kilo ikan
segar. Mungkin ini terjadi karena warga Toboali hanya sedikit yang
bertani. Disini susaaah nyari kerupuk "murah". Rata-rata kerupuk ikan
semua. Buat Lidah jawa seperti saya, ngga terlalu kena! apa yaaa ...
terlalu "ikaan" gitu lah kira-kira. Eneg Jeh :))
Ah,
Toboali ... daerah yang sebelomnya tidak pernah terlintas untuk saya
sambangi. Mungkinkahkah besok lusa saya bisa kesini lagi? Kelak Saya
akan merindukannya ...
Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar