CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Kamis, 09 Februari 2012

TOBOALI II

Hari ke 5 di sini

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah kuno ini sampai kapan pun ngga akan pernah usang. Karena memang benar apa adanya. Bahwa saya berada di tempat baru sebagai tamu, haruslah bisa menyesuaikan dengan istilah dan kebiasaan setempat, bukannya memaksakan mereka mengerti & memahami polah saya yang saya bawa dari kota metropolis.

Disini, perempuan merokok bukan hal aneh, tapi ngga lazim aja. Maksudnya, dari dulu saya termasuk yang cuek kalo mau kelepas kelupus di mana aja, asalkan smoking area. Termasuk di teras rumah. Hal ini saya lakukan juga disini, duduk asik dengan rokok nyempil di tangan, sambil cengar cengir mainan BB. Ngga lama, saya lihat sahabat saya cekikikan, karena merasa aneh, saya tanya kenapa dia cekikikan? baru kemudian dia bilang, barusan ada tetangga lewat yg ngeliat saya, dengan pandangan melongo terus geleng2 kepala tanda heran dan sahabat saya cuma bisa ketawa karena paham apa yg ada di kepala sang tetangga. Ups! Saya lupa, meskipun sahabat saya & suaminya rock and roll dengan saya, mereka juga pendatang. Sahabat saya aseli cuek & ngga menegur saya, karena dia ngerti banget, cuma finally, saya yang harus tau diri.

Orang-orang setempat juga termasuk yang sangat percaya dangan hal-hal berbau klenik. Alkisah, sahabat saya habis masak sayur bersantan karena besok adalah hari raya, supaya tidak basi, katanya ngga cukup hanya di angetin malam nya sebelom tidur, tapi mesti di tambah cabe & bawang bulet, dengan alasan "supaya ngga di colek setan". (hahahaha) Berhubung sahabat saya gak percaya sama hal begituan, dia pun mengabaikan "petuah" tersebut. Sahabat saya hanya ngangetin tanPa cabe dan bawang bulet. Hasilnya? BASI BENERAN ! Yang lainnya, di larang membeli garam dan/atau membawa pisang di malam hari. Jadi kalo malem-malem beli garem, ngga bakalan orang warungnya ngasih. Pernah sih di tanya apa alasannya, jawabannya yang gak jelas gitu "ngga usah di tanya, ikutin aja" (Nah luh?).  Terus, kalo bawa pisang malem-malem, katanya di ikutin setan. Hmmm. Nahan ketawa sih, tapi, sekali lagi , ini kepercayaan mereka, saya lebih menghormati saja. (Jadi mikir, kalo bawa-bawa ubas malem-malem, sapa yg ngikutin? huahahaha). Maka dari itu, tidak lah heran, "orang pintar" di sini banyak sekali. Sebanyak mini market indomart di Jakarta. Tiap 100 meter ada !!

Beberapa istilah disini, yang bikin saya cekikikan adalah nama tempat. Kalo di Jakarta di sebut kios/warung disini bilangnya TOKO (meskipun keciiiiil tempatnya, kayak kios rokok di prapatan). Lalu kalo bilang Warung, disini artinya warung makan atau warung kopi. Kalo di sini, penjaga toko nya perempuan, kita ngga bilang "mbak beli rokok". Tapi "Cewek! Beli rokok" dan itu bukan menggoda loh, emang asli manggilnya "Cewek !" . Masyarakat disini sangaaaaat ramah. Saking ramahnya, dalam jarak 50 meter pun, kalo kenal , mereka akan TERIAK menyapa. Aseli. Misalkan niiih, kita melihat ada sesuatu yang aneh, lalu maksud hati bertanya-tanya sendiri (ke temen yang sama ngga taunya) dan ada orang ngga kita kenal mendengar, maka dia akan dengan senang hati menjelaskan, tanpa di minta. Ramah Ya? (Buntutnya ga minta no HP pula! hihihi)

Disini ngga ada angkot. Transportasi hanya bus kecil (se metro mini) itupun untuk jarak lumayan, Pangkal Pinang - Toboali. Kalo untuk jarak sedang atau dekat, pokok nya buat muter-muter, mereka pake motor. Tapi rata-rata punya motor sih, kalopun ngga punya, ya minjem! Mereka baik-baik kok. Pasti di pinjemin. Nah, ngemeng-ngemeng soal motor, kebiasaan mengherankan disini adalah, TIDAK PERNAH MENCABUT KUNCI MOTOR KALA DI PARKIR. Misal mau nongkrong di warung kopi, atau main kerumah teman (bertamu) atau kemana saja lah, kunci motor di biarkan menggantung. Ngga takut ilang? Hehehe, disini tuh ngga ada PENADAH nya. Makanya, yang mau nyuri pun MALAS. Emang Jakarta? udah di rantai pun, masih nekad mau gotong!!

Orang Toboali jarang masak sayuran, makanya mereka jarang makan sayur. Karena disini harga sayuran mentah ampun-ampun mahalnya. Kalo di Jakarta beli seperangkat sayur asem bisa hanya dengan tiga ribu perak, disini? 13 ribu rupiah! Se iket kangkung itu di hargai seribu lima ratus, belum yang lainnya. Harga sayuran mentah sama dengan harga setengah kilo ikan segar. Mungkin ini terjadi karena warga Toboali hanya sedikit yang bertani. Disini susaaah nyari kerupuk "murah". Rata-rata kerupuk ikan semua. Buat Lidah jawa seperti saya, ngga terlalu kena! apa yaaa ... terlalu "ikaan" gitu lah kira-kira. Eneg Jeh :))

Ah, Toboali ... daerah yang sebelomnya tidak pernah terlintas untuk saya sambangi. Mungkinkahkah besok lusa saya bisa kesini lagi? Kelak Saya akan merindukannya ...




Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar