Suatu hari saya baca status teman di Facebook yang isinya kurang lebih
"Tidak bolehkah aku mendapatkan kebahagian?"
lain waktu yang intinya sama, dari kawan yang lain, kurang lebih
"aku ingin merasakan arti kebahagiaan"
dan
teman saya yang lainnya lagi, dalam tangisnya yang baru saja usai
(kedengeran dari parau suaranya, walau saya hanya mendengarkan di ujung
telepon) berkata;
"Gue ngga pernah merasakan kebahagiaan"
Seingat
saya, saya komentar dan menjawab yang isinya balik lagi bertanya, "EMANGNYA APA SIH DEFINISI KEBAHAGIAAN BUAT ELO?" . Oke, yang 2 orang
pasang status di FB ngga jawab, tapi teman saya yang nelpon menjelaskan
"Jangan berantem mulu sih, gue pengen di sayang, di cintai, di manja" (sama pasangannya)
Kalo
di lihat dari status-status sebelom nya, 2 teman Facebook saya
sepertinya juga menjurus maksud BAHAGIA nya itu , ya terhadap pasangan .
whatever, sementara itu kesimpulan saya pribadi
Dalam
tulisan saya kali ini, saya tidak bermaksud menggurui apalagi sampai
menghakimi, Cuma gelisah aja sama pertanyaan soal kebahagiaan. Memangnya
kebahagian itu datangnya DARI ORANG LAIN ya? Kalo iya kebahagiaan itu
datang dari orang lain, EMANG ELO HIDUP DI MUKA BUMI INI SAMA DIA
DOANG?
Kebahagiaan itu sejatinya datang bukan dari
siapa-siapa, tapi DARI DIRI KITA SENDIRI. Kita lah yang menciptakan
kebahagian, kitalah yang memberikan kebahagian, dan kitalah yang
harusnya merasakan kebahagiaan
"aku tidak bahagia tanpa dirinya"
"Kenapa sih kau selalu menyakitiku? Mengapa kau tidak pernah membahagiakan ku?"
Hei Ladies, bangun ! Buka mata kalian
(sori,
rasanya hampir ngga pernah catatan saya menunjuk hidung orang, tapi
untuk yang satu ini terpaksa saya lakukan, karena saya disini sebagai
pengamat bukan pelaku)
Lihat anak-anak mu? Umur berapa
sekarang? Tidak bahagiakah kamu liat wajah ceria mereka? Tidak
bahagiakah kamu melihat kelulusan sekolah mereka? Tidak bahagiakan kamu
melihat nilai-nilai rapot mereka?
Coba mampir ke rumah
Ibu mu, tidak bahagiakah kamu melihat Ibu yang sehat & Nampak sedang
lahap makan? Lihat bapak mu sedang nonton TV dan mengajak mu diskusi
tentang acaranya.
Tidak bahagiakah kamu masih bisa ketemu
sahabat lama, tertawa-tawa, bahas hal-hal remeh yang lucu, sambil
sesekali icip-icip masakannya, atau bahkan ngumpet-ngumpet bakar rokok
bersama?
Cobalah BERSYUKUR dan berbahagia atas apa yang
BANYAK SUDAH KITA DAPAT dan JANGAN MENGELUH TIDAK BAHAGIA HANYA KARENA 1
YANG BELUM DI DAPAT - "MASALAH ASMARA"
Kalo memang dengan
bersama tidak bisa bahagia, kenapa di paksakan? Kalo toh berpisah bukan
jalan keluarnya, berarti Cara berfikir mu lah jalan keluarnya
Ubah
cara berfikir mu. Bikin pikiran mu bahagia, maka hati mu akan bahagia.
Bikin hati mu bahagia, maka pikiran mu akan bahagia. Lakukanlah hal-hal
yang MEMBUAT DIRI MU BAHAGIA
Kemarin jujur saya sedih
saat anak saya tidak lulus waktu test di MIN (Madrasah Ibtidiyah Negri).
Tapi apa kemudian saya jadi tidak bahagia? Nggak lah. Saya sadar diri
kok, akan kemampuan anak saya. Emang rezeki nya mungkin nggak disitu,
dan saya Bahagia akhirnya anak saya di terima di SDN dan masuk pagi pula,
walau jarak tempuhnya jauh dari rumah Ibu saya, tapi yang penting anak
saya Happy karena dengan begitu dia bisa diantar jemput pake motor
(nggak jalan/ngangkot lagi). Lihat anak saya Happy, saya bahagia banget !
BANYAK CARA MENDAPATKAN BAHAGIA , bukan?
"Ah, elu enak Mom ngemeng begini, suami lo orang nya asik, cuek, santai, pengertian, cakeep pula - maka nya lo happy-happy aja"
(oke yang "cakep" - gue sendiri yang nambahin :P )
Ladies,
Mungkin
di mata mu, saya terlihat banyak "enak" nya , maka nya bisa bahagia.
Jangan salah, saya bisa mendapatkan kebahagiaan tidak karena saya
memiliki apa yang kamu fikirkan. Pasangan saya juga banyak
kekurangannya, tapi saya tetap bahagia - dengan cara saya
Jangan liat saya, atau orang lain - tolak ukur bahagia kita nggak sama
*cipok*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar