Siapa bilang jabatan berpengaruh terhadap gaji? Ya, di
banyak kondisi emang begitu. Tapi ternyata nggak selamanya lho.
Tadi waktu menuju tempat kerja, seperti biasa diantar oleh
ojeg langganan saya. - Baru langganan sebulan terakhir ini lah. Trayek anter
Terminal Blok M – Brawijaya Raya. – si Om ojeg (saya manggilnya begitu) bilang
kalo pendapatan dia sebulan mencapai 3 juta rupiah. WOW
“sama lah kayak gaji pegawai. Itu kalo rajin. Kalo sakit, ya
istirahat. Sabtu Minggu tetep ngojeg”
Saya manggut-manggut mendengarkan sambil duduk di boncengan.
Manggut-manggut nya bukan tanda mengerti, tapi manggut-manggut ngebatin
“ooo,
dia pikir gaji pegawai itu tiga juta. Hehehe, dia belom tauuuu …”
Saya juga pernah iseng – mencoba – mengkalkulasikan pendapatan
tukang parkir. Perhatikan saja, seiring suburnya pertumbuhan mini market plus
tempat kongkow yang bak jamur di musim hujan (duh analogi kalimat nya pasaran
amat yak? Biarin deh) seperti Circle K, 7eleven, alfa midi, Lawson dan mini
market waralaba lainnya.
Misalkan saja, dalam 1 jam ada 5 kendaraan yang parkir, satu
kendaraannya di mintai tarif tidak resmi (memang tidak resmi, wong sebenernya
mini market itu memberlakukan free parking, kok) sebesar Rp 1000,- . Jadi sejam
nya 5 ribu perak. Waktu Operasional mini market katakanlah sedikitnya 12 jam,
dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam. Berarti dalam sehari pendapatan tukang
parkir itu SEDIKITNYA 12 x Rp 5.000,- = Rp 60.000,- (apa iya, dalam sejam Cuma 5
kendaraan yang parkir?)
Rp 60.000,- di kalikan 30 hari = Rp 1.800.000,- . Kalo kita
tambahkan, misalkan dalam satu jam yang parkir rata-rata 7-10 kendaraan, coba
saja di kalikan 2 lagi , berarti dalam sebulan kurang lebih 3 – 3,5 juta laaah
Jabatan boleh tukan ojeg, profesi boleh tukang parkir, tapi
pendapatan amat jauuh melampaui pendapatan yang di hasilkan pegawai macam saya
, yang nota bene : saya sarjana loooh! – Yang sudah pasti dari pekerjaan mereka
itu adalah, nggak ketemu sama muka-muka munafik & penjilat sekaligus tidak bekerja
di bawah tekanan
Apalah artinya sebuah jabatan?
Seorang teman dekat saya yang berencana akan pulang ke
kampungnya untuk (mencoba) mengais rezeki di sana, kurang lebih bilang gini,
“nggak akan pernah cukup selama kita bekerja untuk orang lain,
kebutuhan hidup, anak sekolah dan lain-lain, mending balik aja ke Papua”
Teman saya yang lainnya lagi, yang memang bekerja di
Kalimantan juga pernah berkata;
“Jakarta itu bukan untuk mencari uang, tapi untuk buang
uang, cari uang itu disini”
Jadi mikir dobel deh sekarang, alih profesi aja, apa yaaa ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar