CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Jumat, 10 Februari 2012

Long Road III

Waktu itu kalo ngga salah selesai semeseteran pertama (tahun itu sistem nya per semester / 6 bulan, bukan catur wulan), waktu Bokap nanya "gue mau jadi apa, dan kuliah dimana?" gue mikir ... apa Ya? gue kan bukan anak TK yang cepat jawab pas d tanya "cita-citamu apa Nak?"
"Pokoknya Bapak ngga mau kamu kuliah lantaran memang harus kuliah atau karena teman-teman mu kuliah. kamu harus punya tujuan. Bapak mu bukan orang Kaya, jangan sia-sia kan biaya. Oh iYa, 1 lagi. Cukup D3 aja. Karena kamu perempuan. Sarjana buat laki-laki. Pertimbangan bapak, kalo perempuan gelarnya ketinggian, nanti cowok minder pas mau ngelamar kamu. Dan Bapak juga ngga mau, kamu udah sekolah mahal-mahal, sarjana pula, eh ngga berkarir, cuma jadi iBU rumah tangga" . Pemikiran yang konvensional, tapi emang bener, bathin gue

Hmmm, gue mikir ... D3, sesuai keinginan? apa Ya?
Dulu, gue seneng banget liat Desi Anwar, Atika Suri, atau siapa aja yang nongol depan TV ngebawain berita atau laporan siaran langsung. Apa itu Namanya? Reporter? Reporter itu emang sekolahnya apa? Hahaha, Ya ya ya, gue akhirnya menemukan "cita-cita" gue . "Ridzki mau kayak yang di seputar Indonesia" kata gue memberi jawaban sebulan kemudian sama Bokap. Ooooh, Oke. Itu sekolahnya di Komunikasi. Dan sejak itu, gue dan bokap Hunting sekolah berbasis jurnalis dan komunikasi yang Diploma. Tapi Sayang ... Jakarta tidak menawarkan sekolahan tersebut. Ada satu-satunya ya cuma di Yogyakarta. D3 Komunikasi UGM, namanya. Dengan jurusan PR-Broadcast-Advertising

Maka dengan pertimbangan D3 itu tadi, Bokap mengizinkan gue ikut test di D3 Komuniaksi UGM, 2 kali, dan 2-2 nya NGGA LULUS. Hahahaha. Kemudian, seleberan D3 Swasta Komunikasi Bernama AKINDO, memberikan alternativ gue untuk tetep melanjutkan study di Yogya, dengan biaya Swasta. **
(ini udah gue pernah kisahkan dalam catatan gue yang berjudul KERAJAAN AKINDO)

1995 - 2002

Inget di catatan sebelumnya, gue pacaran sama bekas kakak kelas gue waktu SMP? menjelang gue mau lulus SMA, dia mutusin gue dengan alasan, dia punya pacar baru. Saat itu gue ngerasa hopless banget, secara gue masih cinta ama dia. Tapi apa boleh buat, mungkin ini yang terbaik. kepergian gue ke Yogya mungkin bisa menghapus memori gue soal dia.

Hari pertama masuk kelas di Akindo, gue nyaris jatuh dari tempat duduk, karena ada cowok mirip banget sama mantan gue itu. Gue sempet berpikir, itu dia. Mata gue ngga lepas ngeliatin. Lo percaya jatuh cinta pada pandangan pertama? Itu Yang gue rasakan. Gue Jatuh cinta sama sosok itu. apa iYa jatuh cinta? Apa karena mirip, dan gue terobsesi dengan mantan gue? I dont know. Yang pasti, sejak hari pertama gue masuk kuliah, gue ngga sanggup berada dekat dia ... gue gemeteran, keringet dingin. Anjrit! Ngajak ngomong aja gue NGGA BERANI.

Gue menyelesaikan D3 selama 4 tahun. Gue mahasiswa biasa. Ngga menonjol dalam pelajaran. Tapi lumayan di kenal di kampus. Terutama sama adik kelas. Hahaha. Maklum, suka tepe-tepe (baca : tebar pesona). Hihihihi .... Hidup gue di kelilingi banyak laki-laki. Baik teman, teman dekat, teman baik, atau teman tapi mesra. Cuma ada 2 cowok yang bener2 tahan jadi pacar gue waktu itu. Dan dengan penuh kesadaran, gue lebih sering nyakitin dengan banyaknya teman2 laki2 gue. Itu baru di kampus. Di luar kampus, sepak terjang gue untuk urusan cowok, gue bener2 gila. Gue ngga ngerti, dengan siapa pun waktu itu, hati gue tetep ngga bisa berubah, dengan cowok "hari pertama gue di kelas". Meski pun beberapa kali, dalam tugas kami kerja bareng, cowok itu tetep untouchable sama gue. Ah, gue di bikin gila karena "siakap dingin" nya

One Day ... di tahun 1998, ada satu waktu yang sampe mati gue ngga akan pernah lupa. Angkatan gue menjadi tamu kehormatan untuk malam inagurasi angkatan 98. Gue dan temen2 dateng ke acara itu. Ehm, dengan sedikit taktik, gue akhirnya berhasil jalan satu motor dengan cowok ituuuu .... huhhuhuhu ..... Suasana dingin, hujan rintik di Kaliurang, bener2 bikin romantis dan ah ... kebawa bangett deh. Dengan bantuan Vodka untuk mengahangatkan tubuh, hehehe, suasana gue dan dia pun juga sedikit menghangat. Dengan kondisi "sempurna" gue beranikan diri mengakui 3 tahun perasaan yang gue pendam pada dia. Buat gue saat itu, dia harus tau, dan gue ngga nuntut dia jadi pacar. Gue cuma mau dia tau BETAPA GUE JATUH CINTA SAMA DIA.

Malam itu jadi malam yang amat panjang, karena dia sepertinya ngga siap dengan "serangan" gue. Dan gue udah di butakan oleh Cinta. Besoknya, saat sudah kembali ke kost, gue coba menanyakan lagi. Dengan bijak dia menjawab "aku belum bisa mencintai mu, karena kamu tau hati ku saat ini sama siapa? tapi aku bersedia jadi pacar mu"

Huaa .... mendadak kamar kost penuh bunga, penuh kupu-kupu, dan ada kembang api bak malam tahun baru di ancol. Gue bahagia , tak terperi, ciyeeeee .... gue belum pernah bahagia seperti ini, gila gue belom pernah mendam perasaan sama orang, sementara orangnya ada depan idung gue, dan gitu gue ungkapin perasaan, dia nerima gue , meski dengan sYarat. Gue ngga peduli. Gue yakin, pelan2 gue bisa rebut hati dia. Gila, 3 tahun aja gue sanggup nunggu, masa sekarang gue ngga mampu merebut hati dan cinta dia? Dia lah soulmate gue. Dialah belahan jiwa gue. Ngga akan ada yang lain selain dirinya. Gue mencintainya sepenuh hati gue. Hidup dan mati gue untuk bersaamanya. Ah, sejuta kalimat ngga bisa gue ungkapin untuk menggambarkan perasaan gue.

Ternyata hubungan gue ini banyak banget rintangannya. Belum genap seminggu gue resmi jadian, 75% teman2 gue menjauhi gue. Mereka menganggap apa gue, gue ngga tau. Gitu juga dengan teman2 cowok gue. Yang jelas kelihatan adalah, mereka ngga rela "angel dan demon" pacaran. Siapa sih yang ngga kenal gue? dengan segala tingkah laku dan sepak terjang dengan predikat jelek? Sedangkan tu cowok, bener2 clear dari skandal ataupun cerita buruk?

Masalah selanjutnya timbul, soal kepercayaan. Kami berbeda keyakinan. Dulu gue sempet berfikir, ah ini cuma pacaran, bukan berarti harus nikah sama dia. Tapi semakin lama, hati gue semakin terikat, gue ngga bisa hidup tanpa dia ... di tambah masalah baru lagi, gue mesti menjalani long distance, karena keputusan bokap untuk gue kuliah D3 aja di tarik, dan gue di izinkan melanjutkan s1 di Solo, sedangkan pacar gue tercinta mendapatkan pekerjaan di Jakarta.

One day, kami pernah putus. Dalam putusnya, dia memberikan syarat. Jangan punya pacar kalo masih mahasiswa, dan jangan lagi beda agama. Kalo masih kayak gitu kondisinya, gue suruh balik lagi aja sama dia. Oooooh, betapa ternyata dia juga ngga mau kehilangan gue, so sweeet. Dan syarat yang dia ajukan, ngga bisa gue penuhin. Maka dari itu, dengan kesadaran dan cinta, gue kembali bersatu.

Hidup gue bener2 berubah saat sama dia. Gue lebih"terkendali", pengaruh cinta gue yang dalam ke dia begitu besar. Suatu hari, dia berkata, bahwa dia Mimpi, sholat bareng gue, dan dia jadi Imam. Gue bertanya apa artinya? Dia jawab ngga tau. Dengan kesungguhan dia bertanya, apakah gue mau jadi istrinya? Gila ... gue mau banget. Gue mau menghabiskan sisia hidup gue bersama dia. Lalu, bagaimana dengan perbedaan ini. Dia lalu menjawab "Sesungguhnya Tuhan itu cuma 1. Cara kita saja yang berbeda untuk menyembahnya. Kalau memang keluarga ku, aku-anak ku- bisa bahagia dengan cara mu menyembah Nya, aku bersedia" .... OH MY GOD

Gue semakin yakin, dia lah jodoh gue. Dia lah belahan jiwa gue. Ditambah kedua orang tuanya pun mendukung keputusan dia. April 2003 dia resmi mualaf, dan September, dia ngelamar gue. Sudah tau kan siapa orang itu? iYa, dia adalah Suami gue , Firman Ismayanto. Yang sampe detik ini, tetap setia melebihi siapapun kepada gue.

2003 - sekarang

Selepas menyelesaikan study S1 , gue coba mewujudkan keinginan gue as Reporter di dunia Broadcast. Gue sempet kerja di sebuah Radio, bukan sebagai penyiar, tapi sebagai pembuat materi siaran, namanya sih Reporter juga. Di Delta FM. Ngga lama, cuma 4 bulan, dan gue bener2 jadi Reporter di Infotainment Kroscek

2004 gue mengikatkan janji sehidup semati dengan Firman IsmaYanto, di depan penghulu. Till death do Us apart , kata white lion. Lalu merayakan juga di Balikpapan. 2005 akhir , anak Gue lahir, alhamdulillah, sehat dan sempurna. Dan Mirip banget bapaknya. Hahaha. Horeeee, perbikan keturunan.

33 tahun hidup gue, ngga pernah ada yang ternyata begitu berat gue jalanin. Semuanya bisa gue laluin dengan baik-baik saja. Hidup 33 Tahun gue amat sempurna. what the hell ada pepatah yang mengatakan "tidak ada yang sepurna", tapi buat gue, hidup gue sudah amat sempurna.

Terima Kasih Tuhan, atas berkat dan Rakhmat Mu memberikan ku nafas sampai 33 tahun. Amien.

T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar