CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Rabu, 03 Oktober 2012

Hutan Perawan Bukit Lirih



Carlo keluar rumah dan berjalan ke arah perkebunan karet. Suasana siang riuh dengan bunyi serangga hutan. Matahari bersinar cerah. Ini minggu ketiga Carlo menemani sepupunya, Nathan PTT (pegawai tidak tetap) di Puskesmas kecil sebagai syarat menjadi calon dokter. Di tengah perjalanan Carlo berjumpa sepasang suami istri dari Dusun Bukit Lirih. Mereka menyapa ramah Carlo

“Mau kemana, Mas?” Tanya si bapak

“Jalan-jalan aja Pak, mengusir Bosan, kira-kira tempat andalan penduduk sini di mana ya? Apa sajalah”

Baru saja si bapak hendak menjawab, keburu di sela istrinya. 

“Di sini  tidak ada tempat wisata nya, Mas Carlo” 

“Lho? Ibu tau nama saya?” Tanya Carlo takjub

Mereka tertawa 

“Kami se dusun Bukit Lirih sudah tau sejak kalian menginjakan kaki di sini”

Si bapak pun melanjutkan, “Satu-satu nya tempat yang mendingan untuk pengusir bosan coba ke Selatan, ada sebuah air terjun, dan di bawah nya ada ceruk yang bisa untuk bermain air”

Sekonyong-konyong si Ibu menepak tangan suami nya, “Bapak ngaco, Mas Carlo sendirian lho!”

“Emang kenapa Bu?” Tanya Carlo heran

“Nggak apa-apa Mas, ini kan masih siang, berjanjilah kembali sebelum maghrib. Gelap, kan nggak ada lampu”

“ooooh. Kirain ada apa” jawab Carlo lega

Si Ibu masih memandang suaminya. Si Bapak balas menatap. Namun Carlo cepat-cepat pamit, dia tidak mau terlibat dalam perdebatan internal rumah tangga orang yang tidak ia kenal

“Mari Pak, Bu, saya jalan dulu”

Tepat tengah hari Carlo sampai di air terjun yang di maksud. Tidak terlalu susah mencari lokasi nya, tapi mencapai ke tempat tersebut membuat Carlo ngos-ngosan. Selain medannya menanjak, Carlo tidak membawa bekal minum. Untung dalam hutan, cahaya matahari tidak terlalu nyetar dikepala

Sebenernya air terjun ini tidak terlalu tinggi, kira-kira hanya 50 meter, dan tanah disini belum terkontaminasi dengan segala limbah atau apapun. Carlo mencoba mencicipi. Astaga! Rasanya segar dan enak. Ia pun minum sepuas nya. Setelah dirasa agak kenyang minum, ia lalu mencari batuan datar yang kering, lalu merebahkan diri. Sambil melepas lelah, ia mengeluarkan smartphone nya lalu mengirimkan pesan singkat untuk Nathan

“Gue di air terjun yang di dalam hutan dekat bukit lirih. Jangan nyariin” – send

Semenit kemudian, terdengar bunyi SMS masuk

“Okesip” 

Carlo membakar sebatang rokok sambil bersandar. Ia menarik dalam-dalam rokok ber tar ringan tersebut. Ahhh, Nikmat nya merokok diudara bersih.

Sekonyong-konyong ia terusik dengan bunyi suara. Suara orang bersenandung. Suara perempuan. Carlo terkejut. Perempuan apaan kemari? Ia berdiri, dan tiba-tiba ia menyesal datang sendiri ke air terjun.  Kalo itu suara setan gimana?

Kemudian ia melihat sesosok wanita membawa keranjang cucian dari anyaman bambu, makin lama makin mendekat. Carlo diam, ia melihat ke kaki perempuan tersebut. Tapi jalan di tanah kok? Lagian mana ada setan keluar siang-siang?  dan keberanian Carlo berangsur pulih

Carlo nekad menyapa perempuan tersebut

“Hai, kamu dari desa bukit lirih ya?"

“Aaaaaaakkk !!” si perempuan terkejut  jatuh duduk, dan keranjang cucian nya terlempar. Mirip adegan di Opera Van Java

Carlo menahan tawa dan buru-buru turun untuk membantu, memungut keranjang  beserta pakeannya dan sabun colek yang berserakan.

“Kamu Siapa?” Tanya si perempuan itu dengan meringis kesakitan sambil berusaha bangun. Jatuh duduk tadi membuat tulang pantat nya ngilu

Carlo mengulurkan tangan ingin membantu, tapi dibalas dengan kibasan tangan “tidak usah” dan kemudian ia bangkit sendiri. 

“Maaf. Aku tadi memastikan saja kalo kamu manusia. Dan sekarang sudah pasti, karena nggak mungkin kalo setan bisa kaget” – Carlo masih tertawa

“Dasar! Aku emang manusia. Dan kamu belum jawab pertanyaan ku, kamu siapa dan ngapain disini?” ia pun duduk sambil membersihkan kedua telapak tangannya dengan cara di tepuk 

“Nama ku Carlo” mereka saling bersalaman. “Kemuning” – Tangan kemuning halus sekali. Sempat terlintas keanehan di benak Carlo, sehalus ini nyuci pake tangan dan sabun colek? Tapi hanya berupa pikiran yang tak berkembang kemana-mana. Entah gimana, Carlo kayak “kesetrum” saat menjabat tangan Kemuning. Dia belom pernah merasa seperti ini

Kemudian mereka saling bercerita, Kemuning sambil mencuci, Carlo duduk di bebatuan di pinggir cerug. Kemuning berkulit kecoklatan, Memiliki sepasang mata bulat tajam, dengan sinar ramah. Jika bicara dia akan menatap mata lawannya penuh perhatian, sebenarnya tatapan Kemuning biasa, tapi Carlo melihatnya begitu istimewa. 

Kemuning bilang, kalau dia seminggu tiga kali nyuci kesini. Dia lebih suka mencuci di alam terbuka, untuk ganti suasana. Kemuning bukan dari Dusun Bukit Lirih. Ia tidak menyebutkan nama, hanya bilang “jauhlah kearah sana” sambil menunjuk ke Barat

Carlo juga bercerita, kenapa ia bisa sampai disini

“Kalo ada yang sakit dari kampung mu, jangan segan-segan datang ya? Banyak juga kok dari kampung lain, sepupu ku pasti akan terima dengan senang hati. Apa lagi ia tau kalo aku yang menyarankan”

Kemuning mengiyakan dan mengucapkan terima kasih. Carlo mesem-mesem bangga, walau bukan diri nya yang “keren” setidaknya ia bisa pamer “sodara gue loh dokter nya” kepada Kemuning

Tidak terasa matahari mulai bergeser 30 derajat, Carlo teringat pesan orang tua tadi. Kebetulan Kemuning juga sudah selesai mencuci. Mereka pun saling berpamitan. Andaikan ini Jakarta, Carlo pasti sudah mengantar kemuning sampai depan pintu rumah nya, meskipun ia harus mengantar ke kampung Ambon sekalipun. Mereka tidak lupa berjanji akan bertemu di tempat ini lagi esok hari

****

Hari selanjutnya Carlo datang lagi ke air terjun tersebut, selang 10 menit Kemuning datang. Kali ini rambut kemuning di biarkan terurai. Lebat berkilau. Di banding Carmelita, pacar nya di Jakarta, kecantikan Kemuning jauh lebih menawan. Setidaknya itu yang Carlo rasakan. Carmelita cantik, indo belanda turunan ketiga. Tapi Carlo tidak merasakan “setruman” seperti saat ia berkenalan dengan Kemuning. Carlo juga yakin, kalo saja Kemuning bisa diajak ke Jakarta, dia pasti menang lomba gadis pantene –nya Sandra Dewi, dan diajak main film layar lebar langit ke 7 dengan Rudi Soedjarwo . Ah, ngapa gue jadi bandingin sama Carmelita? – Carlo menghalau perasaannya

Obrolan mereka semakin hangat, kali ini Kemuning tidak mencuci pakaian, jadi mereka bisa ngobrol lama di bebatuan di bawah rindang nya pohon tempat Carlo hari pertama duduk untuk beristirahat. Pada pertemuan kedua ini, Carlo merasakan perasaan yang tiba-tiba tidak ingin berpisah. Dia merasa nyaman berada dekat Kemuning.

“Aku nyaman sama kamu” ujar kemuning tiba-tiba, seolah membaca pikiran Carlo

“Aku apa lagi” sahut karlo senyum. “Kayaknya berat mau balik”

Kemuning tertawa renyah, “Ga boleeh! Pulang sana, nanti kemalaman loh, hutan karet siang-siang aja gelap. Besok kan kita ketemu lagi”

Carlo masih enggan beranjak. Kemuning berdiri dan menarik tangan Carlo untuk ikit berdiri. “maka nya, besok bawa obor” gurau kemuning. Carlo langsung punya ide

“Eh, bener juga! Kenapa nggak kepikiran? Besok aku bawa senter dan lampu badai deh. Aku kan lengkap bawa peralatan berkemah juga. Atau aku sekalian pasang tenda disini?”

Kemuning tertawa tergelak-gelak. “Ngaco! nggak usah! Jangan bikin kasus, nanti orang sekampung nyariin kamu, bisa perang nanti sama kampung ku. Sudah sana pulang! Sampe besok yaa”

Di kamar Carlo melamun membayangkan Kemuning. Ia gelisah. Rasa rindu begitu menggelora. Sayangnya Kemuning tidak punya ponsel. Benar-benar hati Carlo tidak karuan. Mata nya sulit terpejam, ia melihat ke sebelah. Si Nathan sudah terlelap sangat dalam. Wajah nya Nampak lelah tapi damai. Carlo bangkit dari kasur, lalu duduk dan membakar rokok. Ia membuka setengah jendela supaya asap tidak mulek dalam kamar. Nampak nya Carlo jatuh cinta pada Kemuning. Malam semakin larut. Baru menjelang pukul empat subuh, ia bisa terlelap

****

Hari ini Carlo benar-benar mempersiapkan segala nya untuk menuju air terjun. Lampu badai dan juga senter. Carlo ingin berlama-lama dengan kemuning, kalu biasanya ia pulang jam 3 sore, minimal dia akan pulang selepas Isya. Carlo melupakan rasa takut akan seram nya suasana perkebunan karet pada malam hari

Saat Carlo tiba di Air Terjun, Kemuning sudah berdiri menunggu. Carlo merasa surprise sekali. 

“Kamu sudah lama? Tanya Carlo

“Nggak kok, baru sebentar” jawab Kemuning. 

Carlo meletakan bawaan nya, dan sejurus kemudian kemuning memeluk Carlo tanpa sungkan. Carlo tambah kaget tapi senang. Carlo balas memeluk. Entah siapa yang memulai, bibir mereka saling berpagut. Tangan Carlo meremas payudara Kemuning yang kenyal dan padat. Kemuning melepaskan ciumannya beberapa detik dan merintih, kemudian kembali melumat bibir Carlo. 

“Carlo, aku rindu sekali dengan mu”

“Sama, semalaman aku nggak bisa tidur, kepikiran kamu terus. Kenapa sih kamu nggak pake handphone, kan kita bisa telponan”

“Sssst, yang penting sekarang kita sudah bertemu. Carlo, lakukan apa yang kamu pikirkan tentang aku semalam”

Carlo langsing tanggap maksud Kemuning, kembali ia mencium kemuning, bibir, leher, dan mengangkat kasar blus & BH nya. Tampak gundukan gunung yang besar dan padat, Carlo tidak menyia-nyiakan. Ia melumat nya penuh kenikmatan. Tubuh Kemuning harum bunga. Sementara mulut kemuning tak berhenti mendesah dan melenguh. Cairan lengket dan hangat membanjir diantara kedua kaki Kemuning

Siang itu air terjun menajadi saksi mereka bercinta. Tiga kali mereka melakukannya, semua sampai pada puncaknya

Sambil senderan di batu, mereka berbincang ringan. Carlo membakar A mild merah nya. 

“Carlo, kamu sudah menikah? Atau mungkin punya pacar?

“Aku masih bujang dan, baru aja putus . Kenapa? Kamu sudah menikah?” Gurau Carlo

“Iya, aku sudah menikah”

Carlo tersedak asap rokok

“Kamu serius , Kemuning?”

“Iya, aku serius. Apa itu masalah buat mu?"

Carlo diam, karena tidak menduga hal tersebut. Ia juga tidak pernah berfikir untuk bertanya. Di hisap rokok nya dalam-dalam. Jelas ini masalah. Ia tidak pernah terpikir untuk membuat skandal dengan istri orang. Apalagi di kampung antah berantah seperti ini. Sepak terjang Carlo di Jakarta  mentok main sama jablay kampus

“Kok kamu diam? Masalah ya?” Tanya kemuning lagi

“Yaaa, masalah lah. Ini jelas hubungan yang terlarang. Di pandang dari sudut mana pun, aku tetep dalam posisi di kutuk banyak orang”

“Tapi aku suka kamu, Carlo. Aku sayang sama kamu”

Carlo mengecup kening kemuning. “Aku juga, tapi ini salah”

“Kamu masih mau bercinta dengan ku? Atau kamu menyesal”

Carlo merangkul Kemuning dan menyenderkannya di bahu, kemudian mengusap-usap rambut Kemuning

“Nggak, aku nggak nyesel. Sumpah aku nikmatin dan bahagia sekali siang ini. Ini moment terindah dalam hidup ku. Bercinta dengan kamu, dialam terbuka. Ah ….”  

Carlo mengecup lagi kening Kemuning

“Moment terindah yang sampai kapanpun pasti akan aku ingat …. “ 

Carlo menggantung jawaban. Kemuning sabar menunggu suara Carlo selanjut nya. Kepala nya masih menyender di bahu Carlo, Tangannya mengusap lembut betis Carlo

“Tapi besok-besok kita ngga boleh dan ngga bisa begini lagi. Bahaya . Bahaya untuk kita semua”

Carlo lalu menyetel MP3 dari Bellagio nya – ia memperdengarkan lagu Peterpan Feat Momo Geisha – yang Cobalah mengerti. Kemuning mendengarkan, dan mencoba mengikuti nada suara si penyanyi. Lumayan merdu

Kemuning masih mendengarkan. Kemudian pelan-pelan ia merapatkan dadanya ke lengan Carlo. Sebagai lelaki Normal, birahi Carlo tersulut lagi. Payudara kemuning yang sengaja di tempelkan, memancing Carlo meremas nya. Ia lalu merebahkan Kemuning diatas batu, melumat payudaranya dan mereka pun bercinta lagi. Sayup-sayup lagu terdengar ….

Cobalah mengerti, semua ini mencari arti, selamanya tak akan berhenti, Inginkan rasakan, rindu ini menjadi satu, biar waktu yang memisahkan 

Carlo melirik Tissot nya, menujukan pukul 17.30 

“Aku pulang ya?” – niat Carlo pergi setelah Isya, tiba-tiba diurungkan. Ada sekelebat rasa tidak nyaman. 

“Besok kesini lagi kan?” Kemuning memandangi Carlo dengan tatapan memohon

“Mmmmm …. Aku tidak janji” sahut Carlo

“Ku mohon, besok datanglah lagi. Aku pasti merindukan mu”

Sepersekian detik, Carlo melihat ada pancaran aneh dari bola mata kemuning. Hanya sepersekian detik, seperti di cerita-cerita animasi Jepang, tapi kemudian mata tajam itu kembali bersahabat. Carlo hanya membatin , ah ini hanya perasaan ku saja

“Baiklah, aku janji datang, jam yang sama ya?”

Mereka lalu berpelukan, saling memberi ciuman perpisahan.

Dalam perjalanan pulang, kira-kira 500 meter lagi sampai ke tepi Dusun, Carlo melihat ada beberapa titik cahaya api. Makin lama makin mendekat. rupanya itu obor, di sertai teriakan memanggil nama Carlo. Carlo terperanjat. Ada apa?
Carlo lari mendekati kelompok obor-obor itu, yang ternyata di bawa Pak Bahrein, Sesepuh dusun yang rumah nya mereka tempati. Ada juga Nathan, serta beberapa penduduk laki-laki. 

“Wooooi, saya disini!!” teriak Carlo

Nathan yang melihat sruntulan Carlo berlari kearah mereka, langsung mendekarti dan memeluk. 

“Lo nggak apa-apa kan?” muka Nathan cemas campur lega

“Baik-baik aja, kan lo udah tau kalo siang-siang gue kemana?”

Kemudian rombongan yang lain datang mendekat. Pak Bahrein pun ikut bicara.

“Tadi menantu saya sudah ke air terjun, tapi kamu nggak ada. Maka nya kami sangat khawatir, tidak biasanya kamu pulang sampai malam begini. Kamu kemana?”

Carlo bingung, seharian tadi aku kan di air terjun

“Saya seharian di air terjun pak, maaf saya terlambat karena ketiduran”

“Sendiri atau ….. ?” tatapan Pak Bahrein  penuh kecurigaan

Carlo buru-buru menyaut “Ya sendiri lah pak, emang sama siapa? Saya kan ngga ada teman nya disini?”

“Ya sudah Pak, Yang penting sudah ketemu dan selamat” – sela  menantu Pak Bahrein

Pak Bahreinpun menarik napas dan mengangguk bijak. Nathan merangkul Carlo. Rombongan itupun kembali berjalan ke desa. Di langit , sinar bulan bercahaya terang. Rupanya malam ini akan ada full moon. 

Sebelum beranjak tidur, Nathan sempat bilang kalau besok pagi ia akan mengajak Carlo ke Kota Kabupaten, karena ada persediaan obat yang habis dan harus diambil di rumah sakit. Carlo langsung meng iya kan, karena ia juga kehabisan rokok dan ingin sedikit pemandangan berbeda setelah hampir 3 minggu berada di dusun ini. Seketika ia ingat akan janji nya pada Kemuning, namun hati nya lebih berat ikut sepupu nya ke kota

***

Mereka berangkat pagi-pagi sekali, berempat, dengan Lucia, perawat yang membantu Nathan di puskesmas dan menatu Pak Bahrein. 

Setelah urusan obat-obatan selesai, mereka pun mencari makan. Carlo yang terbiasa dengan junk food, langsung kalap begitu melihat ada resto KFC kesukaannya. Udah maju juga nih kota, buktinya KFC sudah sampe – ujar batin nya norak. 

Sehari kemudian Nathan dan Lucia langsung kembali ke dusun Bukit Lirih, karena mereka dan obat-obatan yang di butuhkan sudah di tunggu. Sedang Carlo berniat lusa nya baru balik, lagi pula menantu pak Bahrein masih ada urusan di kantor pemerintahan

Sekitar pukul 21.00 saat Carlo menyalakan Smartphone nya, puluhan pesan masuk. SMS. Whatsapp, bbm bahkan mailbox. Semua dari nomer Nathan. Seharian ponsel Carlo memang kehabisan batre. Dan ia sedang malas buat mengisi ulang battrenya. Belum sempat Carlo membalas pesan, telpon masuk

“haloo”

“Heh! Monyet! Kemana aja lo seharian susah banget di hubungin! Gue nggak mau tau, malam ini juga lo harus sampe ke dusun lirih! Lu udah bikin susah keluarga Pak Bahrein! Bikin kacau kampung orang!!” – suara Nathan terdengar marah dah kacau

Carlo langsung kaget campur emosi, karena Nathan tidak pernah berkata kasar sekalipun dengan orang lain, apalagi dengan dirinya, karena dalam silsilah keluarga, Carlo adalah kakak sepupu

“Appaaan sih? Lo ngga bisa ngomong baik-baik?”

“Elo emang sialan, Car! Gue nggak mau tau, malem ini juga lo harus balik!!”

Belum sempat Carlo menjawab lagi, suara Pak Bahrein terdengar dari sebrang

“Nak Carlo, bisa bapak bicara dengan menantu saya, Pak Viko”

“Bisa Pak, tapi sebenernya ada apa ya Pak?”

“Nanti kita bicarakan kalo kalian sudah disini. Ngga enak bicara di telpon. Mana menantu saya?”

Carlo pun menyerahkan Ponsel nya ke Pak Viko. Sambil mendengarkan intruksi mertua nya, Pak Viko hanya mengangguk. Diam. Mengagguk. iya. Diam. Baik. Diam. Kemudian telpon mati. 

Karena hanya ada sekali penyebrangan kapal Verry cepat setiap hari maka atas saran Pak Bahrein, mereka pulang besok saja. 

****

Selama perjalanan, Carlo sangat gelisah. Firasatnya mengatakan ini ada hubungan nya dengan air terjun dan Kemuning. Tapi apa, dia tidak tau. Pak Viko pun tidak bisa di mintai penjelasan. Karena semalam Carlo sendiri mendengar, Pak Bahrein hanya memerintahkan mereka pulang tanpa menjelaskan apa-apa ke menantunya. Carlo berkali-kali mencoba menghubungi Nathan, tapi selalu di luar service area. SMS tidak terkirim, BBM Cuma centang doang. Carlo benar-benar senewen selama dalam perjalanan

Menjelang Magrib mereka tiba di Dusun Bukit Lirih. Suasana di jalan seperti biasa. Sepi-sepi saja, tapi begitu sampai rumah, semua keluarga Pak Bahrein sudah berkumpul. Bahkan anak mantunya yang satu lagi pun ada di rumah. Kedatangan mereka disambut lega oleh keluarga bersahaja ini. Carlo tidak melihat Nathan. Mungkin masih di puskesmas. 

“Nathan di kamar, ia tidak praktek hari ini” kata Pak Sahren tiba-tiba. Seperti memahami pikiran Carlo. 

Carlo menuju kamar. Dilihat nya Nathan sedang duduk di depan jendela terbuka, sambil menghisap Rokok merk lokal. satu bungkus kosong. Bungkus satunya sisa setengah. Ini pemandangan mengejutkan sepanjang sejarah. Karena Nathan tidak merokok. Bahkan mencoba pun belum pernah. Carlo kenal betul Nathan. Wajah Nathan pias. Seperti orang setress.

“Than, lu kenapa?” 

Nathan diam tidak bereaksi. Matanya masih menatap kosong keluar jendela. Ia menghisap lagi rokok yang mirip Djarum 76.

“Than … 

Tiba-tiba Nathan menoleh dan menatap tajam ke Carlo. Matanya merah. Kayak bekas nangis. Oh tidak, itu mata tidak tidur. 

“Elu – ngapain – selama – ini – ke – air – terjun?” sambil menjuk Carlo dengan rokok masih terselip diantara jarinya. Kalimat dalam irama memenggal setiap kata, memperjelas pertanyaan Nathan

“Gue mandi-mandi aja, nggak ngapa-ngapain lagi …”  Jawab Carlo berdusta

Nathan bangun dan mendorong bahu Carlo seketika

Carlo yang tidak siap dengan tindakan Nathan, jatuh terduduk dengan muka kaget. Terdengar bunyi “gedebuk” . Carlo baru mau setengah berdiri langsung di dorong lagi oleh Nathan. Carlo terjatuh lagi

“Dasar taeeeeee! Elu gue ajak kesini buat nemenin gue. Bukan buat  bikin rusak kampung orang. Bukan buat susah keluarga orang – yang udah baik – mau nerima kita!!!” Nathan berteriak dengan nafas  tersengal karena emosi

Pak Bahrein beserta keluarganya langsung masuk ke kamar mereka, melihat apa yang terjadi dan membantu carlo berdiri. Pak Viko menarik tubuh Nathan.

“Nak Nathan, bapak sudah bilang sabar, ini pasti ada jalan keluarnya. Maksud bapak tadi biar Nak Carlo istirahat dulu …”

“Nggak perlu istirahat dia! kita juga semua disini dari kemarin nggak ada yang istirahat! Semua gara-gara monyet ini nih!!" 

Nathan sudah mau menendang Carlo, tapi buru-buru di lerai.

Akhirnya Pak Bahrein mengumpulkan seluruh nya di ruang keluarga. Semua terdiam. Pak Bahrein membuka percakapan

“Nak Carlo, ini sangat penting. Tolong bantu kami semua. Bapak mau Tanya, apa yang nak Carlo lakukan jika ke air terjun?"

Carlo diam. Ia sudah yakin ini soal kemuning. Tak ada lagi yang bisa di tutupi.

“Saya hanya ingin mengusir rasa bosan aja Pak, maka nya saya datang ke air terjun. Saya Cuma mandi-mandi sih cerug nya …”  cerita Carlo sambil menunduk

“Hmmm. Ya, pemandangan disana bagus. Asal jangan pulang terlambat., karena hutan karet gelap, khawatir kalo ada apa-apa. Ingat waktu kami sekampung sampe mencari mu?”

Carlo mengangguk sambil terus menatap lantai

“Lanjutkan ceritanya …”

“Lalu pas saya lagi istirahat, tiba-tiba ada seorang perempuan datang untuk mencuci pakaian, dia bilang dia biasa ke situ dua-tiga hari sekali untuk mencuci. Dari kampung sebelah. Jauh kearah Barat. Dia sih gak bilang nama kampung nya”

“Dasar muka puki!” desis Nathan

Bu Bahrein menenangkan Nathan, walau ia tidak paham Nathan bilang apa, tapi dia tau jika Natahn melontarkan kata amarah untuk Carlo

“Lalu ?” Pak Bahren bertanya sabar

“Kemudian kami berjanji untuk bertemu lagi keesokan hari nya”

“Sebentar, kamu belum bilang siapa nama nya”

“Kemuning, Pak” 

Hening

Carlo tetap menunduk tidak berani melihat siapa-siapa

“Apa yang telah kalian lakukan?”

Carlo masih diam

“Nak Carlo ….?”

“Kami bersetubuh pak” – Carlo semakin menunduk sambil menjambak rambut nya sendiri

Sekonyong-konyong Nathan bangun dan menyiram kepala Carlo dengan air yang ada di gelas diatas meja, sambil teriak

“Elo emang sarap Carlo! Elo gila! Lo tau perempuan itu siapa? Lo emang cari matti !! Eh Njing, lu mau tidurin berapa perempuan di Jakarta gue nggak peduli, karena gue tau otak lo Cuma perempuan dan ngentot! Lo mau pake perek-perek kampus gue nggak pernah usil kan? Tapi jaga dikit dong peler lo disini, di kampung orang wooi!!"

Nathan sudah kalap, kali ini dia nangis karena marah. Ingusnya bleber bercampur ludah yang menyembur dari mulutnya karena ucapannya yang berapi-api. Carlo bereaksi menutupi wajah dan kepala dengan kedua tangannya, kalau-kalau Nathan melakukan hal tak terduga

Pak Bahrein beserta anak mantu nya menarik Nathan, untuk duduk dan menenangkan

Setelah keadaan tenang, Carlo melanjutkan ceritanya dengan sendirinya

“Maafkan saya Pak, saya khilaf, saya tidak tau sebelumnya kalau dia sudah menikah. Setelah kami melakukan, baru Kemuning cerita jika ia punya suami. Saat itu juga saya bilang pada Kemuning, kalo gitu kami nggak boleh begini lagi”

“Apa tanggapan Kemuning?”

“Ia tidak membantah, tapi memang setelah pertemuan terakhir, yang saya sampe di cariin Bapak dan orang sekampung karena pulang terlambat, saya ada janji untuk ketemu lagi besok nya, tapi kan saya kemudian ke kota. Ada apa sebenernya Pak? Apa Kemuning cerita-cerita dengan orang sini, atau suami nya mencari saya?” wajah Carlo sangat kacau. Air mata nya pun berlinangan

“Ini dusun kecil Nak Carlo, lagi pula ….”

“Lo aja yang tolol!! nggak mikir apa ada yang aneh saat pertama kali ketemu dia? Dasar muka puki!” potong Nathan masih emosi

“Aneh gimana maksudnya?”

“Dongoo, dongoo ! Kemuning itu Setaaaaaan bukan manusiaaa!!!”

Carlo terkejut. Tapi buru-buru dia membela diri

“Dia manusia Pak, napak kok kaki nya! Lagi pula dia adanya selalu siang-siang, bukan magrib atau malam ….” 

“Nak Carlo, Kemuning memang berwujud manusia, tapi jelmaan dari bangsa iblis .....”

Bagai di pukul godam berkekuatan ton-tonan, tiba-tiba tubuh Carlo langsung lunglai tak bertenaga, jantung serasa copot menggelinding, dengkul bagai lepas dari engselnya, raasanya ia mau mati saja saat ini, tapi entah dari mana, ia tetap sadar sampai pak Barhein menyelesaikan Cerita nya

Dusun ini terletak di kaki Bukit Lirih, begitu penduduk setempat menyebutnya, di kelilingi kebun karet di bagian depan, dan 4 ha kedalam bersentuhan dengan hutan perawan. Diberi nama Bukit Lirih, karena desau angin yang menggesek daun-daun di pucuk pohon menimbulkan suara semacam rintihan yang lirih, rintih kesedihan. Para penduduk disana yang sebagian besar mengandalkan penghasilannya sebagai penyadap di kebun karet, sudah biasa mendengar nya. Didalam hutan pearawan tersebut, ada kehidupan lain yang hampir mirip dengan kehidupan kelompok manusia, namun dari alam yang berbeda

Hutan Perawan Bukit Lirih, di huni oleh kerajaan sebangsa Jin. Salah satu penghuni nya, semacam panglima dalam dunia alam jin, jatuh Cinta pada Kemuning. Sayangnya, Kemuning bukan dari Golongan Jin. Dia dari golongan Iblis, yang di mata Golongan Jin, kasta nya berbeda dengan mereka. Kemuning adalah Suanggi

Karena mereka saling mencinta, dan sudah tidak dapat di pisahkan, maka Raja Jin mengizinkan mereka menikah, dengan satu sayarat, Kemuning di rubah menjadi manusia dulu, yaitu dengan cara memaku di ubun-ubunnya dengan bantuan manusia yang memiliki ilmu untuk dua alam, alam manusia dan alam siluman. 

Pak Bahrein lah yang membantu – memanusiakan – Kemuning, 45 tahun yang lalu. Setelah berwujud manusia, Kemuning menjadi muda dan cantik seperti yang di lihat Carlo. 

Saat itu Pak Bahrein meminta syarat, bangsa Jin tidak boleh mengganggu dan datang ke wilayah manusia, air terjun adalah perbatasannya. Sedang bagi manusia yang memang sangat mendesak harus ke hutan, Pak Bahrein harus melakukan ritual semacam proses izin agar manusia tidak di ganggu selama dalam hutan perawan. Perjanjian di sepakati. 

Selama hampir setengah abad sejak perjanjian itu, belum pernah ada peristiwa macam-macam. Semua nya baik-baik saja. Keistimewaan Kemuning adalah, ia jadi memiliki dua kemampuan beradaptasi, dunia jin dan dunia manusia. 

Yang kini di hadapi penduduk Dusun Bukit Lirih, terutama Pak Bahrein adalah, mereka bangsa manusia dianggap melanggar perjanjian dan memicu perang antar dua alam. Karena ada manusia yang telah melakukan perzinahan dengan perempuan istri Jin, yang berwujud manusia dengan wujud asal Suanggi

Wajah Nathan kusut masai, acak-acakan, jauh dari kesan dia seorang terpelajar dan bahkan dokter. Wajah Carlo lebih parah lagi. Seperti mayat hidup yang takut akan kematian. 

“Man, lu – Nidurin – Istri - Jin – dan - Yang elu – Tidurin - Setan man”

Ruang keluarga hening kembali beberapa saat, sebelum terdengar senandung penggalan lirik Cobalah mengerti nya – Peterpan

Cobalah mengerti, semua ini mencari arti, selamanya tak akan berhenti, Inginkan rasakan, rindu ini menjadi satu, biar waktu yang memisahkan 

Sontak Nathan & Carlo memeriksa ponsel mereka, ternyata ponsel mati. 

Suara bukan berasal dari sana. Tapi dari luar rumah, arah pohon sawo

Mereka saling berpandangan. Semerbak aroma bunga kantil menyapu ruangan.

Tubuh Carlo gemetar hebat.



-----





Catatan : Suanggi adalah setan Kuntilanak yang melegenda di Indonesia bagian Timur . Wujud asli Suanggi berambut keriting beruban panjang, hanya memakai cawat merah, payudaranya panjang menjuntai, matanya merah seperti darah





Meruya, Oktober 2012

5 komentar:

  1. bumbunya tolong diperhalus donk mom, membacanya seperti tersedak gitu.... keknya enyarrow pun agak lebih halus dech... ;) sorry kalo judge gwe kelewatan... btw sambungannya ditunggu lho... ;)

    BalasHapus
  2. Oke Rie. makasih masukannya. Jadi catatan buat gue. Btw, ini nggak bersambung. hehehe

    BalasHapus
  3. tiba-tiba ngebayangin FTV.. kecuali bagian persetubuhannya yg pasti gak akan ada di TV :) Setuju ga setuju sama komen di atas utk memperhalus istilah. Di sisi lain, itu bs jadi ciri lo, mom.. bravo!

    BalasHapus
  4. hehehehe, ini masuk kategori cerita dewasa sih Vin. gimana kalo Vina jadi editor nya? di terima dengan manis masukannya :)

    BalasHapus