Carlo
keluar rumah dan berjalan ke arah perkebunan karet. Suasana siang riuh dengan
bunyi serangga hutan. Matahari bersinar cerah. Ini minggu ketiga Carlo menemani
sepupunya, Nathan PTT (pegawai tidak tetap) di Puskesmas kecil sebagai syarat
menjadi calon dokter. Di tengah perjalanan Carlo berjumpa sepasang suami istri
dari Dusun Bukit Lirih. Mereka menyapa ramah Carlo
“Mau kemana, Mas?” Tanya si bapak
“Jalan-jalan
aja Pak, mengusir Bosan, kira-kira tempat andalan penduduk sini di mana ya?
Apa sajalah”
Baru
saja si bapak hendak menjawab, keburu di sela istrinya.
“Di
sini tidak ada tempat wisata nya, Mas
Carlo”
“Lho?
Ibu tau nama saya?” Tanya Carlo takjub
Mereka
tertawa
“Kami
se dusun Bukit Lirih sudah tau sejak kalian menginjakan kaki di sini”
Si
bapak pun melanjutkan, “Satu-satu nya tempat yang mendingan untuk pengusir
bosan coba ke Selatan, ada sebuah air terjun, dan di bawah nya ada ceruk yang
bisa untuk bermain air”
Sekonyong-konyong
si Ibu menepak tangan suami nya, “Bapak ngaco, Mas Carlo sendirian lho!”
“Emang
kenapa Bu?” Tanya Carlo heran
“Nggak
apa-apa Mas, ini kan masih siang, berjanjilah kembali sebelum maghrib. Gelap, kan nggak ada lampu”
“ooooh.
Kirain ada apa” jawab Carlo lega
Si
Ibu masih memandang suaminya. Si Bapak balas menatap. Namun Carlo cepat-cepat
pamit, dia tidak mau terlibat dalam perdebatan internal rumah tangga orang yang
tidak ia kenal
“Mari
Pak, Bu, saya jalan dulu”
Tepat tengah hari Carlo sampai di air terjun yang di maksud. Tidak terlalu
susah mencari lokasi nya, tapi mencapai ke tempat tersebut membuat Carlo
ngos-ngosan. Selain medannya menanjak, Carlo tidak membawa bekal minum. Untung
dalam hutan, cahaya matahari tidak terlalu nyetar dikepala
Sebenernya
air terjun ini tidak terlalu tinggi, kira-kira hanya 50 meter, dan tanah disini
belum terkontaminasi dengan segala limbah atau apapun. Carlo mencoba mencicipi.
Astaga! Rasanya segar dan enak. Ia
pun minum sepuas nya. Setelah dirasa agak kenyang minum, ia lalu mencari batuan
datar yang kering, lalu merebahkan diri. Sambil melepas lelah, ia mengeluarkan
smartphone nya lalu mengirimkan pesan singkat untuk Nathan
“Gue
di air terjun yang di dalam hutan dekat bukit lirih. Jangan nyariin” – send
Semenit
kemudian, terdengar bunyi SMS masuk
“Okesip”
Carlo
membakar sebatang rokok sambil bersandar. Ia menarik dalam-dalam rokok ber tar
ringan tersebut. Ahhh, Nikmat nya merokok diudara bersih.
Sekonyong-konyong
ia terusik dengan bunyi suara. Suara orang bersenandung. Suara perempuan. Carlo
terkejut. Perempuan apaan kemari? Ia
berdiri, dan tiba-tiba ia menyesal datang sendiri ke air terjun. Kalo
itu suara setan gimana?
Kemudian
ia melihat sesosok wanita membawa keranjang cucian dari anyaman bambu, makin
lama makin mendekat. Carlo diam, ia melihat ke kaki perempuan tersebut. Tapi jalan di tanah kok? Lagian mana ada
setan keluar siang-siang? dan
keberanian Carlo berangsur pulih
Carlo
nekad menyapa perempuan tersebut
“Hai,
kamu dari desa bukit lirih ya?"
“Aaaaaaakkk
!!” si perempuan terkejut jatuh duduk, dan
keranjang cucian nya terlempar. Mirip adegan di Opera Van Java
Carlo
menahan tawa dan buru-buru turun untuk membantu, memungut keranjang beserta pakeannya dan sabun colek yang
berserakan.
“Kamu
Siapa?” Tanya si perempuan itu dengan meringis kesakitan sambil berusaha
bangun. Jatuh duduk tadi membuat tulang pantat nya ngilu
Carlo
mengulurkan tangan ingin membantu, tapi dibalas dengan kibasan tangan “tidak
usah” dan kemudian ia bangkit sendiri.
“Maaf.
Aku tadi memastikan saja kalo kamu manusia. Dan sekarang sudah pasti, karena
nggak mungkin kalo setan bisa kaget” – Carlo masih tertawa
“Dasar!
Aku emang manusia. Dan kamu belum jawab pertanyaan ku, kamu siapa dan ngapain
disini?” ia pun duduk sambil membersihkan kedua telapak tangannya dengan cara
di tepuk
“Nama
ku Carlo” mereka saling bersalaman. “Kemuning” – Tangan kemuning halus sekali.
Sempat terlintas keanehan di benak Carlo, sehalus
ini nyuci pake tangan dan sabun colek? Tapi hanya berupa pikiran yang tak
berkembang kemana-mana. Entah gimana, Carlo kayak “kesetrum” saat menjabat
tangan Kemuning. Dia belom pernah merasa seperti ini
Kemudian
mereka saling bercerita, Kemuning sambil mencuci, Carlo duduk di bebatuan di
pinggir cerug. Kemuning berkulit kecoklatan, Memiliki sepasang mata bulat tajam,
dengan sinar ramah. Jika bicara dia akan menatap mata lawannya penuh perhatian,
sebenarnya tatapan Kemuning biasa, tapi Carlo melihatnya begitu istimewa.
Kemuning
bilang, kalau dia seminggu tiga kali nyuci kesini. Dia lebih suka mencuci di
alam terbuka, untuk ganti suasana. Kemuning bukan dari Dusun Bukit Lirih. Ia
tidak menyebutkan nama, hanya bilang “jauhlah kearah sana” sambil menunjuk ke Barat
Carlo
juga bercerita, kenapa ia bisa sampai disini
“Kalo ada yang sakit dari kampung mu, jangan
segan-segan datang ya? Banyak juga kok dari kampung lain, sepupu ku pasti akan
terima dengan senang hati. Apa lagi ia tau kalo aku yang menyarankan”
Kemuning
mengiyakan dan mengucapkan terima kasih. Carlo mesem-mesem bangga, walau bukan
diri nya yang “keren” setidaknya ia bisa pamer “sodara gue loh dokter nya” kepada Kemuning
Tidak
terasa matahari mulai bergeser 30 derajat, Carlo teringat pesan orang tua tadi.
Kebetulan Kemuning juga sudah selesai mencuci. Mereka pun saling berpamitan.
Andaikan ini Jakarta, Carlo pasti sudah mengantar kemuning sampai depan pintu
rumah nya, meskipun ia harus mengantar ke kampung Ambon sekalipun. Mereka tidak
lupa berjanji akan bertemu di tempat ini lagi esok hari
****
Hari
selanjutnya Carlo datang lagi ke air terjun tersebut, selang 10 menit Kemuning
datang. Kali ini rambut kemuning di biarkan terurai. Lebat berkilau. Di banding
Carmelita, pacar nya di Jakarta, kecantikan Kemuning jauh lebih menawan.
Setidaknya itu yang Carlo rasakan. Carmelita cantik, indo belanda turunan ketiga.
Tapi Carlo tidak merasakan “setruman” seperti saat ia berkenalan dengan Kemuning.
Carlo juga yakin, kalo saja Kemuning bisa diajak ke Jakarta, dia pasti menang
lomba gadis pantene –nya Sandra Dewi, dan diajak main film layar lebar langit
ke 7 dengan Rudi Soedjarwo . Ah, ngapa
gue jadi bandingin sama Carmelita? – Carlo menghalau perasaannya
Obrolan
mereka semakin hangat, kali ini Kemuning tidak mencuci pakaian, jadi mereka
bisa ngobrol lama di bebatuan di bawah rindang nya pohon tempat Carlo hari
pertama duduk untuk beristirahat. Pada pertemuan
kedua ini, Carlo merasakan perasaan yang tiba-tiba tidak ingin berpisah. Dia
merasa nyaman berada dekat Kemuning.
“Aku
nyaman sama kamu” ujar kemuning tiba-tiba, seolah membaca pikiran Carlo
“Aku
apa lagi” sahut karlo senyum. “Kayaknya berat mau balik”
Kemuning
tertawa renyah, “Ga boleeh! Pulang sana, nanti kemalaman loh, hutan karet
siang-siang aja gelap. Besok kan kita ketemu lagi”
Carlo
masih enggan beranjak. Kemuning berdiri dan menarik tangan Carlo untuk ikit
berdiri. “maka nya, besok bawa obor” gurau kemuning. Carlo langsung punya ide
“Eh,
bener juga! Kenapa nggak kepikiran? Besok aku bawa senter dan lampu badai deh.
Aku kan lengkap bawa peralatan berkemah juga. Atau aku sekalian pasang tenda
disini?”
Kemuning
tertawa tergelak-gelak. “Ngaco! nggak usah! Jangan bikin kasus, nanti orang
sekampung nyariin kamu, bisa perang nanti sama kampung ku. Sudah sana pulang!
Sampe besok yaa”
Di
kamar Carlo melamun membayangkan Kemuning. Ia gelisah. Rasa rindu begitu
menggelora. Sayangnya Kemuning tidak punya ponsel. Benar-benar hati Carlo tidak
karuan. Mata nya sulit terpejam, ia melihat ke sebelah. Si Nathan sudah
terlelap sangat dalam. Wajah nya Nampak lelah tapi damai. Carlo bangkit dari
kasur, lalu duduk dan membakar rokok. Ia membuka setengah jendela supaya asap
tidak mulek dalam kamar. Nampak nya Carlo jatuh cinta pada Kemuning. Malam
semakin larut. Baru menjelang pukul empat subuh, ia bisa terlelap
****
Hari
ini Carlo benar-benar mempersiapkan segala nya untuk menuju air terjun. Lampu
badai dan juga senter. Carlo ingin berlama-lama dengan kemuning, kalu biasanya
ia pulang jam 3 sore, minimal dia akan pulang selepas Isya. Carlo melupakan
rasa takut akan seram nya suasana perkebunan karet pada malam hari
Saat
Carlo tiba di Air Terjun, Kemuning sudah berdiri menunggu. Carlo merasa
surprise sekali.
“Kamu
sudah lama? Tanya Carlo
“Nggak
kok, baru sebentar” jawab Kemuning.
Carlo
meletakan bawaan nya, dan sejurus kemudian kemuning memeluk Carlo tanpa sungkan.
Carlo tambah kaget tapi senang. Carlo balas memeluk. Entah siapa yang memulai,
bibir mereka saling berpagut. Tangan Carlo meremas payudara Kemuning yang
kenyal dan padat. Kemuning melepaskan ciumannya beberapa detik dan merintih,
kemudian kembali melumat bibir Carlo.
“Carlo,
aku rindu sekali dengan mu”
“Sama,
semalaman aku nggak bisa tidur, kepikiran kamu terus. Kenapa sih kamu nggak
pake handphone, kan kita bisa telponan”
“Sssst,
yang penting sekarang kita sudah bertemu. Carlo, lakukan apa yang kamu pikirkan
tentang aku semalam”
Carlo
langsing tanggap maksud Kemuning, kembali ia mencium kemuning, bibir, leher,
dan mengangkat kasar blus & BH nya. Tampak gundukan gunung yang besar dan
padat, Carlo tidak menyia-nyiakan. Ia melumat nya penuh kenikmatan. Tubuh
Kemuning harum bunga. Sementara mulut kemuning tak berhenti mendesah dan
melenguh. Cairan lengket dan hangat membanjir diantara kedua kaki Kemuning
Siang
itu air terjun menajadi saksi mereka bercinta. Tiga kali mereka melakukannya,
semua sampai pada puncaknya
Sambil
senderan di batu, mereka berbincang ringan. Carlo membakar A mild merah nya.
“Carlo,
kamu sudah menikah? Atau mungkin punya pacar?
“Aku
masih bujang dan, baru aja putus . Kenapa? Kamu sudah menikah?” Gurau Carlo
“Iya,
aku sudah menikah”
Carlo
tersedak asap rokok
“Kamu
serius , Kemuning?”
“Iya,
aku serius. Apa itu masalah buat mu?"
Carlo
diam, karena tidak menduga hal tersebut. Ia juga tidak pernah berfikir untuk
bertanya. Di hisap rokok nya dalam-dalam. Jelas ini masalah. Ia tidak pernah
terpikir untuk membuat skandal dengan istri orang. Apalagi di kampung antah
berantah seperti ini. Sepak terjang Carlo di Jakarta mentok main sama jablay kampus
“Kok
kamu diam? Masalah ya?” Tanya kemuning lagi
“Yaaa,
masalah lah. Ini jelas hubungan yang terlarang. Di pandang dari sudut mana pun,
aku tetep dalam posisi di kutuk banyak orang”
“Tapi
aku suka kamu, Carlo. Aku sayang sama kamu”
Carlo
mengecup kening kemuning. “Aku juga, tapi ini salah”
“Kamu
masih mau bercinta dengan ku? Atau kamu menyesal”
Carlo
merangkul Kemuning dan menyenderkannya di bahu, kemudian mengusap-usap rambut Kemuning
“Nggak,
aku nggak nyesel. Sumpah aku nikmatin dan bahagia sekali siang ini. Ini moment
terindah dalam hidup ku. Bercinta dengan kamu, dialam terbuka. Ah ….”
Carlo
mengecup lagi kening Kemuning
“Moment
terindah yang sampai kapanpun pasti akan aku ingat …. “
Carlo
menggantung jawaban. Kemuning sabar menunggu suara Carlo selanjut nya. Kepala
nya masih menyender di bahu Carlo, Tangannya mengusap lembut betis Carlo
“Tapi
besok-besok kita ngga boleh dan ngga bisa begini lagi. Bahaya . Bahaya untuk
kita semua”
Carlo
lalu menyetel MP3 dari Bellagio nya – ia memperdengarkan lagu Peterpan Feat
Momo Geisha – yang Cobalah mengerti. Kemuning mendengarkan, dan mencoba
mengikuti nada suara si penyanyi. Lumayan
merdu
Kemuning
masih mendengarkan. Kemudian pelan-pelan ia merapatkan dadanya ke lengan Carlo.
Sebagai lelaki Normal, birahi Carlo tersulut lagi. Payudara kemuning yang
sengaja di tempelkan, memancing Carlo meremas nya. Ia lalu merebahkan Kemuning
diatas batu, melumat payudaranya dan mereka pun bercinta lagi. Sayup-sayup lagu
terdengar ….
Cobalah mengerti, semua ini
mencari arti, selamanya tak akan berhenti, Inginkan rasakan, rindu ini menjadi
satu, biar waktu yang memisahkan
Carlo
melirik Tissot nya, menujukan pukul 17.30
“Aku
pulang ya?” – niat Carlo pergi setelah Isya, tiba-tiba diurungkan. Ada
sekelebat rasa tidak nyaman.
“Besok
kesini lagi kan?” Kemuning memandangi Carlo dengan tatapan memohon
“Mmmmm
…. Aku tidak janji” sahut Carlo
“Ku
mohon, besok datanglah lagi. Aku pasti merindukan mu”
Sepersekian
detik, Carlo melihat ada pancaran aneh dari bola mata kemuning. Hanya
sepersekian detik, seperti di cerita-cerita animasi Jepang, tapi kemudian mata
tajam itu kembali bersahabat. Carlo hanya membatin , ah ini hanya perasaan ku saja
“Baiklah,
aku janji datang, jam yang sama ya?”
Mereka
lalu berpelukan, saling memberi ciuman perpisahan.
Dalam
perjalanan pulang, kira-kira 500 meter lagi sampai ke tepi Dusun, Carlo melihat
ada beberapa titik cahaya api. Makin lama makin mendekat. rupanya itu obor, di
sertai teriakan memanggil nama Carlo. Carlo terperanjat. Ada apa?
Carlo
lari mendekati kelompok obor-obor itu, yang ternyata di bawa Pak Bahrein, Sesepuh
dusun yang rumah nya mereka tempati. Ada juga Nathan, serta beberapa penduduk
laki-laki.
“Wooooi,
saya disini!!” teriak Carlo
Nathan
yang melihat sruntulan Carlo berlari kearah mereka, langsung mendekarti dan
memeluk.
“Lo
nggak apa-apa kan?” muka Nathan cemas campur lega
“Baik-baik
aja, kan lo udah tau kalo siang-siang gue kemana?”
Kemudian
rombongan yang lain datang mendekat. Pak Bahrein pun ikut bicara.
“Tadi
menantu saya sudah ke air terjun, tapi kamu nggak ada. Maka nya kami sangat
khawatir, tidak biasanya kamu pulang sampai malam begini. Kamu kemana?”
Carlo
bingung, seharian tadi aku kan di air
terjun
“Saya
seharian di air terjun pak, maaf saya terlambat karena ketiduran”
“Sendiri
atau ….. ?” tatapan Pak Bahrein penuh
kecurigaan
Carlo
buru-buru menyaut “Ya sendiri lah pak, emang sama siapa? Saya kan ngga ada
teman nya disini?”
“Ya
sudah Pak, Yang penting sudah ketemu dan selamat” – sela menantu Pak Bahrein
Pak
Bahreinpun menarik napas dan mengangguk bijak. Nathan merangkul Carlo.
Rombongan itupun kembali berjalan ke desa. Di langit , sinar bulan bercahaya
terang. Rupanya malam ini akan ada full moon.
Sebelum
beranjak tidur, Nathan sempat bilang kalau besok pagi ia akan mengajak Carlo ke
Kota Kabupaten, karena ada persediaan obat yang habis dan harus diambil di
rumah sakit. Carlo langsung meng iya kan, karena ia juga kehabisan rokok dan
ingin sedikit pemandangan berbeda setelah hampir 3 minggu berada di dusun ini.
Seketika ia ingat akan janji nya pada Kemuning, namun hati nya lebih berat ikut
sepupu nya ke kota
***
Mereka berangkat pagi-pagi sekali, berempat, dengan Lucia, perawat
yang membantu Nathan di puskesmas dan menatu Pak Bahrein.
Setelah
urusan obat-obatan selesai, mereka pun mencari makan. Carlo yang terbiasa dengan
junk food, langsung kalap begitu melihat ada resto KFC kesukaannya. Udah maju juga nih kota, buktinya KFC sudah
sampe – ujar batin nya norak.
Sehari kemudian Nathan dan Lucia langsung
kembali ke dusun Bukit Lirih, karena mereka dan obat-obatan yang di butuhkan
sudah di tunggu. Sedang Carlo berniat lusa nya baru balik, lagi pula menantu
pak Bahrein masih ada urusan di kantor pemerintahan
Sekitar pukul 21.00 saat Carlo menyalakan Smartphone nya, puluhan pesan masuk.
SMS. Whatsapp, bbm bahkan mailbox. Semua dari nomer Nathan. Seharian ponsel Carlo
memang kehabisan batre. Dan ia sedang malas buat mengisi ulang battrenya. Belum
sempat Carlo membalas pesan, telpon masuk
“haloo”
“Heh!
Monyet! Kemana aja lo seharian susah banget di hubungin! Gue nggak mau tau,
malam ini juga lo harus sampe ke dusun lirih! Lu udah bikin susah keluarga Pak Bahrein!
Bikin kacau kampung orang!!” – suara Nathan terdengar marah dah kacau
Carlo
langsung kaget campur emosi, karena Nathan tidak pernah berkata kasar sekalipun
dengan orang lain, apalagi dengan dirinya, karena dalam silsilah keluarga,
Carlo adalah kakak sepupu
“Appaaan
sih? Lo ngga bisa ngomong baik-baik?”
“Elo
emang sialan, Car! Gue nggak mau tau, malem ini juga lo harus balik!!”
Belum
sempat Carlo menjawab lagi, suara Pak Bahrein terdengar dari sebrang
“Nak
Carlo, bisa bapak bicara dengan menantu saya, Pak Viko”
“Bisa Pak, tapi sebenernya ada apa ya Pak?”
“Nanti
kita bicarakan kalo kalian sudah disini. Ngga enak bicara di telpon. Mana
menantu saya?”
Carlo
pun menyerahkan Ponsel nya ke Pak Viko. Sambil mendengarkan intruksi mertua
nya, Pak Viko hanya mengangguk. Diam. Mengagguk. iya. Diam. Baik. Diam.
Kemudian telpon mati.
Karena
hanya ada sekali penyebrangan kapal Verry cepat setiap hari maka atas saran Pak
Bahrein, mereka pulang besok saja.
****
Selama
perjalanan, Carlo sangat gelisah. Firasatnya mengatakan ini ada hubungan nya
dengan air terjun dan Kemuning. Tapi apa, dia tidak tau. Pak Viko pun tidak bisa
di mintai penjelasan. Karena semalam Carlo sendiri mendengar, Pak Bahrein hanya
memerintahkan mereka pulang tanpa menjelaskan apa-apa ke menantunya. Carlo
berkali-kali mencoba menghubungi Nathan, tapi selalu di luar service area. SMS
tidak terkirim, BBM Cuma centang doang. Carlo benar-benar senewen selama dalam
perjalanan
Menjelang
Magrib mereka tiba di Dusun Bukit Lirih. Suasana di jalan seperti biasa.
Sepi-sepi saja, tapi begitu sampai rumah, semua keluarga Pak Bahrein sudah
berkumpul. Bahkan anak mantunya yang satu lagi pun ada di rumah. Kedatangan
mereka disambut lega oleh keluarga bersahaja ini. Carlo tidak melihat Nathan. Mungkin masih di puskesmas.
“Nathan
di kamar, ia tidak praktek hari ini” kata Pak Sahren tiba-tiba. Seperti memahami
pikiran Carlo.
Carlo
menuju kamar. Dilihat nya Nathan sedang duduk di depan jendela terbuka, sambil
menghisap Rokok merk lokal. satu bungkus kosong. Bungkus satunya sisa setengah.
Ini pemandangan mengejutkan sepanjang sejarah. Karena Nathan tidak merokok.
Bahkan mencoba pun belum pernah. Carlo kenal betul Nathan. Wajah Nathan pias.
Seperti orang setress.
“Than,
lu kenapa?”
Nathan
diam tidak bereaksi. Matanya masih menatap kosong keluar jendela. Ia menghisap
lagi rokok yang mirip Djarum 76.
“Than
… “
Tiba-tiba
Nathan menoleh dan menatap tajam ke Carlo. Matanya merah. Kayak bekas nangis.
Oh tidak, itu mata tidak tidur.
“Elu
– ngapain – selama – ini – ke – air – terjun?” sambil menjuk Carlo dengan rokok
masih terselip diantara jarinya. Kalimat dalam irama memenggal setiap kata, memperjelas
pertanyaan Nathan
“Gue
mandi-mandi aja, nggak ngapa-ngapain lagi …” Jawab Carlo berdusta
Nathan
bangun dan mendorong bahu Carlo seketika
Carlo
yang tidak siap dengan tindakan Nathan, jatuh terduduk dengan muka kaget.
Terdengar bunyi “gedebuk” . Carlo baru mau setengah berdiri langsung di dorong
lagi oleh Nathan. Carlo terjatuh lagi
“Dasar
taeeeeee! Elu gue ajak kesini buat nemenin gue. Bukan buat bikin rusak kampung orang. Bukan buat susah
keluarga orang – yang udah baik – mau nerima kita!!!” Nathan berteriak dengan
nafas tersengal karena emosi
Pak
Bahrein beserta keluarganya langsung masuk ke kamar mereka, melihat apa yang
terjadi dan membantu carlo berdiri. Pak Viko menarik tubuh Nathan.
“Nak
Nathan, bapak sudah bilang sabar, ini pasti ada jalan keluarnya. Maksud bapak
tadi biar Nak Carlo istirahat dulu …”
“Nggak
perlu istirahat dia! kita juga semua disini dari kemarin nggak ada yang
istirahat! Semua gara-gara monyet ini nih!!"
Nathan sudah mau menendang Carlo,
tapi buru-buru di lerai.
Akhirnya
Pak Bahrein mengumpulkan seluruh nya di ruang keluarga. Semua terdiam. Pak Bahrein
membuka percakapan
“Nak
Carlo, ini sangat penting. Tolong bantu kami semua. Bapak mau Tanya, apa yang
nak Carlo lakukan jika ke air terjun?"
Carlo
diam. Ia sudah yakin ini soal kemuning. Tak ada lagi yang bisa di tutupi.
“Saya
hanya ingin mengusir rasa bosan aja Pak, maka nya saya datang ke air terjun.
Saya Cuma mandi-mandi sih cerug nya …” cerita
Carlo sambil menunduk
“Hmmm.
Ya, pemandangan disana bagus. Asal jangan pulang terlambat., karena hutan karet
gelap, khawatir kalo ada apa-apa. Ingat waktu kami sekampung sampe mencari mu?”
Carlo
mengangguk sambil terus menatap lantai
“Lanjutkan
ceritanya …”
“Lalu
pas saya lagi istirahat, tiba-tiba ada seorang perempuan datang untuk mencuci
pakaian, dia bilang dia biasa ke situ dua-tiga hari sekali untuk mencuci. Dari
kampung sebelah. Jauh kearah Barat. Dia sih gak bilang nama kampung nya”
“Dasar
muka puki!” desis Nathan
Bu
Bahrein menenangkan Nathan, walau ia tidak paham Nathan bilang apa, tapi dia
tau jika Natahn melontarkan kata amarah untuk Carlo
“Lalu
?” Pak Bahren bertanya sabar
“Kemudian
kami berjanji untuk bertemu lagi keesokan hari nya”
“Sebentar,
kamu belum bilang siapa nama nya”
“Kemuning,
Pak”
Hening
Carlo
tetap menunduk tidak berani melihat siapa-siapa
“Apa
yang telah kalian lakukan?”
Carlo
masih diam
“Nak
Carlo ….?”
“Kami
bersetubuh pak” – Carlo semakin menunduk sambil menjambak rambut nya sendiri
Sekonyong-konyong
Nathan bangun dan menyiram kepala Carlo dengan air yang ada di gelas diatas
meja, sambil teriak
“Elo
emang sarap Carlo! Elo gila! Lo tau perempuan itu siapa? Lo emang cari matti !!
Eh Njing, lu mau tidurin berapa perempuan di Jakarta gue nggak peduli, karena
gue tau otak lo Cuma perempuan dan ngentot! Lo mau pake perek-perek kampus gue
nggak pernah usil kan? Tapi jaga dikit dong peler lo disini, di kampung orang
wooi!!"
Nathan
sudah kalap, kali ini dia nangis karena marah. Ingusnya bleber bercampur ludah
yang menyembur dari mulutnya karena ucapannya yang berapi-api. Carlo bereaksi
menutupi wajah dan kepala dengan kedua tangannya, kalau-kalau Nathan melakukan
hal tak terduga
Pak
Bahrein beserta anak mantu nya menarik Nathan, untuk duduk dan menenangkan
Setelah
keadaan tenang, Carlo melanjutkan ceritanya dengan sendirinya
“Maafkan
saya Pak, saya khilaf, saya tidak tau sebelumnya kalau dia sudah menikah.
Setelah kami melakukan, baru Kemuning cerita jika ia punya suami. Saat itu juga
saya bilang pada Kemuning, kalo gitu kami nggak boleh begini lagi”
“Apa
tanggapan Kemuning?”
“Ia
tidak membantah, tapi memang setelah pertemuan terakhir, yang saya sampe di
cariin Bapak dan orang sekampung karena pulang terlambat, saya ada janji untuk
ketemu lagi besok nya, tapi kan saya kemudian ke kota. Ada apa sebenernya Pak?
Apa Kemuning cerita-cerita dengan orang sini, atau suami nya mencari saya?”
wajah Carlo sangat kacau. Air mata nya pun berlinangan
“Ini
dusun kecil Nak Carlo, lagi pula ….”
“Lo aja yang tolol!! nggak mikir apa ada yang aneh saat pertama kali
ketemu dia? Dasar muka puki!” potong Nathan masih emosi
“Aneh
gimana maksudnya?”
“Dongoo,
dongoo ! Kemuning itu Setaaaaaan bukan manusiaaa!!!”
Carlo
terkejut. Tapi buru-buru dia membela diri
“Dia
manusia Pak, napak kok kaki nya! Lagi pula dia adanya selalu siang-siang, bukan
magrib atau malam ….”
“Nak
Carlo, Kemuning memang berwujud manusia, tapi jelmaan dari bangsa iblis
.....”
Bagai
di pukul godam berkekuatan ton-tonan, tiba-tiba tubuh Carlo langsung lunglai
tak bertenaga, jantung serasa copot menggelinding, dengkul bagai lepas dari
engselnya, raasanya ia mau mati saja saat ini, tapi entah dari mana, ia tetap sadar
sampai pak Barhein menyelesaikan Cerita nya
Dusun ini terletak di kaki
Bukit Lirih, begitu penduduk setempat menyebutnya, di kelilingi kebun karet di
bagian depan, dan 4 ha kedalam bersentuhan dengan hutan perawan. Diberi nama
Bukit Lirih, karena desau angin yang menggesek daun-daun di pucuk pohon
menimbulkan suara semacam rintihan yang lirih, rintih kesedihan. Para penduduk
disana yang sebagian besar mengandalkan penghasilannya sebagai penyadap di
kebun karet, sudah biasa mendengar nya. Didalam hutan pearawan tersebut, ada
kehidupan lain yang hampir mirip dengan kehidupan kelompok manusia, namun dari
alam yang berbeda
Hutan
Perawan Bukit Lirih, di huni oleh kerajaan sebangsa Jin. Salah satu penghuni
nya, semacam panglima dalam dunia alam jin, jatuh Cinta pada Kemuning.
Sayangnya, Kemuning bukan dari Golongan Jin. Dia dari golongan Iblis, yang di
mata Golongan Jin, kasta nya berbeda dengan mereka. Kemuning adalah Suanggi
Karena
mereka saling mencinta, dan sudah tidak dapat di pisahkan, maka Raja Jin
mengizinkan mereka menikah, dengan satu sayarat, Kemuning di rubah menjadi manusia dulu, yaitu dengan cara memaku di
ubun-ubunnya dengan bantuan manusia yang memiliki ilmu untuk dua alam, alam
manusia dan alam siluman.
Pak
Bahrein lah yang membantu – memanusiakan
– Kemuning, 45 tahun yang lalu. Setelah berwujud manusia, Kemuning menjadi muda
dan cantik seperti yang di lihat Carlo.
Saat
itu Pak Bahrein meminta syarat, bangsa Jin tidak boleh mengganggu dan datang ke
wilayah manusia, air terjun adalah perbatasannya. Sedang bagi manusia yang
memang sangat mendesak harus ke hutan, Pak Bahrein harus melakukan ritual
semacam proses izin agar manusia tidak di ganggu selama dalam hutan perawan.
Perjanjian di sepakati.
Selama
hampir setengah abad sejak perjanjian itu, belum pernah ada peristiwa
macam-macam. Semua nya baik-baik saja. Keistimewaan Kemuning adalah, ia jadi
memiliki dua kemampuan beradaptasi, dunia jin dan dunia manusia.
Yang
kini di hadapi penduduk Dusun Bukit Lirih, terutama Pak Bahrein adalah, mereka
bangsa manusia dianggap melanggar perjanjian dan memicu perang antar dua alam.
Karena ada manusia yang telah melakukan perzinahan dengan perempuan istri Jin, yang
berwujud manusia dengan wujud asal Suanggi
Wajah
Nathan kusut masai, acak-acakan, jauh dari kesan dia seorang terpelajar dan
bahkan dokter. Wajah Carlo lebih parah lagi. Seperti mayat hidup yang takut
akan kematian.
“Man,
lu – Nidurin – Istri - Jin – dan - Yang elu – Tidurin - Setan man”
Ruang
keluarga hening kembali beberapa saat, sebelum terdengar senandung penggalan
lirik Cobalah mengerti nya – Peterpan
Cobalah mengerti, semua ini
mencari arti, selamanya tak akan berhenti, Inginkan rasakan, rindu ini menjadi
satu, biar waktu yang memisahkan
Sontak
Nathan & Carlo memeriksa ponsel mereka, ternyata ponsel mati.
Suara bukan
berasal dari sana. Tapi dari luar rumah, arah pohon sawo
Mereka
saling berpandangan. Semerbak aroma bunga kantil menyapu ruangan.
Tubuh Carlo gemetar
hebat.
-----
Catatan : Suanggi adalah setan Kuntilanak yang melegenda di Indonesia bagian Timur . Wujud
asli Suanggi berambut keriting beruban panjang, hanya memakai cawat merah,
payudaranya panjang menjuntai, matanya merah seperti darah
Meruya, Oktober 2012
bumbunya tolong diperhalus donk mom, membacanya seperti tersedak gitu.... keknya enyarrow pun agak lebih halus dech... ;) sorry kalo judge gwe kelewatan... btw sambungannya ditunggu lho... ;)
BalasHapusOke Rie. makasih masukannya. Jadi catatan buat gue. Btw, ini nggak bersambung. hehehe
BalasHapustiba-tiba ngebayangin FTV.. kecuali bagian persetubuhannya yg pasti gak akan ada di TV :) Setuju ga setuju sama komen di atas utk memperhalus istilah. Di sisi lain, itu bs jadi ciri lo, mom.. bravo!
BalasHapushehehehe, ini masuk kategori cerita dewasa sih Vin. gimana kalo Vina jadi editor nya? di terima dengan manis masukannya :)
BalasHapustrus apa lanjutannya
BalasHapus