CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Rabu, 08 Februari 2012

Komparasi Hidup

Waktu itu tahun 1997 berlokasi di Kaliurang Yogyakarta, saat gue jadi panitia ospek kampus dan di malam inagurasi. Semua anak-anak baru diwajibkan untuk mempersembahkan hiburan, baik itu nyanyi, puisi, musik, dan sebagainya.

Ada satu moment, dimana, sampai detik ini, gue ngga pernah lupa, bahkan kerap bermimpi, bahwa gue ingin seperti itu. Cewek itu cantik, dengan rambut lurus sebahu, berkulit putih, berlesung pipit, tomboy dan piawai bermain gitar sekaligus bersuara merdu. Kalo bisa di lukiskan, mmm ... AvriL kali Ya, buat gue itu ngga berlebihan.

Dia mempersembahkan kemampuannya tersebut saat malam inagurasi. Gue terpana. Bukan karena gue penyuka sejenis ya, tapi karena gue KAGUM banget sama sosok tersebut. Dan gue langsung membayangkan, andai gue seperti dia, baik fisik ataupun kemampuan.
Andai gue seperti dia, pasti gue akan banyak memikat orang. Terutama lawan jenis tentunya. Gue pasti makin Famous di kampus (walo kala itu gue ya ngetop juga sih ... hihihi). Gue ngga pernah bisa lupa sosok itu. Tapi ada satu cacat di memori gue, gue ngga inget namanya.

12 tahun kemudian, saat belahan bumi ini demam Facebook, gue jadi semangat buat apload2 Foto jaman kuliah. Dan ternyata, gue pernah ada satu frame sama cewek itu. Ah, apa kabarnya ya Dia? apakah sudah menjadi orang ngetop? Dimana dia sekarang? Shit! Gue masih ngga inget siapa namanya.

Foto selesai di apload, puluhan komen dari teman-teman kuliah, tag sana sini ... sampai seminggu kemudian, temen gue mentag sebuah nama di foto "gue sama tu cewek". Gue inget, nama yang temen gue tag, beberapa hari lalu pernah nge add gue , karena teman bersamanya anak-anak kampus gue, ya gue apv, tapi memang belom sempat gue liat2 profilnya. Gue buka profil dia, dan ada fotonya didalam, profil dan catatan-catatanya.

OMG, ini dia sosok perempuan yang selama 12 tahun gue kagumi. Yang gue hayalkan andai gue seperti dia, yang dalam bayangan gue, dia sudah menjadi artis besar, minimal sekelas Prissa ... gue menyapanya, kami tukeran no HP , dan mengalirlah cerita dari dia. Cerita yang sama sekali ngga pernah gue bayangkan sebelumnya. Cerita yang selama ini, gue pikir hanya ada dalam artikel OH MAMA OH PAPA di majalah KARTINI

Dia terlahir tanpa sempat mengenal Ayahnya, dan dia sia-siakan oleh ibu nya, hanya karena wajahnya cetakan wajah mantan suaminya. Perkembangan mental remajanya pun tidak bisa di katakan baik, bahkan saat deperesi tekanan mental akibat dilema hidup, dia kerap menyiksa dirinya dengan membentur2kan kepala. Ketika akhirnya dia menikah pun, persoalan hidup menjadi jauh lebih berat, dari sebelumnya. Bahkan dia kini menyandang status janda mati dengan 4 orang anak yang masih kecil-kecil.

"Tapi aku tetap bersuyukur, walau hanya mampu makan nasi dan ikan asin basi. Selagi sambal & kerupuk membuat ku dan anak-anak ku tetap bisa menyambung hidup, ngga masalah. Yah, makan sekerat daging sih pernah, tapi nunggu sodara hajatan dulu. Hahahaha" guraunya, yang jujur menurut ku, lelucon itu ngga lucu.

gue tergugu. Malu. Merasa Rendah ... merasa kecil ... dan selama ini, gue ternyata adalah golongan orang-orang yang MENGKUFURI NIKMAT TUHAN .

Gue di lahirkan dari keluarga yang sederhana. Tidak berlebih namun juga ngga kekurangan. Bagi orang tua ku, bisa memenuhi kebutuhan Sandang pangan papan saja sudah aman. Semua anak-anaknya, Alhamdulillah selesai sampai jenjang kuliah, bahkan khusus gue , bisa sampai Sarjana. Pendidikan Agama bener-bener di jejelin dari kami masih usia balita.

Orang tua gue ngga pernah membatasi pergaulan anak-anaknya, maka dari itu, sejak SD gue udah punya pacar. Hahaha. Hidup gue di kelilingi orang-orang istimewa, juga sahabat-sahabat yang setia yang mencintai gue. Bahkan dalam lembaran baru hidup gue, gue di beri anugerah suami dan anak yang tampan dan membuat iri banyak orang. Meskipun ngga bisa foya-foya, pada hakekatnya, gue bukan orang yang kekurangan.

Bayangan wajah cewek yang gue kagumi itu kembali hadir. Seperti sebuah tayangan infotainment, komparasi gambar dia sekarang dan 12 tahun lalu yang sama sekali berbeda, membuat gue berakali-kali ngga percaya. Bagaimana bisa? Bagaimana Mungkin? Tapi ini bukan sinetron, bukan pula reality show. Gue harus percaya!

"Kehidupan ku akan jauh lebih baik, jika aku kembali ke kota ku. Tapi aku ngga mau, jika jaminannya adalah Keyakinan ku. Biarlah aku disini, hiudup apa adanya, tapi Demi Allah, aku bahagia" begitu bunyi pesan pendeknya kemarin.

Sementara gue dengan "sempurnanya" hidup gue, gue masih tetap berkahayal ingin menjadi lebih, dan beranggapan bahwa sosok seperti dia membuat hidup makin sempurna. Bahkan gue berfikir (sebelum gue tahu cerita sebenarnya), bahwa hidup dia pasti sangat Indah.

Kalau saja berat kekaguman ku bisa di timbang layaknya tepung terigu, bisa di takar seperti gula pasir, yang pasti, kekaguman ku berton ton lebih berat saat ini, dari hanya sekedar moment dia bermain gitar dan bernyanyi, pada malam inagurasi 12 tahun Yang lalu. Di mata ku, Dia adalah perempuan hebat yang pernah aku kenal.

"Pertemuan" ini adalah bagian dari Rencana Allah. Rencana Allah untuk membuka mata hati gue. Supaya gue ngga lagi jadi orang yang KUFUR, dan tau arti BERSYUKUR. Allah memang Maha Segalanya.


MEI 2009

2 komentar:

  1. haaaaa , mengingatkan diri sendiri itu luar biasa susaaahnya ... makasih Han, sudah mampir . :)

    BalasHapus