Udah jarang banget gue nulis blog. ‘Cause emang disamping hati gue ngga
lagi sedih (gue jadi lancar nulis kalo gue lagi sedih hihihi), gue lebih
suka ngungkapin isi hati dengan ngobrol, ngomong ke orang. Siapa aja.
Asal bisa jaga rahasia, dan yang pasti, mau jadi pendengar serta teman
share yang asik. Hmmm, kadang-kadang, dengan ngomong, ngga ada bukti
otentik kalo gue pernah ngalamin sesuatu. Gue bisa aja menyangkal
sewaktu-waktu pernah ngomong gitu. Tapi kalo tulisan, itu bukti banget.
Ya to ya to ya Tooo?
Terus, lah ngaapa sekarang gue nulis? Gara2 nya HP SAMSUNG dengan NO XL gue dah mulai lemoott kalo buat buka dan kirim SMS. Usut punya usut, inbox gue udah kepenuhan dengan pesan-pesan ngga penting, Diantaranya keterangan kalo pesan sudah terkirim. Dan mulailah gue apusin satu-satu, di jum’at sore yang menjemukan, sambil dengerin eca ngoceh diruang rapat.
25 November 2008 dari GENTUR
Terus, lah ngaapa sekarang gue nulis? Gara2 nya HP SAMSUNG dengan NO XL gue dah mulai lemoott kalo buat buka dan kirim SMS. Usut punya usut, inbox gue udah kepenuhan dengan pesan-pesan ngga penting, Diantaranya keterangan kalo pesan sudah terkirim. Dan mulailah gue apusin satu-satu, di jum’at sore yang menjemukan, sambil dengerin eca ngoceh diruang rapat.
25 November 2008 dari GENTUR
Dan Hujan sisakan dingin yang menggigit, lewat jendela ku amati
langit, aku sebut satu nama, lirih menjerit. akan lamakah air mata
mengalir berparit-parit?
gue senyum2 sendiri baca SMS itu, yang gue inget, dikirim gentur jam
setengah 3 pagi. Gentur adalah Temen gue jaman kuliah dulu, yang lebih
dari 10 tahun gue ngga ketemu, dan akhirnya gue jemput pada suatu malam
di IKJ sebulan lalu, saat dia ikut festival film indie. Asli, ngga ada
yang berubah dari gaya nya, cara bicara, maupun kesan ramahnya. Tindikan
di telinga serta kumis & jenggotnya yang dibiarkan lebat
acak-acakan. Tapi 10 tahun bukan waktu yang sebentar, dan gue tetap liat
perbedaan gentur usia 22 dan gentur yang 32. Dan yang paling jelas
adalah, jumlah tatto di lengan dan kaki nya, yang bisa di bilang kayak
sarung tangan dan sarung kaki, karena full tanpa warna kulit cokelatnya
yang tersisa.
Gentur bermalam dirumah gue. Sampai pagi kami membahas berbagai
macam cerita. Dari soal teman2 kampus sampai kegiatan kami masing selama
10 tahun ini (sebenarnya ngga mungkin cukup waktu, tapi bisa mewakili
lah). sampai pada sat dia bercerita, pada festival film ini, dia
bertindak sebagai penulis skenario sekaligus sutradara. Sutradara sih
Oke. Tapi penulis skenario? Gentur penulis skenario? bukan 1/2 tidak
percaya lagi, jujur gue ngga percaya! Bagaimana mungkin, Gentur yang gue
tau cuma mabok mabok dan mabok? bukan gue underestimate … tapi …
“aku nulis ki” kata dia, tanpa merasa tersinggung dengan guratan
nyata ketidak percayaan dari wajah gue. “aku tau kamu ngga akan percaya.
aku nulis cerita anak-anak. beberapa karyaku di muat di majalah bobo” .
gue cuma bisa diam. takjub. dan woow! (Cyiiiiin, lo bayangin ngga,
deskripsi gue tentang sosok Gentur diatas, dan dia bilang, dia nulis
cerita tentang anak-anak dan di muat pula di majalah Bobo? -Bobo teman
bermain dan belajar- be ‘o be ‘o Bobo!)
“sekarang aku lagi nego dengan sebuah penerbit, yang mau membukukan
tulisan ku” lanjutnya dengan tanpa nada bangga apalagi sombong.
lagi-lagi gue cuma bisa merasa “you unbelievable” …
“aku menulis ki, bukan penulis. aku suka menulis. dan aku ngga mau disebut seorang penulis. aku ya gentur. ”
Terbayang siluet dengan warna sephia 10 tahun lalu gue dan dia sama2
nge buks di sebuah lapangan sepak bola, di belakang roti bakar Gejayan,
atau saat gue main ke kostnya, di mana dia dengan teman2nya sedang asik
terkikik-kikik tertawa tidak jelas, akibat pengaruh marijuana, atau dia
yang datang ke kost gue dengan mata merah dan mulut bau jigong karena
ngga mandi berhari-hari.
Ah, ternyata gue ngga kenal betul siapa Gentur. Gue cuma tau Gentur
diluarnya aja. Gentur ternyata lebih nice dari yang gue bayangkan
(padahal dalam pengetahuan gue, gentur memang nice person). Gentur sosok
yang … membumi, ceria, romantis dan … lucu.
gue lanjutkan membaca sisa SMS nya hari itu :
dan gue pun tersenyum sendiri.
29 NOV 2008
Yang berkunjung di ujung minggu, yang selalu mengetuk pintuku, apa maksud mu? siapa nama mu? kenapa tersedu? ah, isak mu yang pilu, lama-lama membuat ku malu …
3 DES 2008
Sore. Seikat bunga kering dan rumput liar, yang biasa terabaikan di belukar. Diciptakan menyatu, biar tidak pudar. Iya, seikat bunga kering dan rumput liar.
Dan hari-hari gue pun selalu menanti puisi-puisi kecil Gentur, yang dia kirim kan buat gue, sebagai tanda persahabatan seorang seniman sejati kepada teman lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar