Ini kali kedua saya menginjakkan kaki ini di bumi Toboali, sebuah
desa kecil di Kabupaten Bangka Selatan, di Propinsi Bangka-Belitung,
semenjak sahabat saya -Marca Andellen- pindah untuk mendampingi suaminya
bertugas sebagai abdi negara. Kalau dua tahun lalu saya kesini hanya 4
hari, kali ini agak lebih lama, yakni 6 hari. Kalau dulu saya hanya
sempat muter deket (istilah adik saya waktu kecil kalo minta jalan2 naik
motor), sekarang muternya sudah lumayan jauhan, sebab waktu itu, si
empunya tempat, juga baru pindah, jadi masih buta sama desa ini.
Desa
Toboali ngga terlalu besar, dan jaraknya 2 jam perjalanan dari ibu kota
Propinisi Pangkal Pinang. Untuk ukuran desa, Toboali sudah lumayan
Ramai, gak terlalu sepi, walau kanan kirinya tetep di kelilingi hutan.
Terang saja, di Kabupaten Bangka Selatan, Toboali adalah "ibu kota" nya.
Disini penduduknya mencari penghasilan di tambang-tambang timah, buruh
karet, berkebun lada, juga sebagai nelayan, dan pengusahanya berbisnis
sarang walet. Perputaran uang disini lumayan besar dan cepat, secara
dalam satu minggu, penghasilan penambang timah (bukan pengusaha nya loh
ya) bisa sampai 3 jutaan.
Seperti kaebanyakan daerah yang
dianggap "pelosok", Toboali termasuk susah mencari hiburan. Kendalanya
adalah, Toboali listriknya TIDAK MERATA. Tapi bukan berarti mereka mati
gaya loh! Tempat dugem ada banget, tapi jangan berfikir tempatnya akan
sebagus di KOTA atau se okeh X2 (sori nih, yg gue tau di Jakarta cuma
itu hihihi, makanya perbandingannya ya cuma itu yg gue tau).
Tempat
"terbagus" nya ada di dalam hutaaaaan, yang sangaaat gelaaaaaap, dengan
bangunan seadanya. Peralatan stereonya sih gak kalah sama di tempat
dugem sesungguhnya. Cuma ya, itu, tempat duduk nya dari kursi plastik
(kayak di warung makan) dan kursi buatan sendiri dari kayu yang emang di
sediakan oleh alam. Jangan sediiih! Meskipun tempatnya kalah OKE sama
Cafe dangdut kelas Boker (tempat pelacuran di daerah Pasar Rebo) di
Jakarta, tapi kalo mau HAPPY di sini, mesti abis 2-3 juta semalam!
(belom sama 'ayam hutan' loh yaa). Sebotol bir aja harganya bisa 3 kali
lipat yang di jual di Alfamart. Kalo memang malas, ya, musiknya cukup
dari tape mobil atau Compo Stereo. Yang pasti di dalam hutan !
Kalau
mau yang agak soft hiburan nya, yaaah, sekedar duduk berdua dan
romantis2 an, jangan bayangin ada tempat nongkrong kayak di Lapangan
Blok S atau Tebet (soalnya kalo saya contohin Star Bucks atau Oh La La,
halah ... jauuuuh lah!) , disini cukup bahagia dengan duduk di pinggir
pantai. Musiknya? Dari MP3 di HP masing-masing peserta mojok lah.
Bayangin kalo ada 15 pasang? ada 15 HP bunyi musik !!
Naaah,
bagi yang emang mau selingkuh, biasanya pertemuannya dan kencan nya di
Kuburan Cina. Gelap? Jangan Tanya! Penerangan satu2 nya adalah
mengandalkan pantulan sinar Bulaaan. Ngapain disini? hehehe ... pembaca
saya adalah orang cerdas, jadi bisa menjawab, apa yang terjadi jika
dalam keadaan gelap & pasangan beda jenis kelamin ada di dalam nya
^_* . Mungkin ada pertanyaan, kenapa gak chek in aja sih? katanya
duitnya banyak? Hmmm ... ini bukan masalah uang, tapi yang namanya desa
kecil, ibarat kata, kita kentut aja, Bu Lurah denger ! hihihi ... Hotel
(penginapan disini) cuma sedikit, 5 jari nggak habis, nama nya bunuh
diri kalo mau selingkuh kudu Chek in :))) hahaha.
hiburan
lainnya, yang agak santai, adalah biliard. Kondisinya? Ya sama.
Beratapkan tembikar dan bambu sebagai penyangga nya. Kursinya? lagi-lagi
dari Kayu yang di sediakan oleh hutan di sekitar . Tapi omzetnya, bisa
10 juta sebulan.
Memang tidak banyak yang bisa saya
lakukan selama disini, selain melihat pemandangan² tadi diatas, karena
memang tidak ada lagi tempat yang bisa di kunjungi. Meski begitu, Buat
saya, dapat kesempatan kedua kalinya berada disini adalah hal yang
sangat luar biasa. Banyak terima kasih yang ga bisa di jabarkan
jumlahnya buat Sahabat saya, Saudara Saya Marca Andellen
Special Thank's Buat : Daniel Andellen, Eddy Priyono dan Desy (Anggi Aja).
Catatan
: Farida Andellen, Taufik Abdurracman, dan Eko (Fadli Saputra): Andai
Kalian bisa ada di sini ... kita menggoreng bersama. Jangan lupa netep,
Yak! Wakakaka ....
Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar