CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Kamis, 09 Februari 2012

TOBOALI I

Ini kali kedua saya menginjakkan kaki ini di bumi Toboali, sebuah desa kecil di Kabupaten Bangka Selatan, di Propinsi Bangka-Belitung, semenjak sahabat saya -Marca Andellen- pindah untuk mendampingi suaminya bertugas sebagai abdi negara. Kalau dua tahun lalu saya kesini hanya 4 hari, kali ini agak lebih lama, yakni 6 hari. Kalau dulu saya hanya sempat muter deket (istilah adik saya waktu kecil kalo minta jalan2 naik motor), sekarang muternya sudah lumayan jauhan, sebab waktu itu, si empunya tempat, juga baru pindah, jadi masih buta sama desa ini.

Desa Toboali ngga terlalu besar, dan jaraknya 2 jam perjalanan dari ibu kota Propinisi Pangkal Pinang. Untuk ukuran desa, Toboali sudah lumayan Ramai, gak terlalu sepi, walau kanan kirinya tetep di kelilingi hutan. Terang saja, di Kabupaten Bangka Selatan, Toboali adalah "ibu kota" nya. Disini penduduknya mencari penghasilan di tambang-tambang timah, buruh karet, berkebun lada, juga sebagai nelayan, dan pengusahanya berbisnis sarang walet. Perputaran uang disini lumayan besar dan cepat, secara dalam satu minggu, penghasilan penambang timah (bukan pengusaha nya loh ya) bisa sampai 3 jutaan.

Seperti kaebanyakan daerah yang dianggap "pelosok", Toboali termasuk susah mencari hiburan. Kendalanya adalah, Toboali listriknya TIDAK MERATA. Tapi bukan berarti mereka mati gaya loh! Tempat dugem ada banget, tapi jangan berfikir tempatnya akan sebagus di KOTA atau se okeh X2 (sori nih, yg gue tau di Jakarta cuma itu hihihi, makanya perbandingannya ya cuma itu yg gue tau).

Tempat "terbagus" nya ada di dalam hutaaaaan, yang sangaaat gelaaaaaap, dengan bangunan seadanya. Peralatan stereonya sih gak kalah sama di tempat dugem sesungguhnya. Cuma ya, itu, tempat duduk nya dari kursi plastik (kayak di warung makan) dan kursi buatan sendiri dari kayu yang emang di sediakan oleh alam. Jangan sediiih! Meskipun tempatnya kalah OKE sama Cafe dangdut kelas Boker (tempat pelacuran di daerah Pasar Rebo) di Jakarta, tapi kalo mau HAPPY di sini, mesti abis 2-3 juta semalam! (belom sama 'ayam hutan' loh yaa). Sebotol bir aja harganya bisa 3 kali lipat yang di jual di Alfamart. Kalo memang malas, ya, musiknya cukup dari tape mobil atau Compo Stereo. Yang pasti di dalam hutan !

Kalau mau yang agak soft hiburan nya, yaaah, sekedar duduk berdua dan romantis2 an, jangan bayangin ada tempat nongkrong kayak di Lapangan Blok S atau Tebet (soalnya kalo saya contohin Star Bucks atau Oh La La, halah ... jauuuuh lah!) , disini cukup bahagia dengan duduk di pinggir pantai. Musiknya? Dari MP3 di HP masing-masing peserta mojok lah. Bayangin kalo ada 15 pasang? ada 15 HP bunyi musik !!

Naaah, bagi yang emang mau selingkuh, biasanya pertemuannya dan kencan nya di Kuburan Cina. Gelap? Jangan Tanya! Penerangan satu2 nya adalah mengandalkan pantulan sinar Bulaaan. Ngapain disini? hehehe ... pembaca saya adalah orang cerdas, jadi bisa menjawab, apa yang terjadi jika dalam keadaan gelap & pasangan beda jenis kelamin ada di dalam nya ^_* . Mungkin ada pertanyaan, kenapa gak chek in aja sih? katanya duitnya banyak? Hmmm ... ini bukan masalah uang, tapi yang namanya desa kecil, ibarat kata, kita kentut aja, Bu Lurah denger ! hihihi ... Hotel (penginapan disini) cuma sedikit, 5 jari nggak habis, nama nya bunuh diri kalo mau selingkuh kudu Chek in :))) hahaha.

hiburan lainnya, yang agak santai, adalah biliard. Kondisinya? Ya sama. Beratapkan tembikar dan bambu sebagai penyangga nya. Kursinya? lagi-lagi dari Kayu yang di sediakan oleh hutan di sekitar . Tapi omzetnya, bisa 10 juta sebulan.

Memang tidak banyak yang bisa saya lakukan selama disini, selain melihat pemandangan² tadi diatas, karena memang tidak ada lagi tempat yang bisa di kunjungi. Meski begitu, Buat saya, dapat kesempatan kedua kalinya berada disini adalah hal yang sangat luar biasa. Banyak terima kasih yang ga bisa di jabarkan jumlahnya buat Sahabat saya, Saudara Saya Marca Andellen

Special Thank's Buat : Daniel Andellen, Eddy Priyono dan Desy (Anggi Aja).

Catatan : Farida Andellen, Taufik Abdurracman, dan Eko (Fadli Saputra): Andai Kalian bisa ada di sini ... kita menggoreng bersama. Jangan lupa netep, Yak! Wakakaka ....



Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar