CURCOL

Curcol (20) fenomena (20) Fiksi (9) Opini (19)

Rabu, 08 Februari 2012

Titipan dari Surga

10 Desember 2008. Aku ngga habis-habis nya mengamati wajah nya yang tertidur lelap. ah, wajah paling tampan yang pernah Aku lihat. Wajah yang begitu lucu yang pernah aku temui. dan wajah paling innocent yang pernah tercipta. Ngga berasa air mata ku menetes lembut di pipi sambil terus menatapnya. wajah itu pada hari ini tepat berusia 3 tahun. Dia adalah anak ku. Darrel Firky Deharsya. Buah cinta kami seorang dan satu-satunya.

Aku menerawangkan pikiran ke 4 tahun yang lalu, saat aku mengandung nya. Tahun dimana aku ngga siap hamil ataupun punya anak. Tahun dimana aku begitu merasa menjadi orang yang “menderita”. Tahun dimana , pada kemudian hari aku baru menyadari, adalah tahun aku tidak tau terima kasih.

Aku takut punya anak. Aku takut jadi ibu. Aku takut ga adil. Aku takut ga bisa cinta. Aku takut … ah sejuta ketakutan yang sama sekali ngga beralasan, ketakutan yang menyelimuti ku, akibat ngga siap jadi seorang ibu, yang didasari atas ketidak pernah sukaan ku terhadap anak kecil. Yah, aku ngga suka anak kecil, sepanjang ingatan ku. Apa yang terjadi jika aku punya anak? sedangkan aku sendiri ngga suka anak kecil? Dengan segala ketakutan dan ketidaksiapan, aku jalani 9 bulan 14 hari yang penuh dengan “penderitaan”

Aku pandangi wajah tampan Darrel kembali. Ku cium pipi, mata, bibir dan keningnya. Dia bergerak kaget, lalu membalikan badan nya membelakangi ku. Aku membersihkan jejak air mata yang membekas di pipi. Sambil terus mengingat-ingat masa-masa itu, 27 tahun yang lalu …

Aku terlahir sebagai anak ke dua saat kakak perempuan gue berusia 4 tahun. Menjelang balita, Kakak perempuan ku jarang mau ajak main , mungkin ngerasa malas ya di intilin anak kecil .
Alhasil aku selalu main di rumah tetangga, yang beda usianya sebenernya Cuma 6 bulan diatas ku. Namun karena sama-sama dari Jawa, toto kromo mengharuskan aku memanggilnya dengan sebutan Mas.

Namanya Fauzi, dan aku menyapanya nya dengan sebutan Mas Uji. Mas Uji ini anak bungsu dari 3 bersaudara, makanya dia suka banget ama sosok “adik”, dan memang ngemong banget sama anak yang lebih kecil. Bertahun-tahun aku selalu main di rumah mas uji, karena emang banyak mainan dirumahnya yg aku nggak punya, kalo aku nggak di kasih pinjem mainannya, aku akan “pura-pura” ngambek, dan bilang “Ya udah, Ridzki pulang!” dengan muka cemberut, dan Mas Uji yg pasti langsung ngalah, dan narik lengan ku agar jangan pulang.

Mas Uji punya kucing, namanya Belang. Kata mas Uji, itu kucing ku juga. Sumpah, Mas uji berbagiii banget sama Aku. Sampai2 Aku membatin, andai kakak nya Mas Uji, bukan Kakak cewek jelek yang nggak mau ajak ku main itu. Aku pengen banget punya kakak laki2.

One day, ada tetangga baru dateng, punya anak sekitar 8 bulan , baru bisa duduk kok. Ukh, menggemaskan lah. Itu yang dikatakan mas Uji. Mas Uji seneeeng banget main ama tu anak. Diam-diam aku kok keseel, nggak terima, merasa diabaikan, dan aku NGGA SUKKA ama anak kecil itu !!

"Ridzki kecil" nggak tau, itu namanya cemburu. Yang aku tau, sejak itu Mas Uji berbeda. Kalo aku pura-pura ngambek ngancem pulang, Mas Uji nggak peduli lagi, dgn cuek dia akan bilang , “Ya udah sana Pulang”.
Aku tau pasti, ini semua karena si Kecil mennggemaskan bernama Deni.

Seetahun berlalu, Mas Uji harus masuk sekolah SD. Aku merengek dengan Ibu agar bisa sekolah juga bareng Mas Uji. Tapi nggak Bisa, karena aku belum cukup umur, dan kalo pun mau, harus ada ijazah TK. Maka, sangat terpaksa aku & Mas Uji berpisah, Aku masuk TK, Mas Uji masuk SD.

Saat aku TK, Aku mendapat seorang adik laki-laki dengan beda usia 6 tahun. Lengkap sudah …
Aku “kehilangan” Mas Uji karena anak kecil, dan Aku lagi-lagi ”kehilangan” status anak “kecil” (bungsu) karena kehadiran adik ku

That’s Why aku nggak pernah bisa suka sama yang namanya anak kecil. Kerena aku nganggep anak kecil “merusak” perhatian yang harusnya diberikan kepada ku. Aku belum “Puas” merasa DIPERHATIKAN. Hal tersebut terus berlangsung sampe aku hamil .

Segala keparnoan ku mendadak hilang, detik dimana ku liat Darrel keluar dari rahim ku, 3 tahun lalu. Aku nangis. Aku bahagia. Aku sempurna. Dan yang pasti Aku mencintainya. Ketakutan-ketakutan itu mendadak hilang. Bersama Firman, suami ku yang setia senantiasa bersama ku, aku tau, semua ketakutan ku, akan sirna.

Aku benerin bedcover yang menumpuk diujing kakinya, dan menyelimutinya. Dia malah marah, dan menendang kembali bedcover tersebut. Hahaha, aku tertawa dalam hati. Darrel sifatnya Aku banget. ga suka tidur selimutan. Suka marah ngga jelas. Manja. Cerdas. Kadang ngeselin. Menggemaskan. Mudah putus asa. Tapi Mau belajar, meski cuma sebentar.

Tuhan, maafkan aku dulu sempat berfikir untuk mengingkari “titipan” Mu. Sekarang, ku mohon pada Mu, izinkan ku rawat dan besarkan “titipan” mu ini, dengan rasa cinta ku, sampai nanti pada saat nya ku harus mengembalikan pada Mu.

Hari semakin larut. Dan gue terlelap bahagia sambil memeluk Darrel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar